Secara umum kawasan bangsa Arab Kuno terbagi ke
dalam beberapa wilayah bagian, di antaranya :
YAMAN
Negeri Yaman adalah tempat tumbuh kebudayaan
yang paling penting yang pernah tumbuh di Jazirah Arab sebelum Agama Islam
datang. Kata Yaman berasal dari kata "Yumn" yang berarti "berkata"
(Yaqut : Mujamul Buldan pada kata
"Yaman". Lihat Pula Encij of Islam artikel "Yaman") Dinamai
demikian, karena di negeri ini banyak berkat dan kebaikan.
Negeri Yaman Makmur karena tanahnya subur.
Hujan pun banyak turun di sana. Anak negerinya membuat waduk-waduk dan
bendungan-bendungan air. Anak negerinya membuat waduk-waduk dan
bendungan-bendungan air, agar dengan adanya waduk-waduk dan bendungan-bendungan
air itu, air hujan dapat dipergunakan denganbaik ; dan juga kota-kota dan
kampung-kampung serta tanaman mereka tiada dilanda air bah di musim hujan.
Penduduk Yaman pun pernah memegang peranan besar dalam melancarkan perniagaan
antara Timur dan Barat.
Sebaliknya, faktor-faktor yang disebutkan itu
pulalah yang menyebabkan nasab mereka tidak murni lagi; bahasa mereka menjadi
rusak, karena banyaknya kaum-kaum saudagar dari India, Sumatra, Tiongkok, Mesir
dan Siria berdatangan ke negeri mereka tiada luput dari penjajahan, yang
dilancarkan oleh negara-negara tetangga yang lebih kuat dan yang mempunyai
ambisi untuk menjajah.
Karena adanya kestabilan dan kehidupan yang
makmur, maka telah pernah lahir di Yaman raja-raja yang mempunyai mahkota dan
istana yang besar-besar. Bila lahir seorang raja yang kuat, tunduklah seluruh
negeri Yaman kepadanya. Ia dipatuhi oleh raja-raja kecil dan oleh kepala-kepala
daerah diseluruh daerah Yaman, bahkan Hadramaut pun tunduk kepadanya.
Akan tetapi di masa lemahnya, negeri Yaman
terbagi atas daerah-daerah yang acapkali berperang-perangan dan
bermusuh-musuhan. Diantara kerajaan-kerajaan penting yang telah pernah berdiri
di Yaman ialah :Kerajaan Ma'in,Qutban, Saba' dan Himyar.
Kerajaan Ma'in berdiri kira-kira tahun 1200
sebelum Masehi, dan Kerajaan Qutban berdiri kira-kira tahun 1000 sebelum
Masehi. Kerajaan Qutban inilah yang jadi pengawa Selat Bab el Mandeb. Akan
tetapi hal-hal yang mengenai kerajaan ini amat sedikit yang dikenal.
Akhirnya kedua-duanya roboh, dan diatas puing
kerobohannya berdirilah kerajaan Saba'.
KERAJAAN SABA'
Kerajaan Saba' mulai berdiri tahun 950 S.M.
mula berdirinya merupakan satu kerajaan kecil saja; kemudian bertambah besar
dan luas, sementara itu kerajaan Ma'in dan Qutban semakin kecil dan lemah,
akhirnya roboh dan dipusakai oleh kerajaan Saba'; sebagaimana Handruamaut pun
digabungkan kepada Kerajaan Saba' ini. Kerajaan Saba' berdiri tahun 115 S.M.
Kemasyuran Kerajaan Saba' berpokok pangkal pada dua sebab :
a. Ratunya yang
terkenal bernama Ratu Bulqis. Ceritera tentang Ratu Bulqis ini Nabi Sulaiman
dan burung hud hud tersebut tersebut di dalam al Quran (suratan Naml 20-44, dan
lihat pula at Thabari I:345 - 350).
b. Bendungan
Ma'Rib, yaitu satu bendungan yang terkenal dalam sejarah. Bendunganini dibangun
oleh arsitek-arsitek Yaman yang ahli dalam ilmu bangunan. Bendungan ini
merupakan sebuah dam raksasa yang dapat membendung air di antara dua buah
gunung. Air itu dapat dipergunakan di waktu-waktu perlu. Dengan adanya
bendungan ini maka kampung-kampung, kebun-kebun dan tanam-tanaman yang berada
di tanah-tanah rendah dapat dipelihara dari bahaya banjir yang kerapkali
terjadi di musim-musim hujan.
Bendungan raksasa semacam ini tentu saja harus
diawasi, dipelihara dan diperbaiki. Akan tetapi karena kerajaan Saba' ini
mengalami kelemahan pada saatnya yang akhir, maka tiadalah mereka mampu lagi
memelihara dan memperbaikinya. Akhirnya dam raksasa ini jadi rusak dan tidak
dapat lagi melawan air bah, terutama air bah yang disebut "Sailul
Arim" yang diceritakan oleh Tuhan di dalam al Quran (surat Saba ayat 16).
Sailul Arim ini menyebabkan kehidupan di Yaman
mengalami perubahan besar. Penduduk Yaman terpaksa mengungsi ke bagian utara
Jazirah Arab, karena air bah yang besar itu telah melanda dan menenggelamkan
negeri mereka. Inilah yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Saba' dan timbulnya
Kerajaan Himyar.
KERAJAAN HIMYAR
Kerajaan Himyar berdiri semenjak Kerajaan Saba'
mulai lemah. Kelemahan kerajaan Saba' memberi kesempatan bagi kerajaan Himyar
untuk tumbuh dan berkembang dengan pesat hingga akhirnya Kerajaan Himyar dapat
mempusakai Kerajaan Saba'.
Kekuasaan mereka pun telah menjadi besar.
Diceritakan bahwa balatentara mereka telah menjelajah sampai ke Irak dan
Bahrain. Akan tetapi, kerajaan ini akhirnya mengalami kelemahannya pula. Mereka
alpa memperbaiki dan mengawasi bendungan-bendungan dan dam-dam air itu. Oleh
karena itu bendungan-bendungan dan dam-dam air dirobohkan pula oleh air bah dan
banjir. Bendungan Ma'rib tak dapat dipertahankan lagi. Dam raksasa itu rubuh.
Kerubuhan bendungan Ma'rib mengakibatkan segian dari bumi mereka tidak mendapat
air yang diperlukannya lagi, sementara sebagian yang lain karam di dalam
banjir. Malapetaka ini menyebabkan mereka berduyun-duyun mengungsi ke bagian
utara Jazirah Arab. Oleh sebab itu, Yaman menjadi lemah. Dan kelemahannya itu
membukakan jalan bagi kerajaan-kerajaan Persia dan Romawi untuk campur tangan
dalam urusan dalam negeri Yaman dengan maksud hendak memiliki negeri yang subur
dan makmur itu.
Kerajaan Saba' dan Himyar banyak meninggalkan
bekas-bekas dan peninggalan-peninggalan yang dapat menggambarkan kebesaran dan
kemajuan yang telah dicapai oleh kerajaan-kerajaan itu di zaman dahulu.
Kerajaan-kerajaan ini juga pernah mempunyai armada yang besar untuk membawa
barang-barang perniagaan dari India, Tiongkok, Somalia dan Sumatera ke
pelabuhan-pelabuhan Yaman. Perniagaan pada Lin ini boleh dikatakan dimonopoli
oleh mereka.
Dari Yaman barang-barang perniagaan ini dibawa
ke utara oleh kafilah-kafilah yang juga dikuasai oleh Yaman, yaitu sebelum
pusat kafilah-kafilah ini berpindah ke Makkah sebagai yang akan diterangkan
nanti.
YAMAN TERJAJAH
Telah kita bayangkan di atas, bahwa kesuburan
dan kemakmuran negeri Yaman, menyebabkan dua kerajaan imperialis besar di waktu
itu, yaitu Kerajaan Persia dan Romawi, berlomba-lomba untuk menguasainya. Ada
lagi sebab yang langsung yang mengakibatkan negeri Yaman menjadi mangsa negara
Imperialis, yaitu pergolakan agama yang terjadi di negeri itu.
Seorang raja Yaman, yaitu Zu Nuas, menganut
agama Yahudi. Tindakannya itu diikuti oleh sementara kaumnya. Di Najran yaitu
bagian utara Yaman tersiar agama Masehi. Zu Nuas merasa khawatir kalau-kalau
pengaruh Kerajaan Romawi dan Habsyl akan menjalar ke Yaman dengan perantaraan
agama Masehi, apabila negeri Yaman di waktu itu (abad ke V Masehi) sedang
mengalami masa kelemahannya.
Maka Zu Nuas memerintahkan kepada penduduk
Najran supaya memilih antara dua, yaitu menganut agama Yahudi atau dibunuh
mati. Penduduk Najran bertekad biar dibunuh mati dari pada menukar agama mereka
dengan agama Yahudi. Maka diperintahkanlah oleh Zus Nuas menggali sebuah parit.
Penduduk Najran dibunuh dan dibakar oleh Zu Nuas didalam parit itu.
Ada seorang dari mereka yang dapat melarikan
diri. Orang ini pergi ke negeri Habsyl (Ettipia). Kepada Negus yang juga
menganut agama Masehi, dimintanya supaya menuntutkan bela kaum Masehi, yang
dibunuh dan dibakar hidup-hidup oleh Zu Nuas. Untuk ini, Kerajaan Habsyl
bekerja sama dengan Kerajaan Romawi. Kerajaan Romawi menyediakan kapal-kapal
yang diperlukan dan Kerajaan Habsyl menyediakan bala tentara.
Kemudian mereka menyerang negeri Yaman.
Penyerangan-penyerangan menang,dan Zu Nuas menderita kekalahan. Kemudian
dipacunya kudanya ke laut dan karamlah dia di dalam laut itu. Dengan demikian
jatuhlah negeri Yaman ke bawah kekuasaan Habsyl. Panglima balatentara Habsyl
bernama Aryath, dan pembantunya bernama Abrahah. Aryathdibunuhnya dan dengan
demikian berpindahlah kekuasaan ke tangan Abrahah. Sesudah Abrahah meninggal
kekuasaan dipegang oleh anaknya yang bernama Yaksum, kemudian oleh Masruq.
Kerajaan Persia tiadalah bersenang hati
melihatkan negeri Yaman dijajah oleh bangsa Habsyl dan Romawi itu. Akhirnya
datanglah kesempatan baginya untuk campur tangan. Yaitu dikala salah seorang
dari keturunan raja-raja Himyar namanya Saif bin ibnu Zi Yazin lari ke Persia,
untuk meminta pertolongan mengeluarkan bangsa Habsyl dari Yaman. Permintaan itu
diperkenankan oleh Kisra (raja) Persia. Dikiriminya balatentara ke Yaman.
Balatentara Persia ini berhasil melepaskan Yaman dari penjajahan bangsa Habsyl.
Kemudian kedudukan bangsa Habsyl di Yaman digantikan oleh bangsa Persia. Mereka
mengambil alih kekuasaan bangsa Habsyl, sesudah Saif ibnu Yasin mati terbunuh,
dan mereka kuasailah sepenuhnya negeri Yaman itu.
Kisra mengangkat seorang Gubernur untuk
memerintah di Yaman atas namanya. Pada waktu Nabi Muhammad SAW diutus menjadi
Rasul, Gubernur di Yaman ialah Bazan. Dia hanya berpengaruh atas Yaman saja.
Banyak daerah-daerah yang lain di Yaman tiada dipengaruhinya, hanya tetap
mempunyai raja-raja atau kepala-kepala dari bangsa Arab.Nabi Muhammad menyeru
Bazan untuk menganut agama Islam, maka dianutnyalah agama ini.
KERAJAAN HIRAH DAN GHASSAN
Ada beberapa suku bangsa Arab menetap di bagian
Utara Jazirah Arab. Suku-suku bangsa ini kerapkali menggangu kerajaan Persia
dan Romawi. Kerapkali serangan-serangan liar mereka lakukan, untuk merampas apa
yang dapat mereka rampas. Kemudian rampasan itu mereka larikan kepedalaman
Jazirah Arab. Tentara Persia, begitu juga tentara Romawi, tentu daja tidak
sanggup mengjar mereka, terutama karena jalan ke pedalaman amat sukar, dan sir
sukar dijumpai.
Karena itu oleh Kerajaan Persia dan Kerajaan
Romawi diusahakan suatu hajiz (dinding) yang akan melindungi negeri Persia dan
romawi dari serangan-serangan itu. Untuk keperluan ini oleh mereka dikumpulkan
beberapa suku bangsa Arab yang telah mereka kenal, yang dahulunya berpindah
dari negeri Yaman, lalu mereka tempatkan di bagian utara Jazirah Arab, yakni
disebelah selatan negara Persia dan Romawi. Kabilah-kabilah ini oleh mereka
diperlengkapi dengan senjata dan diberi uang. Kabilah-kabilah ini mengenal
dengan baik seluk-beluk dan simpang siur jalan-jalan serta seluruh liku-liku
Jazirah Arab. Mereka sanggup pula menghambat serangan-serangan dari suku-suku
bangsa Arab tersebut. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Manadzirah di bawah
perlindungan Kerajaan Persia, yang bertugas melindungi Kerajaan Persia itu. Di
samping itu berdiri pula Kerajaan Ghassanah di bawah perlindungan Kerajaan
Romawi yang bertugas melindungi Kerajaan Romawi.
KERAJAAN HIRAH (MANADZIRAH)
Sejarah Keamiran Hirah ini mulai semenjak abad
ketiga Masehi, dan terus berdiri sampai lahirnya agama Islam. Kerajaan ini
telah berjasa juga terhadap kebudayaan Arab, karena warga negaranya banyak
mengadakan perjalanan-perjalanan di seluruh Jazirah Arab terutama untuk
berniaga, dalam pada itu mereka juga menyiarkan kepandaian menulis dan membaca.
Karena itu mereka dapat dianggap sebagai penyiar ilmu pengetahuan di Jazirah
Arab.
Di antara raja-rajanya terkenal ialah: Umru ul
Qais, Nu'man ibnu Umru ul Qais (yang mendirikan istana Khawarnaq dan istana
Sadir di permulaan abad kelima Masehi), Mundzir ibnu Ma'is Sama', Amr ibnu Hind
(dikenal juga dengan nama "Amr ibnul Mundzir ibnu Ma'is Sama" yang
bernama Hind (hindun) itu ialah ibunya) dan Mundzir ibnu Nu'man
ibnul Mundzir. Mundzir ibnu Nu'man ibnul Mundzir inilah rajanya yang terakhir.
Di masa pemerintahan raja inilah Khalid ibnul Walid memerangi Hirah, dan
akhirnya negeri Hirah menggabungkan diri ke dalam pemerintahan Islam.
KERAJAAN GHASSAN (SHASASINAH)
Nama Ghasasinah itu terambil dari nama mata air
di Syam yang tersebut Ghassan. Kaum Ghasasinah memerintah di bagian selatan
dari negeri Syam dan di bagian utara dari Jazirah Arab. Mereka telah mempunyai
kebudayaan yang tinggi juga, dan menganut agama Masehi yang diterimanya dari
bangsa Romawi dan merekalah yang memasukkan agama Masehi itu ke Jazirah Arab.
Diantara raja-rajanya yang masyhur ialah:
Jafnah ibnu ‘Amr, Arkam ibnu Tsa'labah, dan Jabalah ibnu Aiham. Jabalah ibnul
Aiham inilah rajanya yang terakhir. Di masa pemerintahan Jabalah inilah
terjadinya pertempuran Yarmuk dan masuknya agama Islam ke daerah ini. Menurut
cerita, Jabalah ini telah memeluk agama Islam, akan tetapi kemudian dia murtad
dan lari ke negeri Romawi dalam suatu peristiwa masyhur yang terjadi di masa
pemerintahan Umar Ibnul Khattab.
Antara Kerajaan Mandzirah dengan kerajaan
Ghasasinah itu selalu terjadi pergolakan, terutama disebabkan perselisihan
tentang kapal batas, Kerajaan Manadzirah menjalankan politik yang dijalankan
oleh kerajaan Persia, sebagaimana kerajaan Ghasasinah menjalankan politik yang
dijalankan oleh kerajaan Romawi. Oleh karena kerajaan Persia dengan kerajaan
Romawi itu bermusuhan, maka manakala terjadi peperangan antara kerajaan Persia
dan kerajaan Romawi, tentu saja kerajaan Manadzirah berdiri di samping kerajaan
Romawi.
Oleh karena raja-raja kerajaan Hirah dan
Ghassan itu adalah dari keturunan Yaman, maka dalam bidang kebudayaan dan cara
hidup, mereka menjaga corak dan tradisi Yaman. Sebagai contoh dapat dikemukakan
dua buah istana besar yang terdiri oleh raja Hirah, dengan mencontih
istana-istana Yaman, yaitu yang terkenal dalam sejarah dengan nama
"AlKhawarnaq", dan "As Sadir", yang telah disebutkan di
atas.
Jasa kerajaa-kerajaan ini yang terpenting
ialah: mereka telah memegang peranan dalam menyiarkan pelbagai macam kebudayaan
Persia dan Romawi ke Jazirah Arab. Mereka adalah laksana jembatan yang dilalui
oleh iring-iringan kebudayaan dari negeri Persia dan Romawi dalam perjalannya
menuju Jazirah Arab. Diantara jenis-jenis kebudayaan itu ialah: agama, ilmu
pengetahuan umum, tulis baca, ilmu pengetahuan ketentaraan dan lain-lain.
HIJAZ
Hejas - berbeda dengan negeri-negeri Arab yang
lain - telah dapat menjaga kemerdekaannya. Tidak pernah negeri Hejaz dijajah,
diduduki, atau dipengaruhi oleh negara-negara asing. Hal itu boleh jadi
disebabkan oleh letak dan kemiskinan negerinya, sehingga tiada menimbulkan
keinginan pada negara-negara lain untuk menjajahnnya. Boleh jadi juga,
disebabkan karena Hejaz itu sejak zaman Ibrahim telah menjadi Ka'bah bagi
bangsa Arab. Mereka bekerja bersama-sama memelihara, menjaga kemerdekaan negeri
itu, dan menjauhkan penjajah-penjajah dari padanya.
Telah disebutkan di atas bahwa sejarah Hejaz
dapat di kenal negeri ini amat erat hubungannya dengan agama-agama dan
kitab-kitab suci. Oleh karena itu, dalam mengikuti pertumbuhan kehidupan di
Hejaz ini, di samping berpegang kepada buku-buku sejarah, kita juga akan
mengambil bahan-bahan dari al Quran dan Hadis-Hadis Nabi.
MAKKAH (KOTA SUCI)
Ada suatu cerita yang indah diriwayatkan oleh
Bukhari berkenaan dengan telaga Zamzam. Di bawah ini kita cantumkan
ringkasannya sebagai berikut :
Ibrahim datang membawa anaknya yang masih bayi,
yaitu Ismail, serta ibunya. Mereka keduanya ditempatkan pada suatu tempat
didekat telaga Zamzam yang sekarang. Untuk jadi bekal bagi kedua orang itu
ditinggalkan oleh Ibrahim sebuah karung kecil berisi buah korma, dan sebuah
kendi berisi air, dan diapun berangkatlah hendak kembali. Maka berserulah ibu
Ismail
"Hendak ke mana engkau, hai Ibrahim? Akan
engkau tinggalkalah kami berdua di lembah ini?"
Karena Ibrahim tidak menoleh, maka ibu Ismail
bertanya lagi: "Apakah Tuhan yang menyuruhmu berbuat begini !"
"Betul !" jawab Ibrahim.
"Kalau begitu tentu Dia tidak akan
menyia-nyiakan kami ?" ujar ibu Ismail lagi.
Setelah beberapa hari berselang, habislah
makana dan air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim. Akhirnya air susu ibu Ismail
menjadi kering. Ibu Ismail lalu berlari-lari anjing antara bukit Safa dan bukit
Marwa, untuk melihat kalau-kalau ada orang yang dapat memberi mereka makanan
dan minuman. Tujuh kali dia berlari-lari anjing itu. Untuk memperingati
peristiwa ibu Ismail ini maka orang yang mengerjakan ibadah haji berlari-lari
anjing tujuh kali antara dua bukit itu.
Pada kali yang ketujuh kelihatan oleh ibu
Ismail malaikat menjelma sebagai burung yang sedang mematuk-matuk tanah dengan
paruhnya. Maka keluarlah air di tempat itu. Menurut riwayat lain air memancardi
dekat kaki Ismail, waktu tempat itu dihantam-hantaminya dengankakinya ketika ia
menangis.
Itulah dia telaga Zam-zam, suatu telaga yang
menjadi sebab utama bagi kemakmuran tempat ini. Sebagai diketahui air di padang
pasir adalah sumber hidup. Di mana ada air disana ada hidup dan disana ada
kemakmuran. Apalagi timbulnya air dengan cara yang disebutkan, menyebabkan
tempat ini mendapat semacam kesucian dalam pandangan bangsa Arab. Mereka
berdatangan ke tempat itu untuk menyaksikan anak kecil yang dibawah telapak
kakinya memancar mata air. Mereka coba meminum air yang memancar sebagai
menghormati bayi yang masih menyusui itu.
Tidak jauh dari tempat itu terletak kota
Makkah. Kota ini terletak kira-kira di tengah-tengah Jazirah Arab. Letaknya
yang baik ini, menyebabkannya menjadi tempat perhentian bagi kafilah-kafilah
perniagaan. Setelah mata air mamncar dari telaga Zam-zam, rumah-rumah kota
Makkah telah sampai ke dekat telaga itu.
Sekali peristiwa, datanglah Ibrahim ke Hejaz
untuk melihat puteranya. Maka kelihatanlah olehnya betapa puteranya menjadi
penghormatan yang besar, dan betapa orang dari segenap penjuru Jazirah Arab
berdatangan ke sana. Oleh karena itu Ibrahim bersama-sama dengan puteranya itu
membangun Ka'bah, agar dapat dijadikan tempat mengerjakan syi'ar agama Ibrahim,
Inilah yang diceritakan oleh Tuhan di dalam al Quran.
Ka'batul musyarrafah itu ialah Bailtullah atau
disebut juga Baitul ‘Atiq, yaitu sebuah bangunan bebentuk kubus. Dibangun di
bagian yang paling luas dilembah itu. Tingginya 15 meter. Panjang dindingnya
yang sebelah barat masing-masing kira-kira 12 meter. Pada didingnya yang
sebelah timur disitulah pintu Ka'bak itu. Di pojok Ka'bah yang sebelah tenggara
sebelah keluar terdapat Hajarul Aswad. Dia tertinggi dari tanah kira-kira satu
setengah meter. Dari Hajarul Aswad itulah dimulai thawaf.
Tatkala Nabi Ibrahim telah selesai mendirikan
Ka'bah berserulah dia kepada Tuhan :
"Ya Tuhan kami ! Aku telah menempatkan
sebagian dari keturunanku pada suatu lembah yang tiada bertanam-tanama, di
dekat rumah-Mu yang dihormati. Ya tuhan kami, agar mereka mendirikan
sembahyang. Maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka, dan beri
rezekilah mereka dengan buah tanam-tanaman." (Q.S.
Ibrahim : 37)
Tuhan telah memperkenankan do'a Nabi Ibrahim
ini, dan ditunjukakanlah oleh Tuhan kepadanya begaimana caranya agar maksud itu
terlaksana. Berfirman Tuhan :
"Beritahukanlah kepada kami manusia untuk
mengerjakan haji niscaya mereka datang kepada engkau dengan berjalan kaki, atau
menunggu kendaraan yang kurus - karena jauhnya perjalanan dari tiap-tiap negeri
yang jauh." (Q.S. Al Hajj : 27).
Maka diberitahukan dan diserulah manusia oleh
Nabi Ibrahim untuk mengerjakan haji, dan mereka pun memperkenankan seruan itu.
Maka semenjak itu berdatangankah manusia dari segenap penjuru dan dari bermacam-macam
negeri didunia ini ke Makkah Almukarramah untuk mengerjakan Ibadah Haji.
Di dalam Ka'bah itulah dahulu upacara-upacara
agama dilakukan. Akan tetapi, karena banyaknya orang yang berdatangan ke Makkah
dan banyaknya orang mengerjakan haji, maka tempat yang kecil itu menjadi
sempit. Oleh karena itu, bangsa Arab bersepakat untuk mempergunakan sebagian
dari tanah yang di sekeliling Ka'bah itu untuk tempat mengadakan
upacara-upacara keagamaan, dan mereka pandang sucilah tempat itu, oleh
karenanya tempat itu mereka sebut "Haram", Yakni tempat yang
dimuliakan. Dikala datang agama Islam dan sembahyang disyari'atkan, maka di
temapat itulah sembahyang dikerjakan, oleh karenanya maka dinamailah tempat itu
"Masjidul
Haram".
Kota makkah adalah satu tempatyang dipandang
suci oleh seluruh bangsa Arab. Bangsa Arab dari seluruh penjuru Jazirah Arab
berdatangan ke kota Makkah untuk mengerjakan Haji atau umrah. Oleh karena itu
bangsa Arab seluruhnya sela sekata melarang berperang dalam bulan-bulan haji,
yaitu Zulkaidah, Zulijjah, dan Muharram. Begitu juga di bulan Rajab, karena di
bulan Rajab itu banyak dikerjakan umrah. Bulan-bulan yang disebutkan itu mereka
namai "Asyhru'l Hurum" (Bulan-bulan yang terlarang). Demikian pula
mereka telah sepakat untuk melarang berperang di Haram Makkah itu. Sikap ini
adalah semacam persetujuan yang dibuat oleh badan-badan yang memegang
pemerintah di Tanah Arab berkenaan dengan kota Makkah.
Kota Makkah itu sendiri pun semenjak masa
paginya betul telah mengenal pemerintahan. Diantara suku-suku yang telah
memegang kekuasaan di Makkah yang terkenal ialah suku-suku Amaliqah, yaitu
sebelum Nabi Ismail dilahirkan. Kemudian datang pula ke Makkah suku-suku Jurhum
dan mereka menetap di Makkah, bersama-sama dengan suku-suku Amaliqah. Akan
tetapi suku-suku Jurhum kemusian dapat mengalahkan dan mengusir suku-suku
Amaliqah dan Makkah.
