SASTRA PERBANDINGAN, SEJARAH, DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
I. HAKIKAT
Sebelum
menjelaskan lebih jauh mengenai hakikat sastra perbandingan, terlebih
dahulu ada dua istilah yang perlu dijelaskan, yakni sastra bandingan dan
sastra perbandingan. Dua hal ini mempunyai implikasi yang kurang lebih
sama (Endraswara, 2011:128).
Sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi
ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan
hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra
bandingan dapat membandingkan dua atau lebih periode yang berbeda.
Sedangkan konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah
geografis sastra (Endraswara, 2011:128).
Sastra
perbandingan adalah wilayah keilmuan sastra yang mempelajari
keterkaitan antar sastra dan perbandingan sastra dengan bidang lain.
Jalin-menjalin antar karya sastra sangat dimungkinkan, karena setiap
pengarang menjadi bagian dari penulis lain (Endraswara, 2011:128-129).
Menurut
kamus istilah sastra, sastra bandingan diartikan sebagai telaah dan
analisis terhadap kesamaan dan pertalian karya sastra berbagai bahasa
dan bangsa. Telaah bandingan sastra ini khususnya dalam sastra Indonesia
relatif baru (Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah, 2007:
181).
Sastra
bandingan merupakan kegiatan membandingkan sastra sebuah negara dengan
sastra negara lain atau membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai
keseluruhan ungkapan kehidupan (Endraswara, 2011:10).
II. SEJARAH
Berdasarkan
sejarahnya, sastra bandingan mempunyai dua aliran, yaitu aliran Prancis
dan aliran Amerika. Aliran prancis disebut juga aliran lama karena
memang sastra bandingan lahir di negara Prancis dan banyak tokoh-tokoh
Prancis yang memplopori kelahirannya tersebut. Sedangkan aliran Amerika
disebut sebagai aliran baru karena aliran Amerika meneruskan dan
mengembangkan aliran Prancis.
Kedua
aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda, walaupun tidak saling
bertentangan. Persamaan kedua aliran tersebut yakni memiliki beberapa
tujuan yaitu: (1) untuk mencari pengaruh karya sastra satu dengan karya
sastra lain di berbagai negara; (2) untuk menentukan mana karya sastra
yang orisinil dan mana yang bukan dalam lingkup perjalanan sastra; (3)
untuk menghilangkan kesan bahwa karya sastra nasional yang satu lebih
hebat daripada karya sastra nasional lainnya.
Sedangkan perbedaan wawasan kedua aliran tersebut akan dipaparkan singkat di bawah ini[*].
ALIRAN PRANCIS
|
ALIRAN AMERIKA
|
Pelopor pertama lahirnya sastra bandingan
|
Mengembangkan pemahaman teori sastra bandingan dari aliran sebelumnya (aliran Prancis)
|
Membandingkan setidaknya dua karya sastra dari negara-negara yang berbeda
|
Selain
membandingkan dua karya sastra, aliran Amerika juga beranggapan
sastra bandingan dapat pula membandingan sastra dengan bidang ilmu dan
seni tertentu
|
Dalam
konsep aliran Perancis hanya membolehkan pengkajian karya sastra
dengan jenis yang sama. Maksudnya misalnya puisi dengan puisi, cerpen
dengan cerpen, naskah drama dengan naskah drama.
|
dalam
aliran ini pengkajian perbandingan karya sastra tidak hanya sebatas
dengan karya sastra saja, tetapi perbandingan dapat dilakukan dengan
disiplin seni lain, seperti puisi dengan lagu, cerpen dengan lukisan,
naskah drama dengan seni instalasi, dsb
|
Sastra
dianggap sebagai bagian hidup, sebab unsur-unsur kehidupan dalam
karya sastra dapat dimanfaatkan oleh ilmu lain, negara lain, atau
keseluruhan dunia dapat terangkum dalam satu kebulatan
|
Sastra
tetap bisa menjadi dirinya sendiri sebagai sebuah karya sastra yang
kemudian dapat dibandingkan dengan ilmu lain, seperti sastra dengan
sejarah, sastra dengan sosiologi, sastra dengan politik, sastra dengan
ekonomi, sastra dengan agama,dsb. Bandingan ini dapat memperluas
peran sastra bagi segmen kehidupan lain.
|
Dalam
hal bandingan, aliran Prancis lebih cenderung kepada hal-hal yang
dapat dibuktikan dengan hal-hal nyata, misalnya dokumen pribadi
pengarang, dan menolak kritik sastra sebagai unsur utama dari
penelitian sastra bandingan, serta meragukan kebiasaan membandingkan
dua karya sastra yang hanya memperlihatkan analogi dan perbedaan saja.
| |
Para
pelopor sastra bandingan di Prancis antara lain Fernand Baldensperger
Jean-Maria Carre, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard.
