Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui
karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang
pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima
pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap
masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya
sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah
anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat
mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang
membesarkan sekaligus membentuknya. Wellek dan Warren membahas hubungan
sastra dan masyarakat sebagai
berikut:
berikut:
Literature is a social institution, using as its medium language, a social
creation. They are conventions and norm which could have arisen only in society.
But, furthermore, literature ‘represent’ ‘life’; and ‘life’ is, in large
measure, a social reality, eventhough the natural world and the inner or
subjective world of the individual have also been objects of literary
‘imitation’. The poet himself is a member of society, possesed of a specific
social status; he recieves some degree of social recognition and reward; he
addresses an audience, however hypothetical. (1956:94)
Senada dengan pernyataan diatas, Damono mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang (2003:1). Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu.
Pendekatan
terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan itu
disebut sosiologi sastra dengan menggunakan analisis teks untuk
mengetahiu strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam
lagi gejala sosial yang di luar sastra (Damono, 2003:3).
Sosiologi
adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif
dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana
masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia
tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah
ekonomi, agama, politik dan lain-lain — yang kesemuanya itu merupakan
struktur sosial— kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi,
proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya
masing-masing.
Sesungguhnya sosiologi dan
sastra berbagi masalah yang sama. Seperti halnya sosiologi, sastra juga
berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk
menyesuakan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan
demikian, novel dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali
dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan,
politik, negara, ekonomi, dan sebagainya yang juga menjadi urusan
sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan
yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa
sosiologi, pemahaman kita tentang sastra belum lengkap.
Rahmat
Djoko Pradopo (1993:34) menyatakan bahwa tujuan studi sosiologis dalam
kesusastraan adalah untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai hubungan
antara pengarang, karya sastra, dan masyarakat.
Pendekatan
sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan saat ini menaruh
perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra dan landasannya
adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan
tersebut beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari
berbagai segi struktur sosial hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas,
dan lain-lain. Dalam hal itu tugas sosiologi sastra adalah mengubungkan
pengalaman tokoh-tokoh khayal dan situasi ciptaan pengarang itu dengan
keadaan sejarah yang merupakan asal usulnya. Tema dan gaya yang ada
dalam karya sastra yang bersifat pribadi itu harus diubah menjadi
hal-hal yang bersifat sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar