KETEGUHAN HATI WANITA
REVIEW NOVEL HATI SUHITA
Judul: Hati
Suhita
Penulis: Khilma
Anis
Editor:
Akhiriyati Sundari
Penyunting:
Asfi Diyah
Penerbit:
Telaga Aksara, Mazaya Gedia
Tahun Terbit:
2019
Tebal Novel:405
Halaman
Genre: Novel
Fiksi, Romantis Religi
ISBN: 978 – 602
– 51017 – 4- 8
Banyak hal menarik
yang dibahas dalam novel ini, sehingga banyak pengetahuan yang diperoleh
pembaca, seperti tentang pengetahuan tentang ilmu sejarah dan kebudayaan,
khususnya kebudayaan jawa dan wayang yang penuh hikmah didalamnya. Penulis sangat piawai dalam mengolah kata dan kalimat
sehingga dengan mudah pesan – pesan bisa tersampaikan kepada pembaca.
Dalam novel ini
tidak hanya menggambar satu sudut pandang saja, tapi lebih, yaitu Alina Suhita,
Abu Raihan Al Birruni, Ratna Rengganisa. Seluruh lakon dalam novel ini semua disampaikan oleh
penulis dengan menggambarkan tokoh – tokoh dalam dunia pewayangan.
Dalam
Novel disebutkan Alina Suhita dan Abu Raihan Al Birruni, keduanya adalah
pasangan suami istri yang telah dijodohkan kedua orangtuanya, yaitu Kyai Jabbar
Mojokerto dan Kyai Hannan Kediri, sejak Alina masih usia sekolah, karena kedua
kyai tersebut bersahabat baik maka mereka bersepakat untuk menjodohkan anaknya
yaitu Alina dan Gus Birru. Latar belakang dari cerita dalam novel ini adalah
kehidupan keluarga pesantren yang sama – sama memiliki pondok pesantren yang
sangat besar. Alina yang sejak kecil segala sesuatunya sudah ditentukan mulai dari
dimana dia sekolah, kemana dia harus mondok dan ke kampus mana dia harus
melanjutkan kuliah, bahkan jurusan yang ditekuni juga sudah ditentukan, bahkan
dia juga harus rela berpindah jurusan dan tempat mondok ketika dia sudah
memasuki semester akhir, tapi dengan besar hati Alina mau menuruti.
Sejak
awal perjodohan, Gus Birru panggilan Akrab dari Abu Raihan Al Birruni, dia
tidak bisa menerima hal itu, karena menurutnya ini adalah bertolak belakang
dengan apa yang selama ini disuarakan, yaitu tentang kebebasan. Walaupun demikian,
dia tetap menerima perjodohan yang sudah disepakati kedua orang tua. Sejak awal
pernikahan kehidupan rumah tangga Alina dan Gus Birru penuh dengan lakon drama,
meski mereka tingga sekamar, tapi mereka selalu dingin dan tak pernah tegur
sapa, mereka berdua hanya berpura – pura romantis dihadapan Abah dan Umik saja,
sehingga kedua orang tua mereka beranggapan kalau dalam keadaan baik – baik saja.
Tujuh bulan usia pernikahan, mereka belum melakukan sebagaimana mestinya
pasangan suami istri, Ada hal lain yang menjadikan Gus Birru berlaku dingin
kepada Alina, yaitu tentang masih terbayangnya dengan kekasih lamanya yang
sulit dia lupakan, yaitu Ratna Rengganis, baginya Rengganis adalah wanita yang
sangat agung dan cerdas, karena bisa
mengerti tanpa dijelaskan tentang apa yang dimau dan dimaksud oleh Gus Birru,
banyak kisah yang dilalui mereka berdua semasa menyelesaikan pendidikan
keduanya di Yogyakarta, banyak kisah yang mereka rajut bersama tapi mereka
menyembunyikan kisah kasihnya dari Abah dan Umik Gus Birru, karena memang sejak
awal Gus Birru sudah diwanti – wanti agar tidak menjalin kasih dengan wanita
lain, karena jodoh Gus Birru sudah disiapkan, hanya nunggu waktu yang tepat
untuk menyatukan keduanya yaitu Alina dan Gus Birru. Namun, jiwa lelaki Gus
Birru tidak bisa dibohongi ketika dia bertemu dengan seorang wanita yang bisa
mengerti dan memahami diri Gus Birru yaitu ratna Rengganis, hanya saja dia
bukan datang dari keluarga pesantren yang jauh beda dengan Alina Suhita. tapi
pada akhirnya mau tidak mau Rengganis harus siap menerim perjodohan Gus Birru
dengan wanita lain, walaupun dengan hati terluka tapi Rengganis selalu berlaku
ceria seolah tabah dan tegar menerima keadaan tersebut. Hari – hari Alina dan Gus Birru dilalui dengan
saling diam, keduanya seperti memiliki dunia dan kehidupan sendiri meski
tinggal dalam satu kamar. Alina hanya bisa diam, tidak bisa berkata lebih, dia
sangat memahami keadaan kalau suaminya belum bisa menerimanya dengan sepenuh
hati, bahkan sangat terang – terangan dia sering mendengar perkataan pahit dari
suaminya langsung terkadang pula dia mengetahu secara langsung suaminya telfon
ke wanita pujaan hatinya dulu. Alina selalu mengingat ajaran – ajaran dari
kedua orang tuanya dan ajaran – ajaran filosofi jawa yang diajarkan oleh mbah
kungnya. Orang tuanya selalu memberi pesan tujuannya juga disuruh untuk meniati
mondok lagi sehingga harus terus dan berusaha untuk mengabdi sepenuh hati lahir
bathin kepada keluarga tersebut. Sebagai wanita yang tak luput dari rasa gelisah
dan merana, dia juga sering menangis ketika melihat kelakuan dari suaminya itu.
Alina tak pernah melaporkan kelakuan suaminya baik ke mertuanya ataupun ke orang
tua kandungnya sendiri. Alina pandai menyimpan seluruh rasa dalam tabah tentang
segala sesuatu yang dialaminya. Tak pernah berhenti dia memanggil nama Abu
Raihan Al Birruni dalam setiap munajatnya. Memohonkan agar luluh hati suaminya
terhadap dirinya. Doa – doa terus diucapkan untuk memohonkan suaminya. Dalam
sabar dan tabahnya Alina, akhirnya terbuka sudah hati Gus Birru terhadap Alina,
Alina yang memutuskan meninggalkan rumah mertuanya tersebut dan menuju ke rumah
mbak kung di luar kota, hal tersebut menjadikan Gus Birru kebingungan,
keluarganya juga turut bingung dan terus menanyakan sebenarnya ada apa diantara
keduanya, karena selama ini Alina tidak pernah melakukan hal senekat tersebut,
kepergian Alina dari rumah menyadarkan Gus Birru bahwa istrinya itu memang
wanita yang tulus dan tepat untuknya,
setelah melawan gejolak batin yang dirasakan selama ini tentang Alina, selama
tujuh bulan Gus Birru terus berusaha untuk memberi cintanya secara penuh kepada
Alina, tapi selalu bayang – bayang Rengganisa selalu mengitari benaknya,
sehingga usahanya selalu gagal. Kemudian
Gus Birru menyusul istrinya, dan mengakui segala kesalahannya selamanya secara
terang dihadapan Alina dan berjanji untuk melupakan tentang masa lalunya dan
berusaha sepenuhnya untuk Alina. Dan Akhirnya Gus Birru memberikan cintanya
kepada Alina secara penuh dan menyuluruh. Keduanya merasakan dan melaksanakan
sebagaimana semestinya suami istri secara tenang,dan sadar. Seluruh doa Alina
terkabulkan, mereka bahagia menyatu dalam ketentraman.
Novel
Hati Suhita ini sangat baik untuk dibaca, karena menggunakan bahasa yang
mengalir dan mudan dipahami. Menurut saya, dalam novel ini tidak ada tokoh
antagonis, karena semua memiliki kisah yang sama – sama mengharukan, mereka
semua berjuang semua tokoh memilik karakter yag kuat.
Banyak
hikmah yang disampaikan dalam novel ini yang bisa kita lakukan dalam kehidupan
sehari – hari khususnya dalam kehidupan berumah tangga, yaitu seperti keteguhan
hati, kesabaran diri yang seluas
samudera tanpa tepi, dan adanya keterbukaan dengan pasangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar