Senin, 01 Oktober 2012

Arab sebelum datangnya Islam

Latar Belakang
            Diantara semua daratan yang luasnya sebanding dengan semenanjung Arab, dan diantara semua bangsa yang kepentingan dan makna historisnya sejajar atau mendekati bangsa Arab, hanya bangsa Arab yang luput  dari perhatian dan kajian serius di masa modern ini.
Meski luas semenanjung Arab kurang lebih seperempat wilayah Eropa, atau sepertiga wilayah Amerika, namun yang kita ketahui tentang belahan dunia ini benar-benar di luar proporsi yang seharusnya. Kita bahkan mengetahui lebih banyak tentang wilayah Arktik dan Antartika dari pada wilayah Arab.
Sebagai tempat kelahiran rumpun Semit, semenanjung Arab menjadi tempat menetap orang-orang yang kemudian bermigrasi ke wilayah Bulan Sabit Subur, yang kelak dikenal dalam sejarah sebagai bangsa Babilonia, assyira, phoenisia, dan Ibrani. Sebagai tempat munculnya tradisi Semit sejati, wilayah gurun pasir Arab merupakan tempat lahirnya tradisi Yahudi, dan kemudian Kristen yang secara bersama-sama membentuk karakteristik rumpun Semit yang telah dikenal baik. Pada Abad pertengahan, semenanjung Arab melahirkan sebuah bangsa yah menaklukan sebagian besar wilayah dunia yang kelak menjadi pusat-pusat perbedaan, dan melahirkan sebuah agama Islam yang dianut oleh sekitar 450 juta orang, yang mewakili hampir semua ras di berbagai kawasan. 1 dari delapan orang di dunia adalah pengikut Muhammad. Seruan azan berkumandang lima kali sehari semalam mengintari bagian terbesar dari lingkaran bumi yang beriklim hangat.


LETAK GEOGRAFIS DAN ASAL USUL
A.  Geografis Tanah Arab
            Masa seblum lahirnya islam disebut zaman Jahiliyah. Zaman ini terbagi atas dua periode, yaitu jahiliyah pertama dan jahilyah kedua. Jahilayah pertama meliputi masa yang sangat panjang, tetapi tidak banya yang bisa diketahui hal ihwalnya dan sudah lenyap sebagian besar masyrakat pendukungnya. Adapun jahiliyah kedua sejarahnya bisa diketahui agak jelas. Zaman jahiliyah kedua ini berlangsung kira-kira 150 tahun sebelum islam lahir. Kata jahiliyah bersal dari kata jahl  tetapi yang dimaksud disini bukan jahl lawan dari ‘ilm, melainkan lawan dari hilm.
Daerah tanah Arab atau Jazirah Arab, atau semenanjung Arab itu, terletak disebelah barat daya Benua Asia. Sebelah utara berbatasan dengan negeri Palestina, perkampungan Badui Syam, dan negeri Irak. Disebelah timur berbatasan dengan teluk Parsi,  teluk Oman. Ke selatan lautan hindia dan teluk Aden . Ke barat selat Babel Mandeb, laut merah dan terusan Suez. Tanah diantara port said dengan Aden itu panjangnya sampai 5000 mil, dan diantara Babel Mandeb dengan Rasul Hadd 1300 mil. Antara port Said sebelah selatan dengan sungai Furad 600 mil. Adapun luas semenanjung Arabia itu sampai 1.200.000 mil persegi, atau 3.000.000 kilometer persegi. Ahli ilmu bumi R. Blanchard  mengatakan sampai 3.700.000 kilometer persegi.
            Keadaan  tanahnya sebagian besar terdiri  dari  Padang Pasir tandus, bukit dan batu, terutama bagian tengah. Sedang bagian  selatan  atau bagian pesisir pada umumnya tanahnya cukup  subur.
            Untuk wilayah bagian Tengah terbagi pada:
1. Sahara Langit atau disebut pula Sahara Nufud memanjang 140 mil dari utara ke selatan
    dan  180  mil  dari  timur  ke  barat.  Oase  dan  mata  air  sangat  jarang,  tiupan  angin
    sering kali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan  daerah  ini  sukar ditempuh;     
2. Sahara Selatan disebut  al-Ru'ul  Khali  yang  membentang  dan   menyambung  sahara  
    Langit kearah  timur  sampai  selatan  persia.  Hampir  seluruhnya  merupakan  daratan
    Keras, tandus, dan pasir bergelombang;
3. Sahara Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah  liat  yang  berbatu  hitam  bagaikan
    Terbakar. Gugusan batu-batu hitam itu  menyebar  di  keluasan  Sahara  ini, seluruhnya
    Mencapai 29 buah.
            Kondisi  alam/tanah  adalah:
-  Kering  dan tandus, kalaupun ada air hanyalah  Oase  atau Mata Air ini.
-  Menyebabkan  penduduknya suka berpindah-pindah  (Nomaden) dari satu wilayah ke wilayah lain, oleh para ahli  mereka disebut suku Badui.
- Dari segi pekerjaan mereka umumnya bekerja menggembalakan kambing dan    binatang ternak lainnya.
            Sementara  wilayah bagian Pesisir, yaitu  terdiri  wi­layah  pesisir Laut Merah, Samudera Hindia dan Teluk  Persi, sehingga kondisi tanahnya:
-  Sangat subur, di tempat ini banyak dilakukan usaha perta­nian;
-  Di samping itu juga dilakukan usaha perdagangan;
-  Penduduknya menetap dan sangat padat.
Penduduknya pada masa ini adalah diantara 12 dengan 14 juta.
B. Asal Usul Keturunan Bangsa Arab
            Bangsa  Arab adalah ras Semit yang tinggal di  sekitar jazirah  Arabia.  Bangsa Arab  purbakala  adalah  masyarakat terpencil sehingga sulit dilacak riwayatnya (MAJ. Beg: 1993: 11)
Orang Arab sendiri membagi bangsa mereka  menjadi  tiga bagian, yaitu:
 1. Arab-ul-Baidah atau Arab-ul-Ariba
     Ialah bangsa Arab yang sudah tidak ada lagi, di antaranya terhitung kaum-kaum Hamiya (Kusyiya) termasuk dalam kaum ini adalah Kaum Tsamud yang sudah punah. Di antara  kabi­lah  yang terkenal adalah Ad, Tsamud, Thasar,  Yodis  dan Yurnam.
2. Arab  Baqiah  (mereka  ini masih ada)  terbagi  pada  dua kelompok:
   a. Arab Aribah:
       Kelompok  Quthan  di  Yaman,  Jurham,  Ya'rab   adalah kabilah-kabilah yang termasuk dalam kelompok ini. Dari Ya'rab inilah lahir suku-suku Kahlan dan Himyar.
   b. Arab Musta'rabah:
       Kebanyakan dari penduduk Arabia yang mendiami bahagian tengah Jazirah Arabia dari Hejaz sampai ke Syam. Kelompok Arab Musta'arabah inilah yang mendiami Mekkah tinggal   bersama Nabi  Ibrahim   hingga    terjadi percampuran (Perkawinan) yang kemudian melahirkan suku Arab  termasuk  suku Quraisy, yang tumbuh  dari induk suku Adnan.
            MAJ. Berg (1993: 12) menyatakan, Bangsa Arab pra-Islam yang  tinggal  di jazirah Arab yang sangat  luas  itu  dapat dibagi  ke  dalam dua kategori atau kelompok, yaitu  bangsa Arab yang menetap (Hadari) dan pengembara (Badui) di sekitar gurun pasir.
1.   Bangsa  Arab Hadari (menetap) adalah bagian  dari  strata yang sangat kuat. Suku terkemuka dan terkuat dari  kelom­pok  masyarakat  Hadari  ini adalah  suku Quraisy.  Suku Aristokrasi terkemuka ini sebagian besar tinggal di  kota Mekkah.  Dari berbagai suku yang hidup  pada  masa  Arab purbakala,  maka kaum Quraisy memperoleh  hak  istimewa sebagai  golongan  tertinggi  dalam masyarakat.   Mereka memiliki sumber prestise dan kekuasaan yang rapi.  Mereka merupakan  pelindung tempat suci, yakni  Ka'bah.  Mereka juga  kaum bangsawan beragama yang memperoleh  prestise pilitik dan kekayaan, di samping juga dalam dunia perdagangan internasional.
       Dari segi status sosial, suku Quraisy menempati khirarchi tertinggi  dari  suku lainnya kecuali  kaum  Thaqiq  di Thaif,  karena mereka berada di bawah suku Quraisy.  Oleh MAJ.Berg  dikatakan, mereka ini menempatkan diri  sebagai suku terkemuka  dalam  hierarki  sosial  bangsa   Arab. Sementara  suku-suku non-Quraisy seperti,  Hudhayl,  Azd, Banu  Hanifah, Bakr bin Wa'il, Aws, dan Khazraj  memiliki status sosial yang rendah, mereka ini termasuk  suku-suku Arab non-Aristokratis (1993: 15)
2.   Suku  Nomadis (Badui) berada di bawah suku yang  menetap (Hadari). Mereka ini penduduk yang tinggal di  pedalaman. Sesuai  dengan kondisi alamnya yang gersang  dan  tandus, mereka  tinggal  tidak  menetap di  suatu  daerah  secara permanen tetapi  berpindah-pindah,  bahkan   perpindahan mereka  sangat  mobil. Guna  kelangsungan  hidup,  mereka berpindah-pindah untuk mencari makan terutama menggembala binatang  ternak, seperti kambing, biri-biri,  onta,  dan lainnya.
Bagaimanapun  masyarakat Badui hanya  memperoleh  sedikit kesempatan untuk meningkatkan moboilitas sosialnya;  suku ini  dibentuk  atas  dasar kekeluargaan di antara  para anggotanya.  Untuk  itu tiap suku dipimpin  oleh  seorang Syekh, bilamana  meninggal, maka salah seorang  di  antara mereka dipilih untuk menggantikannya.

Agama/Kepercayaan
Agama / Kepercaya bangsa Arab
            Sementara  dalam  bidang   agama  (kepercayaan)   pada umumnya  mereka adalah kaum penyembah  berhala.  Menurut catatan  sejarah,  di dinding Kabah terdapat   360buah patung.
            Dalam  hal ini menurut teori Ibnu Kalbi:  Bangsa  Arab senang  memuliakan batu-batu yang ada di sekeliling  Ka­bah/Mekkah kemana mereka pergi selalu membawa batu terse­but,  untuk kemudian thawaf mengelilingi batu yang  dibawanya itu, sehingga di mana-mana dibentuk patung. Patung-patung dan berhala itu mereka kumpulkan di sekitar Kabah untuk disembah (Syalabi: 1973:    )
            Di sisi lain, mereka menyembah berhala adalah hanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Allah), artinya:
ألا لله الدين الخالص ، والذين أتخذوا من دونه  أوليآء مانعبدهم إلا ليقربونآ إلى لله زلف  إن لله يحكم بينهم فى ما هم فيه يختلفون   إن لله لا يهدى من هو كذب كفار
            Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Tidaklah kami    menyembah  mereka (berhala), melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar (Az Zumar: 3).
  
           
Di samping itu terdapat pula agama/kepercayaan:
v   Agama  Hanif: yang  mempertahankan  syari'at  Ibrahim, pemeluk  agama ini  termasuk Abd. Muthalib  kakek  Nabi Muhammad SAW.
v  Agama Nasrani; masuk melalui Habsyi dan Syiri'a.
v  Agama Yahudi; terdapat di Hejaz
v  Mereka  juga percaya kepada:  Tahayul, Kihanah,  Penenung,  Thiarah:  burung, bintang  yang   mempengaruhi hidup.  Dalam kaitan ini Syaikhul Islam Muhammad  Bin Abdul  Wahab menyatakan, di antara sikap hidup  mereka (orang  Arab Jahiliyah,  pen.)  lagi  ialah  mengubah haluan  hidup,  tidak mau mempergunakan Kitab  Allah, tetapi  justru menjadikan kitab-kitab  sihir sebagai pegangan hidup mereka (1985: 69)
        

HASIL BUDAYA
Hasil budaya yang lahir oleh bangsa Arab sebelum agama Islam itu ada, yang di nilai dari beberapa sisi, yaitu :
A.  Kehidupan Sosial
            Keadaan bangsa  Arab yang hidup di daerah padang pasir yang tandus, sedikit banyaknya turut membuat corak  kehi­dupan  mereka  berjalan  agak  keras,  penuh persaingan, perebutan  kekuasaan antara satu kabilah  dengan  kabilah lainnya.  Siapa yang  kuat, gagah  perkasa  itulah  yang memimpin.
Dalam hidup bermasyarakat, bangsa Arab sangat  menyenangi hal-hal seperti:
   =  Syair; dengan syair, orang bisa dipuji/mulia dan dihi­na.  Dari  syair ini akan  tergambar  kehidupan  sosial bangsa Arab;
   =    Minum  khamar, kendati di antara mereka ada pula  yang mengharamkan hal ini;
   =   Ada  pula  adat  (tradisi)  pada  saat  itu  kebiasaan mengawini isteri bapa yang telah meninggal dunia  (Syalabi:  1973 :42) Di sisi lain,  perkawinan  bentuk Endogami adalah merupakan ciri khas  masyarakat  Arab pra-Islam (MAJ. Berg: 1993: 17)
   =     Menganggap hina kaum perempuan;
   =  Menguburkan  anak  perempuan, namun  hal  ini  menurut Sallabi, ini hanya dilakukan oleh Bani Asad dan Tamim.
   =  Sementara mereka yang pandai membaca saat itu hanyalah sebanyak  17 orang (Syalabi: 1973: 49)
          Mengutip pendapat MAJ. Berg, bahwa pada masa Arab pra-Islam,  banyak orang Yahudi dan Kristen  yang  mampu membaca  kitab  Injil,  sedangkan bangsa  Arab pada umumnya  buta huruf. Fakta ini lebih jelas  bila  kita mengetahui  bahwa  di Mekkah hanya terdapat  17  orang Arab  yang  terpelajar di  saat  berakhirnya periode Jahiliyah dan dimulainya era Islam (1993: 15)
   =  Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi pada masa Arab pra-Islam.  Mereka ini memelihara  dan  mempertahankan perbudakan. Para budak diperoleh dari:
1. Melalui  pembelian di pasar-pasar budak terbuka  di Arab atau di pasar-pasar asing;
2  Hasil  tawanan, yang diperoleh  melalui  peperangan antarsuku (MAJ. Berg: 1993: 16)
B.  Keluarga
            Kehidupan   bangsa   Arab   lebih   ditentukan    oleh suku/kabilah.  Tiap kabilah mempunyai adat  istiadat  dan budi pekerti sendiri yang tidak sama dengan kabilah lain.
            Pere  Lammens  menyatakan, bangsa Arab sangat  patuh  dan sangat  setia kepada adat dan tradisi kabilahnya  masing-masing  dan gemar sekali menjamu tamu-tamu.  Bagi  mereka patuh  kepada keluarga, kabilah adalah  suatu  kewajiban, sehingga apapun yang terjadi kabilah bagi mereka  segala-galanya.   Sementara terhadap  tamu  sangat dihormati, sehingga bagaimanapun keadaan tamu itu wajib bagi  mereka melindungi keselamatannya.
C.  Ekonomi
            Bangsa Arab yang yang nomaden umumnya bekerja  sebagai penggembala. Mereka ini juga kadangkala menjadi  pengawal para kafilah dagang yang umumnya dari penduduk perkotaan.
            Sementara  Arab  bagian selatan, pesisir  atau  perkotaan umumnya   mereka lebih  banyak   bergerak   di   bidang perdagangan  (niaga).  Perdagangan  ini  mereka lakukan sampai ke negeri India, Indonesia dan Cina.

KESIMPULAN
Bangsa  Arab adalah ras Semit yang tinggal di  sekitar jazirah  Arabia.  Bangsa Arab  purbakala  adalah  masyarakat terpencil sehingga sulit dilacak riwayatnya (MAJ. Beg: 1993: 11).
Daerah tanah Arab atau Jazirah Arab, atau semenanjung Arab itu, terletak disebelah barat daya Benua Asia. Sebelah utara berbatasan dengan negeri Palestina, perkampungan Badui Syam, dan negeri Irak. Disebelah timur berbatasan dengan teluk Parsi,  teluk Oman. Ke selatan lautan hindia dan teluk Aden. Ke barat selat Babel Mandeb, laut merah dan terusan Suez. Tanah diantara port said dengan Aden itu panjangnya sampai 5000 mil, dan diantara Babel Mandeb dengan Rasul Hadd 1300 mil. Antara port Said sebelah selatan dengan sungai Furad 600 mil. Adapun luas semenanjung Arabia itu sampai 1.200.000 mil persegi, atau 3.000.000 kilometer persegi. Ahli ilmu bumi R. Blanchard  mengatakan sampai 3.700.000 kilometer persegi.
 Hasil kebudayaan mereka dapat kita lihat dari beberapa sisi baik itu dari segi kehidupan sosial, keluarga, dan ekonomi, Di samping itu terdapat pula agama/kepercayaan yang ada pada Bangsa Arab yang lahir sebelum Islam itu ada, yaitu diantaranya Agama  Hanif, Agama Nasrani, Agama Yahudi, dan mereka  juga percaya kepada Tahayul, Kihanah,  Penenung, Thiarah ( burung, bintang  yang   mempengaruhi hidup). Dalam kaitan ini Syaikhul Islam Muhammad  Bin Abdul  Wahab menyatakan, di antara sikap hidup  mereka (orang  Arab Jahiliyah,  pen.)  lagi  ialah  mengubah haluan  hidup,  tidak mau mempergunakan Kitab  Allah, tetapi  justru menjadikan kitab-kitab  sihir sebagai pegangan hidup mereka (1985: 69).

