Sabtu, 23 November 2019

Cerpen Motivasi, Semangat, Perjuangan, Cinta, dan Perbedaan

Harap - Harap
Oleh : Nurul Jamilah
Part 1

Beberapa hari ini hatiku dirundung gelisah, gelisah karena menanti pengumuman seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri Nasional.
“gimana Zak? Udah pengumuman tah?” tanya ibuku yang tiba – tiba mengagetkanku. Ibuku sepertinya juga ikut gelisah mengenai pengumuman ini.
“belum bu,  Insyaallah besok, atau paling cepat nanti tengah malam bu,” jelasku ke beliau.
Fikiranku semakin tak karuan, karena penasaran dengan hasil pengumuman yang tak kunjung keluar.
“udah Zak, jangan terlalu di harapkan, kuliah disini – sini saja lak wes”
“loh bu kok gitu?”
 “ya gak gitunya Zak”
“yakin, yakin, yakin, aku yakin bu, aku pasti keterima kok bu, pokoknya doakan selalu bu”  
“yakin ya yakin Zak, tapi ya ingat keadaanmu gimana?” ibu berucap lagi.
Aku terdiam, tapi aku kaget. Tak berani memandang ibu. Beliau tiba – tiba bilang seperti itu. Seolah – olah ibu tak memberiku restu untuk kuliahku di kampus Negeri di Malang.
“kenapa ibu bilang seperti itu?” protesku ke ibu, yang menunjukkan bahwa aku tidak sepakat dengan apa yang dikatakan oleh ibu.
 “oalah nduk, ya gak gitunya, ingat Zak, nanti kalau kamu keterima disana, kita bayarnya pakai apa Zak?, makanmu bagaimana? Kebutuhanmu gimana? Uang sangumu gimana?” Ibu berusaha menjelaskan kepadaku dengan nada lembut tapi sepertinya penuh gelisah.
“Zakia kan beasiswa bu” jelasku kepada beliau.
“iya beasiswa, tapi kan awal bayar sendiri”
“hmmm” lalu aku terdiam
 “kalau keterima nanti, bayar awalanya banyak Zak!” lanjut ibu kepadaku.
“tapi Zakia yakin bisa bu”
“iya, tapi gimana caranya Zak?”
“aku belum tahu bu caranya seperti apa, tapi Zakia yakin bu, aku pasti bisa”
 “udah, kamu makan  sana, dari tadi belum makan, gitu?!” tiba – tiba ibu mengakhiri obrolan kami
“Iya bu.”
Kemudian, kita makan bersama sembari melihat tivi di ruang tengah,selesai makan langsung kami bersihkan, dan kami lanjut melihat tivi.
Jika difikir secara logis, memang rasanya tidak mampu ibu jika harus menguliahkanku, terlebih lagi diluar kota sana. Tapi tak tahu kenapa aku begitu yakin,kalau aku bisa kuliah di luar kota. Walaupun aku terlahir dari keluarga berada, tapi keyakinanku begitu menggebu dan penuh semangat, bagiku Pendidikan sangatlah penting untuk siapapun, dari kalangan manapun pendidikan memang sangatlah penting. Malam semakilarut, kulihat ibu dikamar sepertinya beliau sudah terlelap pulas. Tapi aku tak kunjung bisa tidur, yang terus mengangan – angan pengumuman. Aku memang sangat berharap, bisa diterima. Namun, akhirnya kantuk menghampiriku, Tivi kumatikan lalu aku terlelap pula dalam malam yang hening ini.
*keesokan harinya, aku  sudah siap untuk pergi ke warnet, aku sangat semangat. Maklum pula aku tidak punya hape canggih yang bisa lihat inforMasi sewaktu - waktu tanpa jauh – jauh ke warnet.
“sarapan dulu Zak” perintah ibu dengan pelan
“Mboten bu”
“Lah kenapa?”
“Zakia mau ke warnet bu”
“Lihat pengumuman tah”
“enggeh bu”
“tak doakan yang terbaik Zak”
“ya doakan diterima bu !”
“iya ya tak doakan yang terbaik pokoknya”
Aku tidak sarapan karena keburu pergi ke warnet, inginn segera berseluncur ke  Google untuk mencari informasi kelulusan diterima dikampus. Ditengah – tegah perjalanan tiba – tiba hape berbunyi. Pertanda ada sms masuk, seperti peraturan lalu lintas yang ada, bahwa tidak boleh menggunakan hape ketika sedang dalam berkendara,karena hal ini sangat membahayakan diri sendiri ataupun pengendara lain. Akupun langsung minggir untuk mencari tempat yang teduh. Kemudian aku berhenti di depan toko yang sedang tutup, dan kubuka hapeku. Ternyata ada sms dari teman sekelasku di MAN, namanya Erwin.
[Zak gimana udah lihat pengumuman tah?]
[belum Win, ini aku masih diperjalanan menuju ke warnet, kalau kamu gimana Win?]
[nomor tes mu berapa Zak?] Erwin tak menjawab tanyaku, malah tanya nomor  tesku. Aku langsung memberikan nomor tes ku kedia.
[55103970, ini Win nomor tesku , kamu gimana?]
[oke, tak lihatkan ya Zak, kamu jangan ke warnet dulu!]
[oke Win]
Aku terdiam didepan toko tersebut dengan hati berdebar, menanti balasan SMS dari Erwin, keterima apa tidak ya nama Zakia Arifanti ini?
Berulang – ulang aku lihat hapeku  tapi masih belum ada SMS dari Erwin, menurutku hari ini  berjalan begitu lama dan gelisah terus melandaku. Rasanya aku ingin lari langsung ke warnet supaya bisa tahu sendiri pengumuman ini. Hape berulang – ulang kulihat tapi juga masih belum ada informasi. Duuh lama sekali yaa si Erwin ini. Gumamku dalam hati masih dalam gelisah. 15 menit kemudian hapeku berdering, ternyata ada telfon dari Erwin. Aku langsung mengangkatnya.
“Halo Zak”
“Iya Win, gimana? Kok lama sekali seee?” tanyaku penuh penasaran.
“ Zakia Arifantiiiiiiii, selamaaaat ” ucap Erwin dari kejauhan penuh dengan semangat.
“Haaaaaaaaaaaaaaaaah” Aku terbelalak dibuat kaget oleh Erwin.
“Iya Zaaak, Selamaat yaaaa Zakiaaa”
“maksudnya ini apa Win?” aku masih belum percaya, kalau aku diterima terlebih lagi aku tidak melihat sendiri pengumuman itu.
“iya Zak,  kamu diterima Zak di Malang, Selamat ya Zak,” ucap Erwin dari kejauhan dan sangat  terasa kalau dia meyakinkanku kalau aku memang diterima di Malang.
“ Ya Allah Win, tak percaya aku rasane” mataku mulai berkaca - kaca
“ ini bener Zakiaa, kamu di terima di Malang, sesuai dengan jurusan yang kamu inginkan.”
“Wiiiiin”
“ gak usah nangis Zak, ini memang rezeki, sekarang cepetan pulang, siap – siap karena yang diterima mulai besok bisa konfirmasi ke kampus Zak,”
“aku beneran kaget Win, tak menyangka”
“ini udah rezekimu Zak, selamat ya, aku ikut senang sekali Zak”
“iya Win, terimakasih ya, kamu juga udah bantu aku melihatkan informasi pengumumannya, doakan aku selalu ya Win, lalu bagaimana dengan kamu Win?”
Aku sangat bersyukur karena lolos dalam seleksi beasiswa ini dan akan segera kuliah di kampus yang kuinginkan, yaitu di Malang. Aku juga menanyakan bagaimana dengan Erwin ini hasilnya, karena dia juga daftar tapi di Surabaya.
“Hmmm” Erwin hanya mengguman dari kejauhan
“Gimana Win?” desakku lagi
“Aku belum rejeki Zak”
“Loh masak Win?” aku terkejut kaget mendengar ungkap si Erwin.
“Iya Zak mungkin belum rejekiku tahun ini”
“Ya Allah Win, Maafin aku ya”
“Santai saja, pokoknya selamat ya Zak”
“Iya Win, terimakasih ya Erwin”
“Iya sama – sama, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Mataku berkaca – kaca sedari tadi setelah menerima telfon dari Erwin,aku ingin  segera mengabari ibu dirumah, pasti beliau juga bahagia, sesampai dirumah aku mencarinya tak bertemu, kemana ini ibu, sebelum pergi tadi masih ada, kok tidak bilang kalau mau pergi, ku cari ruang tengan tidak ada, di ruang tamu tidak ada, di belakang pun juga tidak ada. Aku mulai gelisah, dimana ini ibuku, kemana ini ibuku, padahal tadi masih dirumah. Aku langsung mencari ke rumah bulikku yang masih sedusun, barangkali beliau disana. Aku bertanya sambil terengah – engah ssampai – sampai bulik khawatir kenapa – kenapa denganku, tapi kujelaskan kalau aku tidak apa – apa. Dan ibu, Dirumah bulik juga tidak ada, kata bulik beliau sedang iku pengajian rutinan. Hatiku langsung lega mendengarnya.
“ ada  apa zak kok kayaknya kebingungan gitu?”
“ aku diterima kuliah di Malang bulik”
“ apa Zak?”
Bulik terkaget mendengarnya dan langsung menghentikan kerjaannya, dan menatapku lumayan lama
“ iya bulik, aku diterima di Malang”
“ Alhamdulillah Bulik, terimakasih nggeh” aku langsung memelukknya
“nanti ibumu pasti lak senang anaknya diterima kuliah di Malang” aku masih dalam pelukannya yang hangat,seperti ku peluk ibuku sendiri.
“ doakan ya bulik”
“ iya Zak, tak doakan selalu”
Aku tidak langsung pulang, aku masih santai dirumah bulikku, sekalian nunggu ibu pulang dari pengajian rutinannya di desa sebelah. Aku duduk santai menikmati sejuknya angin dari samping rumah buik yang banyakk pohon bambu menjulang tinggi. Aku sangat bahagia, apa yang aku cita – citakan Insyaallah akan segera terwujud  menempuh pendidikan sampai jenjaang sarjana di kampus negeri. Ya Allah sungguh besar nikmat yang Engkau berikan kepada hamba, ucapku dalam hati. SMS berulang masuk  dari teman – temanku yang mengucapkan selamat atas kelolosanku bisa masuk kampus negeri dengan jalur beasiswa.
“ Selamat Zakia, tak doakkan lancar kuliahnya nanti” SMS dari Vera teman sekelasku
“ Kiaaaaaaaaaa, sukses selalu ya kuliahnya nanti, selamat sayaang” SMS dari Finda
“ Zak Zakia, selamaat ya semoga sukses selalu nanti di  Malang” SMS dari Farid, dia juga sahabat baikku seperti Erwin juga.
Dan masih banyak lagi SMS – SMS dari beberapa temanku lainnya , yang jugaa dari kelas lain, sungguh aku sangat bahagia karena banyaak teman yang sangat perhatian denganku. Aku sangat bahagia. Tanpa terasa hari semakin siang aku masih duduk santai di samping rumah bulik, aku tetap menunggu ibu yaang masih tak kunjung dataang, tapi memang biasanya itu pulang Pas Dhuhur atau setelah Dhuhur.
“ Zakia, ngapain kamu nduk?” tiba – tiba bulik memanggilku.
“iya bulik, ini loh lagi SMS an sama teman – teman”
“ itu loh Zak, orang – orang uah pada pulang dari rutinan, gak pulang tah kamu? Ibumu pasti udah pulang juga.”
“oh iya bulik, tak sabar kau memberi kabar ini ke beliau”
Aku kemudian pulang ke rumah, dengan jalan kaki, karena jarak rumah kami berdekatan .
“Assalamualaikum”
“ waalaikumsalam, ya apa Zak?”
Ibu langsung tanyaa seperti itu karena beliau sudah tahu kalau hari ini, adalah hari pengumuman, dan sebelum berangkat tadi aku juga sudah pamit ke warnet untuk melihat pengumuman.
“ Ibuuuuuu, Alhamdulillaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah, aku diterima di Malaang buu” Aku langsung memeluk beliau tak terasa air mata jatuh perlahan.
“ Alhamdulillah doamu di ijabah Gusti Allah”
“ Doa ibu juga”
“ lanjutannya gimana Zak?”
“ Besok disuruh kesana untuk konfirmasi dan perlengkapan data”
Ibu langsung terbelalak menatapku kaget, karena mendengarkan pejelasanku.
“ Loh besok Zak?”
“ iya besok bu, kita kesana ya pagi – pagi , biar lebih cepat, naik bus aja”
“ Loh Zak ?”
“ aku tak siap – siap bu, untuk besok”
“ iya udah”
Ibu menjawab dengan lemas dan langsung menuju kebelakang.
Aku sangat bahagiaa, aku bersemangat menyiapkan segala sesuatu ntuk besok, walaupun hanya konfirmasi, aku sangat bersemangat. Fikiranku sudah membayangkan kemana –mana. Aku akan menjadi mahasiswa, apalagi di Malang, kota yang indah dan sejuk pastinya, empat tahun ke depan aku akan bersahabat dengan Malang, aku merasa sangat beruntung. Terima kasih ya Allah, hari semakin sore, angin semilir menyejukkan, aku tak sabar menanti hari esok, untuk pergi ke Malang.
“ bu , aku besok ke Malang sendiri saja ya bu?, aku berani kok” pintaku pada malam hari saat santai dengan ibu diruang tamu
“ loh ya jangan, jauh loh, ibu gak tega”
“ tapi aku berani kok bu”
“ iya, aku gak tega zak”
“ lah sama siapa besok bu?”
“ ya sama ibu se.”
“Loh, beneran tah bu?”
Aku terkaget karena ibu  mau mengantarkanku ke Malang untuk konfirmasi. Tapi aku sangat bahagia karena bisa kesana bersama ibu, supaya besok beliau tahu sendiri informasi yang akan kuterima.
“ iya ya Zak ! boleh gak?”
“ ya tentu boleh dong bu tapi sangunya bu?” aku tesenyum malu dihadapan ibu
“ tenang udah ada kok untuk besok, Insyaallah besok”
Jawaban ibu yang menenangkan.
“ Alhamdulillah”
“ udah malam Zak, ayo tidur supaya besok gak kesiangan di jalan”
“ iya bu”
Hari semakin larut, kulihat wajah sendu ibu sudah terlelap bersama lelahnya, aku tertidur di ruang tengah didepan televisi, aku memang jarang tidur didalam kamar. Suasana desaku sepertinya sudah sepi dan hening, aku terlelap merangkul mimpi – mimpi indahku malam ini.
Keesokan hari, ayam berkokok bersautan, suasana desa sangat kental terasa, pagi – pagi sekali kami sudah bangun dan bersiap untuk sholat shubuh, dan tepat jam 5 kami  bersiap menuju Malang dan menju tempat pemberhentian bus dan sepeda kami titipkan. Jam 06.00 tepatkami berdua baru mendapatkan bus jurusan Malang, memang busnya yang kesananya lewatnya setiap 15 menit sekali, kami naik sengaja memilih bagian depan sebelahnya pak sopir, supaya bisa menikmati keindahan Alam yang asri dan sejuk sepanjang perjalanan, walau medan yang ditempuh sugguh menantang adrenalin, karena naik turun dan berbelok – belok serta kanan – kiri banyak jurang yang dalam. Sesampai ditengah perjalanan mataku menjadi ngantuk, mungkin ini terbawa suasana yang sejuk, dan akhirnya aku terlelap, sepertinya ibu tidak tertidur , masih menikmati pemandangan dari balik jendela sepanjang perjalanan, tak terasa kami sudah sampai di terminal Landungsari yang merupakan menjadi tujuan terakhir para penumpang dari arah barat, terminal ini lumayan luas dan ramai dan para penjual juga lumayan banyak warung – warung berjejeran. Kemudian ibu membangunkanku mengabarkan kalau sudah sampai terminal Landungsari.
“ Zak, bangun nduk, ini sudah sampai Landungsari sari, ayo turun” ucap ibu pelan sambil mengelus pundakku
“ iya bu, sudah sampai toh” jawabku lirih karena masih ngantuk dan riyep – riyep.
“ iya, ayo turun, lanjut naik apa ini, ibu tidak tahu Zak?”
Aku langsung bergegas membuka mataku sempurna seperti terbelalak kaget, sambil membenahkan pakaianku yang agak berantakan karena habis duduk lama dan tergeser – geser dalam perjalanan tadi, begitu pula dengan ibu yang membenahkan pakaiannya, hari ini aku memakai celana kulot hitam dengan atasan coklat mentah sepanjang lutut dan memakai jilbab warna senada dengan bajuku, lalu aku juga membawa tas ranselku yang berisi berkas – berkas yang barangkali nanti ada yang dibutuhkan, sedangkan ibu menggunakan pakaian khas wanita yang sudah sepuh stelan atas bawah dan juga membawa tas yang biasanya dibawa saat mengikuti pengajian rutinan, kami tampak memang kalau datang dari desa, tapi aku tetap pede, karena memang inilah yang kumiliki.
“ Alhamdulillah bu, kita sudah sampai”
“ iya Zak, lalu naik apa ini selanjutnya?”
Karena sama – sama tidak tahunya, kuberanikan untuk bertanya ke salah satu tukang becak yang ada di terminal ini, dan Alhamdulillah responnya sangat baik dan diberi arahan yang sangat jelas.
“ menurut tukang becak tadi, kita lanjut naik angkot LG warna biru bu langsung turun depan kampus nanti”
“ oh ayo Zak, itu banyak”  ibu menunjuk ke arah angkot yang berjejer – jejer menanti para penumpang, tampak semangat sekali mengantarkan ke Malang ini, aku tersenyum bahagia melihatnya.
Ibu memilih tempat duduk yang paling belakang sembari melihat kanan dan kiri, sungguh ramai sekali kota ini. Toko – toko besar berjejeran, menjual segala macam kebutuhan mulai dari kebutuhan diri, makanan – minuman, kebutuhan rumah tangga, aksesoris, keperluan sekolaah atau kuliah, pakaian – pakaian yang banyak pilihan tokonya, sungguh aku dan ibu dibuat terkagum – kagum dan terheran.
“ loh, loh kayak gini ya Zak Malang rame sekali” ibu dibuat heran oleh keadaan kota Malang, maklum didaerah kami khususnya tempat tinggalku merupakan tempat yang sepi, dan juga jarang keluar kalau tidak benar –benar ada keperluan untuk pergi ke kota.
“ iya bu, pasti teman – temanku nanti banyak bu”
“ iya Zak, pokoknya harus hati – hati dimanapun berada”
“ iya bu”
Kami berdua masih menikmati keindahan Malang dari balik jendela angkot, dengan segaala hiruk pikuk kota Malang yang pasti akan membuat siapa saja pasti betah kalau berada disini. Sampailah kami di depan kampus. Kami terbelalak, melihat kemegahan gedung yang akan aku tempati nanti saat kuliah, banyak pepohonan yang tinggi dan rindang mengelilingi gedung kampus, aku semakin terheran – heran, kulihat ibu tampak memperhatikan sekeliling kampus yang besar ini, sesekali ibu melihat ke arahku  yang entah apa yang ada difikiran beliau, aku membalasnya dengan senyuman, aku terus bersyukur kepada Allah, atas segalaa kenikmatan berupa kesempatan ini, namun perjuanganku ini baru dimulai di Kota Malang yang indah dan asri. Kami berdua turun tepat di depan pos satpan gerbang bagian kanan, kami langsung meghampiri pas satpan yang sedang bertugas hari itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Novel Hati Suhita

KETEGUHAN HATI WANITA REVIEW NOVEL HATI SUHITA Judul: Hati Suhita Penulis: Khilma Anis Editor: Akhiriyati Sundari Penyunting:...