Dimasa Jurhum berkuasa itulah Ismail datang ke
Makkah. Ismail terdiri dalam terdidik dalam lingkungan Jurhum, dan kemudian
kawin dengan salah seorang putri dari Jurhum. Karena kota Makkah telah menjadi
tempat yang dipandang suci oleh segenap bangsa Arab, maka berdirilah di sana
pemerintahan untuk melindungi jemaah-jemaah haji dan menjamin keamanan,
keselamatan dan ketentraman mereka.
Rupanya telah terjadi pembagian kerja antara
orang-orang Jurhum dan Ismail, yaitu : urusan-urusan politik dan peperangan
dipegang oleh orang-orang Jurhum, sedang Ismail mencurahkan tenaganya untuk
berkhimat kepada Baitullah dan urusan-urusan keagamaan. Orang-orang Jurhum
kemudian telah menjadi kaya, karena itu mereka telah tenggelam dalam kenikmatan
hidup, dan lupalah mereka kepada kewajibannya. Oleh karena itu berpikirlah oleh
suku Khuza'ah yang juga telah menetap di Makkah hendak merebut kekuasaan dari
Jurhum.
Mudhadhim ibnu ‘Amr al Jurhumi salah seorang
pemimpin Jurhum tiadalah mampu untuk menginsafkan orang-orangJurhum itu, dan
dirasanya bahwa mereka lemah. Oleh karena itu berangkatlah dia meninggalkan
Makkah bersama-sama kaumnya. Ikut pula bersama-sama mereka putra-putra Ismail.
Oleh Mudhadhim ibnu ‘Amr sebelum meninggalkan Makkah, telaga Zam-zam
ditimbuninya dengan tanah. Setelah Jurhum meninggalkan Makkah berpindahlah
kekuasaan ke tangan Khuza'ah, yaitu pada tahun 440 M.
Qushai inilah yang mendirikan Darun Nadwah,
untuk tempat bermusyawarah bagi penduduk Makkah di bawah pengawasan Qushai. Dia
pulalah yang mengatur urusan-urusan yang berhubungan dengan Ka'bah, yaitu:
a. As Siqayah
(Menyediakan air minum).
Karena telaga Zam-zam telah ditimbun dengan
tanah, maka amat sulitlah memperoleh Makkah (telaga Zam-zam itu kemudian digali kembali oleh
Abdul Mutthalib) Sebab itu air untuk diminum oleh jemaah-jemaah
haji haruslah didatangkan oleh orang yang memegang urusan siqayah dari
perigi-perigi yang berada di tempat-tempat yang jauh. Air ini diletakkan di
dalam bak-bak dan dicampuri sedikit dengan buah kurma dan anggur kering agar
berasa manis.
b. Ar Rifadah
(Menyediakanmakanan)
Untuk jemaah haji yang tidak mampu haruslah
disediakan makanan. Biasanya Quraisy memberikan sebagian dari harta mereka
kepada Qushai, agar dipergunakannya untuk menyediakan makananbagi jemaah haji
yang kurang mampu.
c. Al Liwa'
(Bendera)
Yaitu menjaga Ka'bah, dan memegang anak
kuncinya. Quraisy berkuasa di Makkah sampai datang agama Islam. Selama itu
urusan yang empat macam itu dipegang oleh putera-putera Qushai berganti-ganti,
sampai akhirnya dipegang oleh Abdul Mutthalib nenek Raullah SAW.
Beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad
dilahirkan, negeri Habsyl berhasil menaklukan negeri Yaman. Diantara gubernur
yang pernah memerintah di Yaman atas nama raja Habsyl, seorang bernama Abrahah.
Dikala Abrahah ini memperhatikan betapa bangsa Arab memuliakan negeri Makkah,
dan memeperhatikan mereka berdatangandari segenap penjuru tanah Arab untuk
mengerjakan haji di Ka'bah, terpikir olehnyahendak mendirikansebuah bangunan
yang lebih besar dari Ka'bah dan hendak menyeru bangsa Arab agar menghadapkan
muka dan berkunjung ke tempat itu. Lalu didirikannyalah sebuah gereja besar,
dan dianjurkannya agar bangsa Arab mengerjakan Haji ke sana. Akan tetapi
perbuatan dan anjurannya itu menimbulkan amarah dalam kalangan bangsa Arab.