Buku-buku yang telah mereka tulis antara lain sebagai berikut (Endraswara, 2011: 25-26):
1. La Litterature Comparee (Paris,
1932-1951) karya Paul van Tieghem. Buku ini berisi uraian mengenai
sejarah, teori, masalah, serta hasil kesusastraan umum dan bandingan.
Bahan-bahan yang dipakai terbatas pada penerbitan berbahasa Prancis.
2. La Litterature Comparee (cetakan
pertama, Paris, 1951; edisi kelima, 1969) oleh Marius-Francois Guyard.
Buku ini membawa kita pada perkenalan sastra bandingan yang sealiran
dengan Paul van Tieghem.
3. “La Litterature Comparee Depuis un Demi Siele” dalam Annales du Centre Universitaire Meditenarean 3
(1951), 69-77 karya Jean-Marie Carre. Karangan ini penting sebagai
sebuah aliran, karena secara nyata mewakili aliran Prancis dalam sastra
bandingan aliran Guyard. Di sini Jean-Marei Carre melihat sastra
bandingan sebagai sesuatu yang berbeda dengan “bandingan kesusastraan”
atau “sastra umum”. Dalam karangan ini juga terdapat studi mengenai
aspek pengaruh, sejarah perkembangan kesusastraan, dan sejarah
interpretasi kesusastraan dari satu negara ke negara lain; selain
ditekankan pula pentingnya kesusastraan itu sendiri.
Sastra
bandingan awalnya memang berkembang di Prancis, Inggris, Jerman dan
negara-negara Eropa lainnya. Selanjutnya, sastra bandingan juga
melebarkan sayap ke Amerika dan Asia pada umumnya. Sejak tahun 1970-an
sastra bandingan mulai berkembang dengan mengkaji karya-karya Andre
Malraug, William Somerset Maughnam, dan Franz Kafka. Pada awalnya,
sastra bandingan sekedar membandingkan karya sastra dengan karya sastra
untuk mencari kefavoritan dan keoriginalitasan karya. (Endraswara,
2011:130)
III. PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Perkembangan
sastra bandingan di Indonesia tidak lepas dari induknya yaitu Prancis
dan Amerika. Tetapi tampaknya Amerika Serikat justru lebih mendominasi
hadirnya sastra bandingan di Indonesia (Endraswara, 2011:36).
Sastra bandingan di Indonesia secara garis besar dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu (Endraswara, 2011:43):
1) Sastra bandingan dalam kaitan studi filologi yang dikenal sebagai kritik teks.
2) Sastra
bandingan dalam hubungannya dengan sastra lisan. Jenis penelitian ini
lebih ke arah motif dan atau tema dalam dongeng, cerita rakyat, legenda,
dan sejenisnya, serta merunut wilayah penyebaran teks.
3) Sastra
bandingan modern, yakni sastra bandingan tulis, baik yang ditulis dalam
bahasa Indonesia yang masih bernama bahasa Melayu maupun yang ditulis
dalam bahasa Indonesia.
4) Sastra
bandingan interdisipliner artinya menyandingkan karya sastra dengan
bidang lain di luar ilmu sastra. Bandingan yang keempat ini sering
melahirkan simbiosis mutualisme antara sastra dan bidang lain.
Para
sarjana, baik asing maupun Indonesia, telah banyak melakukan studi
filologi atas naskah-naskah lama Nusantara (Indonesia). Umumnya
perbandingan naskah-naskah yang berupa karya sastra yang berbeda, lalu
dicari pertautannya, dan kemudian menemukan naskah induk. Setelah induk
naskah ditemukan barulah dilakukan perbaikan serta penganalisisan untuk
menentukan latar belakang budaya yang tercermin dalam naskah.
Teori
sastra bandingan di Indonesia belum mendapat perhatian sepenuhnya dari
para pakar. Masih sangat sedikit buku dan artikel yang menjelaskan dan
menguraikan teori sastra bandingan.
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS
. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Bukupop
Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka