BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memiliki sumber rujukan atau pedoman hidup yang dapat menuntun
menuju ke arah yang benar dan lebih baik. Sumber Islam yang pertama
adalah Al-Quran. Merupakan wahyu yang telah sangat sempurna diturunkan
kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW dan menetapkan Islam sebagai
agama yang diridhai Allah SWT.
Al-Quran memberikan dasar-dasar nilai kepada manusia sampai berakhirnya
sejarah manusia di akhir zaman dan tidak akan ada lagi wahyu yang turun
atau rasul yang diutus Allah SWT. Sehingga bersifat mutlak dan berlaku
universal serta abadi sampai kiamat. Al-Quran merupakan kitab petunjuk
hidup manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di
akhirat. Karenanya diturunkan untuk menjelaskan segala sesuatu secara
global dan tiang kokohnya umat Islam.
Dalam penulisan makalah ini, saya akan mengkaji tentang ayat Al-Quran
yaitu Q.S.At-Taghaabun : 16 yang membahas tentang sifat kikir yang
merupakan salah satu akhlak mazmumah ( tercela ). Pada ayat ini terdapat
asbabun nuzul yang akan dibahas di bab selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Sebagai umat muslim tentu kita mengetahui banyak penyakit hati yang
dimiliki manusia.Salah satu sifat itu adalah sifat kikir yang dapat
merusak iman seorang muslim.Sifat kikir banyak dimiliki oleh orang-orang
yang tidak mau berbagi dengan sesama.Kebanyakan mereka yang memiliki
sifat kikir karna kurangnya rasa bersyukur terhadap Allah SWT,padahal
sifat ini sangat tercela.Masih banyak hal-hal yang perlu dikaji tentang
sifat ini,untuk itu saya mengkaji surat At-Taghabun ayat 16 agar dapat
lebih mengerti lagi larangan sifat kikir.
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan utamanya yaitu untuk memenuhi tugas Tutorial, tujuan lainnya yaitu :
1. Menambah pemahaman saya mengenai isi kandungan Q.S.At-Taghaabun ayat 16.
2. Berusaha mengamalkan dan mengajarkan kepada orang lain sebagai bagian dari dakwah yang diperintahkan Allah SWT.
3. Dapat menerapkan ilmu-ilmu yang didapat setelah mengkaji
Q.S.At-Taghaabun ayat 16 dalam kehidupan sehari-hari. Agar menjadi
manusia yang senantiasa bertakwa kepada Allah SWT.
4. Menambah rasa bersyukur kita kepada Allah SWT atas karunia yang telah diberikan dan berbagai sifat tercela dalam diri kita
1.4 Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan makalah ini dengan membaca beberapa kitab tafsir dan
buku, serta membuka internet yang dapat menunjang pembuatan makalah
sesuai materi yang dibutuhkan atau yang akan dibahas.
1.5 Sistematika Penulisan Makalah
Sistematika atau urutan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mencari dan membaca Kitab Tafsir serta buku-buku yang berkaitan dengan materi yang dibahas.
2. Menyusun kerangka karangan
3. Mengembangkan kerangka karangan
BAB II
PEMBAHASAN
Surat At Taghaabun adalah surat ke 64 dalam Al Qur'an. Surat ini
tergolong surat madaniyyah, terdiri atas 18 ayat. Nama At Taghaabun
diambil dari kata At Taghaabun yang terdapat pada ayat ke 9 yang artinya
hari dinampakkan kesalahan-kesalahan.
Pokok-Pokok Isi
• Keimanan
o Seluruh isi alam bertasbih kepada Allah,
o Penjelasan tentang kekuasaan Allah serta keluasan ilmu-Nya
o Penegasan bahwa semua yang terjadi dalam alam ini adalah atas izin Allah.
• Hukum-hukum
o Perintah taat kepada Allah dan Rasul
o Perintah supaya bertakwa dan menafkahkan harta.
• Lain-lain
o Peringatan kepada orang-orang kafir tentang nasib orang-orang dahulu yang mendurhakai rasul-rasul
o Diantara isteri-isteri dan anak-anak seseorang ada yang menjadi musuh baginya
o Harta dan anak-anak adalah cobaan dan ujian bagi manusia.
2.1 Terjemahan Ayat.
Artinya :
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah
serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu(*). Dan
barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
(*) Maksudnya : nafkahkanlah nafkah yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.
2.2 Asbabun Nuzul
Imam Hakim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang
menceritakan, bahwa Abdu Yazid yang dikenal dengan nama panggilan Abu
Rukanah telah menjatuhkan talak kepada istrinya yang bernama Ummu
Rukanah, lalu ia kawin lagi dengan seorang wanita dari kalangan kabilah
Muzayanah. Umu Rukanah mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah saw.
untuk itu ia datang dan berkata kepadanya, "Wahai Rasulullah! Tidak
sekali-kali dia menceraikan aku melainkan karena demi si pirang itu."
Maka Allah menurunkan ayat ini, yaitu firman-Nya, "Hai Nabi! Apabila
kamu menceraikan istri-istrimu hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu
mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar)..." (Q.S. Ath-Thalaq 1)
Imam Dzahabi memberikan komentarnya, bahwa sanad hadis ini berpredikat
lemah, dan matannya keliru, karena sesungguhnya Abdu Yazid tidak sempat
masuk Islam. Imam Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui
jalur Qatadah bersumber dari Anas r.a. yang telah menceritakan, bahwa
Rasulullah saw. menceraikan Siti Hafshah, lalu Siti Hafshah kembali
kepada keluarganya. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Hai Nabi! Apabila
kamu menceraikan istri-istrimu hendaklah kamu ceraikan mereka pada
waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar..." (Q.S. Ath-Thalaq
1) Kemudian ada yang berkata kepada Rasulullah saw., "Rujukilah dia
karena sesungguhnya dia (Siti Hafshah) adalah wanita yang banyak
berpuasa dan salat." Imam Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis ini
secara mursal melalui Qatadah. Demikian pula Imam Ibnu Munzir
mengetengahkan hadis ini secara mursal melalui Ibnu Sirin. Imam Ibnu Abu
Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Muqatil sehubungan dengan
firman-Nya, "Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu..." (Q.S.
Ath-Thalaq 1) Muqatil mengatakan, bahwa kami telah mendengar, bahwasanya
ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdullah bin Amr bin Ash, Thufail
bin Harits, dan Amr bin Sa'id bin Ash.
2.3 Tafsir
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan supaya manusia yang mempunyai
harta, anak dan istri itu bertakwa kepada-Nya sekuat tenaga dan
kemampuannya, sebagaimana dijelaskan yang demikian oleh sabda Nabi SAW:
إذا أمرتكم بأمر فأتو منه ما استطعتم وما نهيتكم عنه فاجتنبوه
Artinya:
Apabila saya perintahkan kamu dengan sesuatu maka laksanakanlah sekuat
tenaga dan kemampuanmu dan apa yang saya larang melakukannya, maka
jauhilah ia. (HR. Bukhari)
dan dijelaskan pula dalam ayat yang berbunyi:
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102)
Artinya:
Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Q.S Ali
Imran: 102)
Selanjutnya Allah memerintahkan supaya mendengar dan patuh kepada apa
yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya. Jangan terpengaruh pada
keadaan sekelilingnya, di kiri dan kanannya, sehingga melanggar apa yang
dilarang agama. Harta benda supaya dibelanjakan untuk meringankan
penderitaan fakir miskin, menolong orang-orang yang memerlukan
pertolongan, dan untuk menolong hal-hal yang berguna kepada umat dan
agama, kepada yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Yang demikian
itu jauh lebih baik daripada menumpuk harta dan memanjakan anak. Ayat ke
16 ini ditutup dengan satu penegasan bahwa orang yang menjauhi
kebakhilan dan ketamakan pada harta adalah orang yang beruntung, akan
mencapai keinginannya di dunia dan di akhirat, disenangi oleh
teman-temannya. Di akhirat nanti ia sangat berbahagia, karena ia dekat
pada Tuhannya, disenangi, diridai dan dimasukkan ke dalam surga.
2.4 Terjemahan Harfiah
Detail Surat At-Taghabun Ayat 16
فاتقوا : maka bertakwalah kamu
الله : Allah
ما : apa
استطعتم : menurut kesanggupanmu
واسمعوا : dan dengarlah
وأطيعوا : dan taatlah
وأنفقوا : dan belanjakan
خيرا : baik
لأنفسكم : bagi dirimu
ومن : dan barang siapa
يوق : dipelihara
شح : kekikiran
نفسه : dirinya
فأولئك : maka mereka itu
هم : mereka
المفلحون : orang-orang yang beruntung
2.5 Surat yang Berkaitan
Q.S.Al-Lail : 8-11
[92:8]
وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasadirinya cukup,
[ 92:9 ]
وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى
serta mendustakan pahala yang terbaik,
[ 92:10 ]
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
maka kelak Kami akan menyiapkan baginya(jalan) yang sukar.
[ 92:11 ]
وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى
Dan hartanya tidak bermanfaat baginyaapabila ia telah binasa.
Q.S.Al-Hasyr :
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan siapa yang dipeliharadari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orangyang beruntung.
2.6 Hadist yang Berkaitan
1. Nabi SAW bersabda: “Tidaklah ada satu hari pun yang dilalui oleh
setiap hamba pada pagi harinya, kecuali ada dua malaikat yang turun,
berkata salah satu dari keduanya: Ya Allah berilah orang yang suka
menginfakkan hartanya berupa ganti (dari harta yang diinfakkan
tersebut), dan berkata (malaikat) yang lain: Ya Allah, berilah orang
yang kikir kebinasaan (hartanya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Demikian pula yang difirmankan-Nya dalam hadits qudsi: “Berinfaklah
wahai anak Adam, niscaya engkau akan diberi balasan/gantinya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
3. Perhatikan sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah sedekah itu akan mengurangi harta (HR. Muslim)
4. Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk banyak-banyak bersedekah,
walaupun mungkin ada di antara mereka yang tidak memiliki kelebihan
harta, beliau SAW tetap memberikan dorongan untuk berinfak, bersedekah,
dan memberikan apa yang dimiliki kepada siapa saja yang membutuhkan.
Beliau SAW bersabda: “Wahai para wanita muslimah, janganlah seorang
tetangga meremehkan untuk memberikan sedekah kepada tetangganya walaupun
hanya sepotong kaki kambing” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
5. Kebinasaan yang akan ditimpa oleh orang-orang yang kikir tidak hanya
di akhirat saja, bahkan Allah SWT menyegerakan azab bagi mereka di
dunia. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: “Tidaklah suatu kaum
mencegah dari memberikan zakat kecuali Allah akan menimpakan bala’
kepada mereka dengan paceklik.” (HR Ath Thabarani)
2.7 Kajian Ilmu
Sebagai seorang pendidik kita harus menjadi teladan bagi peserta didik
.Seperti sabda Rasulullah saw “Aku hanya diutus sebagai seorang
pendidik”.Juga dalam hadist lain beliau bersabda “Aku diutus hanya untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”.Sabda Nabi ini membuktikan bahwa
islam mengapresiasiakan siapa pun yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan.Dan dipertegas dengan sabda yang lain “Yang terbaik diantara
kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya”.Dalam
hadist yang sudah disebutkan menegaskan kepada kita bahwa profesi
sebagai pendidik itu amat luhur.
Untuk itu,seorang pendidik harus menyadari betul keagungan profesinya
dan harus menghiasi dirinya dengan akhlak yang terpuji,jiga tidak boleh
kikir dalam menyampaikan pengetahuannya dan menganggap remeh semua aral
yang merintangi tercapainya target utama.Sikap seperti ini akan mampu
mendorong seorang pendidik untuk melakukan hal-hal besar dalam menjalani
profesinya demi mendapatkan hasil yang maksimal.Sifat kikir bagi
seorang gurudapat menghilangkan rasa kasih sayang.Yaitu rasa kasih
sayang seorang pendidik kepada peserta didik.Dengan kata lain,orang yang
kikir dengan ilmunya lebih buruk daripada orang kikir dengan
uangnya.Guru yang baik akan senantiasa membagi ilmunya dengan peserta
didiknya,sehingga peserta didiknya memiliki etika yang baik dalam
berbagai hal.Sifat kikir sebagai pendidik sangatlah tidak baik,oleh
karenanya Allah SWT mengatakan bahwa beruntunglah orang yang
terpelihara dari kikir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Harta seolah-olah sudah menjadi tolok ukur tinggi dan rendahnya status
sosial seseorang di masyarakat. Sehingga tidaklah mengherankan jika
kemudian harta menjadi buruan yang senantiasa diintai oleh para
pemburunya. Bahkan bagi beberapa orang ada yang bersedia melakukan
apapun, untuk bisa mendapatkan harta buruannya, walaupun dengan
menghalalkan segala cara. Setelah mendapatkannya, sebagian dari kita,
ada yang merasa berat untuk mengeluarkan sebahagian dari harta mereka
untuk disedekahkan. Padahal dalam rezeki yang mereka dapatkan, ada hak
bagi anak yatim dan kaum dhuafa.
Sedikitnya ada 3 kerugian yang akan dialami manusia saat dirinya
dikuasai oleh sifat kikir atau pelit, dan hal itu tidak memberikan
keuntungan sedikitpun baginya. Pertama, ia akan jauh dari Allah Swt,
yang berarti tidak akan mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya. Kedua, ia
akan jauh dari manusia, sebab tidak seorang pun yang suka bergaul dengan
manusia kikir. Ketiga, berpeluang masuk ke dalam neraka, sebab hidupnya
tiada lagi berarti. Di mata Allah Swt ia hina dan bagi manusia ia
dianggap sebagai lawan. (Al hadits)
Sebagai pendidik hindari sifat kikir dengan etika seorang pendidik yaitu :
1. Mengajarkan dan mempraktikan etika islam
2. Menggunakan kata-kata yang bijak
3. Memperingati anak didiknya yang melakukan kesalahan
4. Menjawab pertanyaan anak didiknya
5. Menjaga kebersihan diri dan pakaiannya
6. Menghiasi wajahnya dengan senyuman
3.2 Saran
Saran menjadi pendidik yang sukses
1. Menguasai bidang pelajaran yang diasuh
2. Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan
3. Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan
4. Memiliki keluhuran akhlak dan tingkat pendidikan
5. Saling membantu dengan sesama pendidik
6. Menghiasi diri dengan sifat sabar dalam setiap hal