Seorang dari Bani Malik Ibnu Kinanah bangkit,
seraya bersumpah bahwa dia akan merudakkan gereja itu. Maka datanglah orang ini
ke Yaman, dan masuklah dia ke dalam gereja itu berpura-pura hendak beribadat.
Diwaktu hari telah malam dan orangpun tidak ada lagi di gereja itu,
dirusaknyalah perabot-perabot gereja itu, dan diubarnya dinding-dindingnya dengan
kotoran.
Abrahah mengetahui apa yang terjadi, pada
keesokan harinya. Dikatakan, bahwa ada seorang Arab bermalam di sana dan dialah
yang disangka mengerjakan perbuatan-perbuatan itu, maka bersumpahlah ia hendak
meruntuhkan Ka'bah. Lalu berangkatlah ia dengan sepasukan besar terdiri dari
tentara Habsyl yang didahuli oleh tentara bergajah. Kemudian dia berhenti tidak
berapa jauh dari kota Makkah.
Yang berkuasa di Makkah dewasa itu ialah Abdul
Mutthalib Ibnu Hasyim, nenek dari Nabi Muhammad SAW. Abrahah merampas unta
kepunyaan Abdul Mutthalib yang sedang dilepaskan ditempat Abrahah berhenti itu.
Oleh Abrahah dipanggil Abdul Mutthalib, supaya datang menghadapnya, setelah
Abdul Mutthalib datang, Abrahah berkata kepada: "Saya datang ke Makkah ini
bukanlah untuk memerangi kamu, hanya hendak merubuhkan Ka'bah. Maka kalau kamu
menghalangi maksudku ini barulah kamu saya perangi. Dan bilamana kamu tiada
menghalangi, saya pun tiada akan menumpahkan darah, "Perkataan Abrahah ini
dijawab oleh Abdul Muthhalib : "Kami tiada mampu untuk menghalangi
maksudmu. Hanya saya minta kepadamu agar engkau mengembalikan semua untaku yang
engkau rampas itu." Abrahah lalu berkata : "Tadinya aku amat segan
padamu di waktu mula-mula melihatmu. Akan tetapi sekarang sesudah engkau
berbicara dengan aku, tak ada lagi hargamu dalam pandanganku. Apakah hanya unta
yang engkau bicarakan dengan aku, dan aku lupakan Ka'bah, sedang dia adalah
agamamu, dan agama nenek moyangmu?" Abdul Mutthalib menjawab: "Akan
unta itu, akulah yang punya, adapun Baitullah itu dia ada mempunyai Tuhan yang
memeliharanya."
Dalam pada itu Abdul Mutthalib mengajukan
kepada Abrahah sepertiga harta Tihamah, asal dia kembali dan tidak jadi
meneruskan maksudnya merubuhkan Ka'bah. Akan tetapi Abrahah tetap hendak
merubuhkan Ka'bah itu.
Maka kembalilah Abdul Mutthalib ke Makkah, dan
tawaflah dia sekeliling Baitullah seraya menyebut beberapa kalibait syair, dan
orang-orang yang sama-sama tawaf dengan dia pun turut mengulang-ulang syair
itu, yaitu :
"Hai Tuhan! Tak ada yang kami harapakan
selain Mu!
Hai Tuhan! Slamatkanlah dari serangan mereka
rumah Mu!
Musuh rumah Mu ialah orang yang memusuhi
Mu."
Doa Abdul Mutthalib ini diterima oleh Allah
SWT. Al-Quran telah menceritakan bagaimana akibat yang diderita oleh Abrahah
dantentara gajahnya itu dalam ayat-ayat suci :
"Tiadalah engkau tahu, bagaimana Tuhanmu
telah bebuat terhadap balatentara yang mempunyai gajah itu? Tiadakah
dijadikan-Nya tipu-daya mereka menjadi sia-sia belaka? Dan dikirim-Nya kepada
mereka burung yang berbondong-bondong: yang melempar meeka dengan batu dari
tanah keras. Maka dijadikan-Nyalah mereka hancur luluh, laksana daun tanaman
yang telah dimamah." (Surat Al Fiil: 1-5)
Peristiwa tentara bergajah ini adalah suatu
peristiwa yang penting dalam sejarah bangsa Arab, karena itu mereka menjadikan
peristiwa-peristiwa yang penting dengan tahun gajah itu, dan di tahun gajah
itulah dilahirkan Nabi Muhammad SAW.