Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara
ongol,kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang
satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu,
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar,
diantaranya Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia.
Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan
paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Untuk mengetahui
labih jelasnya maka dalam makalah ini akan kami terangkan lebih lanjut
mengenai Turki Usmani.
A. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek
moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu
Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Awal mula
berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum
tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad.
Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam
pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah.
Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol,
akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di
antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran
tinggi Asia kecil (Hasan, 1989:324-325). Dibawah pimpinan Orthogul,
mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang
melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat
dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia kecil
yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota (Badri Yatim,
2000:130).
Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh
puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri
kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun
1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam
pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan
Alaudin tersebut, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa
penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman
yang sering disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai
Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.
Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim
surat kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja
yang besar dan dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu
diantara tiga perkara, yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang.
Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam ada juga yang
mau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa
terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan
tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan
tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat
ditaklukkan.
Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan gagah
perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian
dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani
meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek
moyangnya.
B. Perkembangan Turki Usmani
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai
Padisyah al Usman (raja
besar keluarga Usman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat
diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan
kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai
ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), kerajaan
Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330
M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M).
Daerah-daerah itulah yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani,ketika
Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain memantapkan
keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia
dapat menaklukkan Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan
yang baru. Mrerasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus
mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa
disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani, namun Sultan Bayazid I
(1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa
tersebut.
Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan
dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara
tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan
putranya ditawan kemudian meninggal pada tahun 1403 M (Ali, 1991:183).
Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Usmani yaitu
banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri.
Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi
oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu
meletakkan dasardasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri.
Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).
Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II
(1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan
menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan
terakhir Imperium Romawi Timur.
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur,
Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut
dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil
menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau
merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani, karena dibawah
pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara,
Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani,
Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan
tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam (Subaryana,
2006:31).
Usmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa
system kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa modifikasi.
Usmani menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat
beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan
pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul.
Peranan utama pemerintahan Usmani adalah menentramkan negeri ini,
melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus
perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad
pertengahan dari pereode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir
diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan
perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur
perdagangan antara India dan Mesir (Ira Marvin Lapidus, 2002:553).
Demikianlah perkembangan dalam kerajaan Turki Usmani yang selalu
berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya. Diantara mereka
(para penguasa) memimpin dengan tegasnya atas tinggalan dari nenek
moyang agar jangan sampai jatuh ke tangan negeri / penguasa lain selain
Turki Usmani. Hal ini terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling
melengnkapi dalam memimpin perjuangannya menuju kejayaan dengan meraih
semua yang membawa kemajuan dalam kehidupan masyarakat
C. Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin
dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga
kemajuankemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di
raihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh
beberapa penguasa Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya
yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M) (Yatim,
2003:133-134). Sehingga Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa
Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja
berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia
tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah timur dan Barat, tetapi
seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga
Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan
perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat
dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain
yang penting, diantaranya :
- 1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Untuk pertama kalinya Kerajaan Usmani mulai mengorganisasi taktik,
strategi tempur dan kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak
kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa pembentukan kekuatan
militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat
pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan militer
yang disebut dengan
Jenissari atau
Inkisyariah .
Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan dengan
kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri
yang membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingakat I. Di
bawahnya terdapat beberapa bupati. Untuk mengatur urusan pemerintahan
negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah UU yang diberi nama
Multaqa Al-Abhur ,
yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya
reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, di ujung namanya di
tambah gelar al-Qanuni (Badri Yatim, 2000:134-135).
- 2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan
diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari
kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika
dan tata krama dalam istana rajaraja. Organisasi pemerintahan dan
kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang
prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf
diambil dari Arab (Binnaz Toprak, 1981:60). Dalam bidang Ilmu
Pengetahuan di Turki Usmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih
memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah
Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari Turki Usmani .
- 3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam
lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan agama,
dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran ajaran thorikot
berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para Mufti
menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai
wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang
terjadi dalam masyarakat.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Usmani tersebut tidak
terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
- Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
- Mereka memiliki kekuatan militer yang besar.
- Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu Constantinopel yang berada
pada tititk temu antara Asia dan Eropa.
- Disamping itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian taktik yang
dilakukan olah para penguasa Turki Usmani sangatlah baik, serta
terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun
juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki
Usmani.
D. Turki Pasca Sulaiman al-Qanuni
Masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan
daripada kerajaan Turki Usmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman
Agung atau Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi setelah beliau wafat sedikit
demi sedikit Turki Usmani mengalami kemunduran. Setelah Sulaiman
meninggal Dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya,
yang nenyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur akan tetapi meskipun
terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih
dipandang sebagai militer yang tangguh. Kerajaan ini memang masih
bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 M
(Badri Yatim, 2000:135).
Sultan Sulaiman di ganti Salim II. Pada masa pemerintahan Salim II
(1566-1573 M), pasukan laut Usmani mengalami kekalahan atas serangan
gabungan tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus dan sebagian armada pendeta
Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan ini menyebabkan
Tunisia dapat direbut musuh. Tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia dapat
direbut kembali oleh Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa
pemerintahannya, keadaan dalam negeri mengalami kekacauan. Hal itu
disebabkan karena ia mempunyai kepribadian yang buruk. Keadaan itu
semakin kacau setelah naiknya Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan
Ahmad I (1603-1671 M) dan Musthofa I (1617-1622 M), akhirnya Syeikh
Al-Islam mengeluarkan fatwa agar Musthofa I turun dari jabatannya dan
diganti oleh Usman II (1618-1622 M).
Pada masa pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai
mengadakan perbaikan-perbaikan, tetapi sebelum ia berhasil secara
keseluruhan, masa pemerintahannya berakhir. Kemudian pemerintahan
dipegang oleh Ibrahim (1640-1648 M),yang pada masanya orang-orang
Venesia melakukan peperangan laut dan berhasil mengusir orang Turki
Usmani di Cyprus dan Creta pada tahun 1645 M. Pada tahun 1663 M pasukan
Usmani menderita kekalahan dalam penyerbuan ke Hungaria. Dan juga pada
tahun 1676 M dalam pertempuran di Mohakes, Hungaria. Turki Usmani
dipaksa menandatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 M yang
berisi pernyataan penyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar
Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg. Dan penyerahan Hermeniet, Padalia,
Ukraenia, More dan sebagian Dalmatia kepada penguasa Venesia.
Pada tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan armada Usmani di
sepanjang pantai Asia Kecil. Namun kemenangan ini dapat direbut kembali
oleh Sultan Musthofa III (1757- 1774 M). Dan pada tahun 1774 M, penguasa
Usmani Abddul Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja
dengan Catherine II dari Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng
pertahanan di Laut Hitam kepada Rusia dan pengakuan kemerdekaan atas
Crimea (Ali, 1993:191).
Pemerintahan Turki, masa pasca Sulaiman banyak terjadi
kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam mempertahankan
Turki Usmani (kerajaan Usmani). Hal ini dikarenakan benyaknya berganti
pemimpin atau penguasa yang hanya meperebutkan jabatan tanpa memikirkan
langkah-langkah selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya kerajaan
Usmani. Sifat dari pada para pemimpin juga mempengaruhi keadaan kerajaan
Usmani, seperti halnya sifat jelek yang dilakukan Sultan Murad III
(1574-1595 M) yakni yang selalu menuruti hawa nafsunya sehingga
kehidupan moral Sultan Murad yang jelek itu menyebabkan timbulnya
kekacauan dalam negeri Usmani itu sendiri.
Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad
ditinggal Sultan Sulaiman. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai setengah
pertama dari abad ke -19 M. Oleh karena itu, satu persatu negara-negara
di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Usmani ini memerdekakan diri.
Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan
memberonak terhadap kerajaan-kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa
didaerah timur tengah mencoba bangkit memberontak. Dari sinilah dapat
disimpulkan bahwa kemunduran Turki Usmani pasca Sulaiman disebabkan
karena banyaknya terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran
dalam kerajaan Usmani.
E. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni.
Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah
Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera
beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah
dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya
semangat perjuangan prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam
mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system
pemerintahan tidak berjalan semestinya.
Selain faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
ü
Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan,
terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi
pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki
Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem
pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat
mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
ü
Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai
kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain,
maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya
dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga
harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi
kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan
yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat
lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
ü
Kelemahan para Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa.
Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang
lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
ü
Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral
terutama dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan
(jabatan).
ü
Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan
Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak
Jenissari tidak
lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi
oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya
pemberontakan-pemberontakan.
ü
Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun
semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga
perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
ü
Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya
sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam
pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan
pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan
kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup
menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
F. Kesimpulan
- Nama kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Usman.
Beliau dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat
menguasai suatu wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah
kerajaan yang kuat. Bangsa Turki Usmani berasal dari suku Qoyigh, salah
satu kabilah Turki yang amat terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat
serangan dari bangsa Mongol. Akhirnya mereka mencari perlindungan dari
saudaranya, yaitu Turki Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka
mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin yang sedang melawan Bizantium.
Karena bantuan mereka, Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium.
Kemudian Sultan Alaudin memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang
berbatasan dengan Bizantium. Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M),
orang-orang Turki segera memproklamirkan kerajaan Turki Usmani dengan
Usman I sebagai sultannya.
- Perluasan wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga membawa kejayaan,
disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang kuat
dan baik. Banyak daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia Kecil)
sehingga memperkuat berdirinya kerajaan Turki Usmani. Salah satu
sumbangan terbesar kerajaan Turki Usmani dalam penyebaran Islam adalah
penaklukkan kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur
(1453 M), penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II
(1451-1481 M) yang terkenal dengan gelar Al-Fatih. Dalam perkembangan
selanjutnya kerajaan Turki Usmani mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran, pemerintahan,
kebudayaan dan agama. Selanjutnya Turki Usmani mengalami puncak keemasan
adalah pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) yang terkenal
dengan
sebutan Sulaiman Agung.
- Dari perkembangan yang sangat baik itu maka Turki Usmani mengalami
kemajuankemajuan yang mendukung sekali dalam pemerintahannya diantaranya
:
- Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. Turki mempunyai militer
yang sangat kuat dan siap bertempur kapan dan dimana saja. Di bidang
urusan pemerintahan dibuat undang-undang yang berguna untuk mengatur
urusan pemerintahan di Turki Usmani.
- Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan
kebudayaan, karya telah terjadi akulturasi budaya antara Arab, Persia
dan Bizantium. Akan tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan Turki Usmani
tidak begitu menonjol karena terlalu berfokus pada bidang kemiliteran.
- Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani sangatlah
besar terutama dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama’ menjadi pejabat
tinggi dalam urusan agama dan berwenang memberi fatwa resmi terhadap
problem keagamaan yang dihadapi masyarakat.
- Tanda kemunduran kerajan Turki Usmani terjadi setelah masa
pemerintahan Sulaiman (1520-1566 M) berakhir, yaitu terjadi pertikaian
diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan. Turki Usmani
mengalami kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya melepaskan diri,
karena tidak ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.
Daftar Pustaka
Athaillah. 2006.
Rasyid Ridha: Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar. Jakarta: Erlangga.
Fardan, John 2007.
Sejarah Dunia untuk Anak Pintar. Yogyakarta : Platinum.
Lapidus, Ira M. 2002.
A History of Islamic Societies. United Kingdom: Cambridge University Press.
Nurhabib, Moh. 2003.
Sejarah dan Peradaban Islam. Malang:UMM Press.
Subaryana. 2006.
Sejarah Asia Barat I. Yogyakarta : FPIPS IKIP PGRI Wates.
Toprak, Binnaz. 1981.
Islam and Political Development in Turkey. Leiden : E.J Brill.
Yatim, Badri. 2000.
Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada.
Zurcher, Erik. 2003.
Sejarah Turki Modern. Jakarta : Gramedia.