Contoh Proposal skripsi




1. Judul Skripsi
kajian pembelajaran unsur intrinsik roman “kemelut hidup” karya ramadhan k. h. dengan menggunakan teknik resitasi pada siswa sman 1 rajagaluh tahun pelajaran 2008-2009. 2. Bidang Ilmu
Dikbasasinda ( Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah )

3. Pendahuluan
Hakikat Sastra pada dasarnya adalah segala apa yang ditulis dalam peradaban atau kebudayaan suatu bangsa. Sastra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bangsa. Sastra selalu merekam kehidupan manusia.
Sastra merangsang hati dan perasaan kita terhadap kemanusiaan, kehidupan dan alam sekitar. Kehidupan merupakan jantung sastra. Sastra menjadikan hati kita memahami dan menghayati kehidupan. Sastra bukan merumuskan dan mengabstrakan kehidupan tetapi menampilkan dan mengkongkritkanya. Interaksi budaya yang terjadi di suatu negeri tidak terlepas kajian sastra.
“Apabila karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata, maka tentu saja pengajaran sastra tidak ada gunanya lagi diadakan. Namun jika dapat ditunjukan bahwa sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat selayaknya” (Rahamanto, 1988:15)
Pengajaran sastra tidak hanya berisikan tentang pengertian sastra, contoh-contoh nama pengarang dan karyanya tetapi yang lebih penting adalah mengenal, memahami dan memanfaatkan karya sastra sebagai sarana penambahan pengalaman, wawasan dan kematangan berfikir.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rusnyana (1984:313) yang mengatakan: “Pengajaran sastra dalam pendidikan siswa dilibatkan kedalam pengalaman agar mereka mampu mengapreasikan nilai-nilai serta memahami dan mengapresiasi hubungan sebagai makhluk hidup dengan kholiq-Nya”.
Memperhatikan hal di atas, penyusun berpendapat bahwa, tujuan pengajaran sastra yaitu agar siswa dapat melakukan penginderaan dan pengimajinasian. Dengan demikian siswa menjadi temotivasi untuk memahami, menikmati dan menghargai karya sastra sebagai bagian dari dirinya, “Kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra”. Aminudin, (1991: 35)
Untuk mencapai hal tersebut, siswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang memadai sehingga dapat melakukan pengkajian terhadap unsur-unsur dalam karya sastra, baik itu puisi, Cerpen atau Roman.
Terdapat beberapa macam teknik pembelajaran yang dikemukakan oleh Roestiyah (1991: 4) yaitu
1. Teknik Diskusi
2. Teknik kerja kelompok
3. Teknik penemuan ( Discovery )
4. Teknik Simulasi
5. Teknik Teacing
6. Teknik Mikro Teacing
7. Teknik Sumbang Saran / Brain Storning
8. Teknik Inquiry
9. Teknik Eksperimen
10. Teknik Demontrasi
11. Teknik Karya Wisata
12. Teknik Penyajian karya lapangan
13. Teknik Sosio Drama / Bermain Peran / Role Playing
14. Teknik Penyajian Secara Kasus
15. Teknik Penyajian Secara sistem beregu / Team Teacing
16. Teknik Latihan / Drill
17. Teknik Penyajian Dengan Tanya Jawab
18. Teknik Pemberian Tugas dan Resitasi
19. Ceramah
20. Teknik Penyajian dengan interaksi Masa
Salah satu teknik pembelajaran dalam upaya meningkatkan apresiasi pembelajaran sastra khususnya pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek, yaitu teknik resitasi.
Teknik resitasi yaitu: teknik pembelajaran dengan cara penugasan dan hapalan yang diucapkan siswa di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi (1997: 134) yang menyatakan.
Tugas itu dapat berubah perintah, kemudian siswa mempelajari bersama temannya atau sendiri, kemudian menyusun laporan / resume. Esok harinya laporan itu dibacakan di depan kelas. Tugas semacam itu disebut resitasi, yaitu menyusun laporan sebagai hasil dari materi yang telah dipelajari.
Penerapan teknik resitasi ini didasarkan pada banyak kegiatan pendidikan di sekolah, apalagi sekarang dituntut kelulusan dari UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional), sehingga pembelajaran lebih ditekankan pada latihan soal-soal, sedangkan pembelajaran prosa yang mendalam sangat sulit diajarkan di sekolah. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran sebagai selingan atau variasi teknik penyajian. Tugas-tugas semacam ini dapat dikerjakan di luar jam pelajaran, di rumah maupun sebelum pulang sehingga dapat dikerjakan bersama-sama secara kelompok.
Menurut penyusun, teknik resitasi dapat diterapkan dalam pembelajaran unsur intrinsik sebuah cerita pendek. Pengkajian intrinsik sebuah cerpen rekaan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebab proses pengkajian memerlukan pemahaman yang mendalam, pengimajinasian dan kritis terhadap karya sastra.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ahmadi (1997: 137) yang mengatakan bahwa “Teknik resitasi ini memiliki kebaikan sebagai teknik penyajian siswa mengalami dan mengalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, maka pengetahuan itu akan tinggal lama dijiwanya.
Roman pilihan dalam pembelajaran unsur-unsur intrinsik dengan menggunakan teknik resitasi dapat menggunakan Roman yang Berjudul Kemelut hidup Ramadhan K.H. Penyusun memilih cerpen tersebut karena unsur-unsur intrinsik dalam Roman tersebut sangat menarik untuk dikaji dan dipelajari oleh siswa.
Bertolak dari uraian di atas penyusun tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kajian unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan teknik resitasi pada siswa kelas XII SMAN Rajagaluh Tahun Pelajaran 2008/2009

4. Perumusan Masalah
Bertolak pada latar belakang di atas penyusun merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik Roman “Kemelut Hidup“ karya Ramadhan, K.H dengan menggunakan teknis resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun pelajaran 2008 /2009
2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik Roman “Kemelut Hidup” Karya Ramadhan K. H yang tidak menggunakan teknik resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun Pelajaran 2008/2009
3) Bagaimana efektivitas teknik resitasi bila dibandingkan dengan teknik non resitasi dalam pembelajaran unsur intrinsik Roman Kemelut Hidup karya Ramadhan K. H dengan menggunakan teknis resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun pelajaran 2008/2009.

5. Pembatasan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terarah dalam membahas permasalahan diperlukan adanya perbatasan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Unsur intrinsik yang dijadikan bahan pembelajaran dibatasi pada tema, amanat dan latar yang terdapat pada Roman Kemelut hidup Ramadhan K. H
2. Keefektifan teknik resitasi dalam pembelajaran Roman Kemelut Hidup karya Ramadhan K.H dilihat protes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

6. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah, sasaran, maksud, atau hasil yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan gambaran yang jelas tentang pelaksanaan dan pembelajaran unsur intrinsik Roman “Kemelut Hidup” Karya Ramadhan K.H. Dengan menggunakan teknis resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun Pelajaran 2008/2009
2. Mengetahui hasil pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik Roman Kemelut Manusia Ramadhan K.H dengan menggunakan teknis resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun Pelajaran 2008/2009
3. Mengetahui sejauh mana efektifitas teknik resitasi bila dibandingkan dengan teknik non resitasi dalam pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik Roman “Kemelut Hidup” karya Ramadhan K.H dilihat dari nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

7. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil dari penelitian ini di harapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upanya meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai perkembangan dunia sastra Indonesia khususnya pada tataran pembelajaran apresiasi sastra.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada:
a. Siswa
Memperoleh pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan baik, serta dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya-karya sastra;
b. Guru
Khususnya Guru Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai imformasi pentingnya menerapkan teknik yang relevan dalam proses belajar mengajar dalam upanya meningkatkan prestasi belajar siswa;
c. Lembaga
Dapat memberikan konstribusi kepada sekolah untuk berupaya dalam peningkatan mutu lulusannya dalam dengan jalan melengkapi sarana belajar dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mendidik siswa
d. Penyusun
Memberikan pengalaman berfikir ilmiah melalui penyusunan dan penulisan Skripsi, sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang pendidikan khususnya bahasa dan sastra Indonesia.

8. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan. Hal itu sejalan dengan pendapat Surakmad (1994: 131) yang mengatakan, “Cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu setelah penyelidikan memperhitungkan kewajaranya ditinjau dari tujuan serta situasi penyelidikan”
Sesuai dengan batasan di atas, maka metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Resitadi. Ahmad (1997: 13) menjelaskan bahwa, “ Teknik resitasi adalah teknik pemberian tugas pada siswa untuk mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan siswa dituntut untuk memberikan laporan hasil yang dicapainya”.
Untuk memberikan keleluasaan pada siswa, tugas yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan diluar jam pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok.
Kelebihan teknik Resitasi, diantaranya:
1) Siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap;
2) Siswa memperoleh pengetahuan, memiliki wawasan pengetahuan serta keterampilan :
3) Siswa aktif belajar dan termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya :
4) Memupuk inisiatif dan tanggung jawab, dan
5) Memberikan kesadaran pada siswa pentingnya memanfaatkan waktu luang dengan baik.
Agar teknik resitasi ini efektif, guru perlu memperhatikan beberapa hal:
1) Tujuan yang ingin dicapai dengan penerapan teknik resitasi:
2) Tugas yang diberikan pada siswa harus jelas ;
3) Adanya pengawasan guru, dan
4) Penyiapan evaluasi yang tepat.
Langkah-langkah proses belajar mengajar dengan teknik resitasi;
1) Merumuskan tujuan Kasus dari tugas yang diberikan;
2) Mempertimbangkan apakah pemilihan teknik resitasi ini tepat / sesuai dengan tujuan yang dirumuskan;
3) Merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dipahami;
4) Menetapkan bentuk resitasi yang akan dilaksanakan, sehingga siswa pasti mengerjakannya karena bentuknya telah pasti, dan
5) Menyiapkan alat evaluasi;

9. Teknik Penelitian
Data yang dikumpulkan berupa hasil pembelajaran apresiasi Roman Kemelut Hidup “karya Ramadhan k. H. Dengan menggunakan teknik resitasi. Data tersebut diperoleh dengan cara mengujicobakan teknik resitasi pada kelas eksperimen dan teknik non resitasi pada kelas kontrol dalam hal ini teknik ceramah. Kegiatan ujicoba mengajar tersebut diakhiri dengan pelaksanaan tes akhir (postes). Hasil kegiatan tes tersebut berupa nilai tes tersebut berupa nilai tes dari kedua kelas yang menjadi sampel penelitian. Nilai tes tersebut oleh penyusun dijadikan bahan dalam melakukan penganalisaan.

10. Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah merupakan titik tolak yang dijadikan dasar penelitian, terutama dalam suatu pola pemikiran pemecahan masalah, Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Surakhmad (1994: 107) bahwa dasar adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik itu. Adapun anggapan dasar yang penyusun kemukakan dalam penelitian ini adalah:
1) Penelitian karya sastra dapat membantu meningkatkan apresiasi seseorang ;
2) Penelitian unsur-unsur karya sastra merupakan cara untuk mengapresiasi karya sastra :
3) Hasil kajian terhadap pembelajaran sastra merupakan sumbangan pemikiran bagi peningkatan prestasi belajar siswa ; dan
4) Penerapan teknik yang dapat merupakan salah satu strategi dalam mencapai tujuan pembelajaran;

11. Hipotesis
Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kadar kebenarannya masih belum meyakinkan kebenaran pendapat tersebut perlu diuji atau dibuktikan (Sudjana, 1991 : 37) dan menurut Surakhmad (1994 : 68) yaitu Hipotesis adalah sebuah kesimpulan yang masih harus dibuktikan kebenarannya, pendapat senada dikatakan oleh Ali (1993 : 43) “Yaitu hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan atau dasar terkaan yang akan diuji dengan data, Berdasarkan pengertian hipotesis diatas, penyusun merumuskan hipotesis sebagai berikut. Penggunaan teknik resitasi sangat efektif untuk pembelajaran unsur-unsur intrinsik Roman Kemelut Kehidupan karya Ramadhan K. H. Pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh.

12. Populasi
Dalam setiap penelitian unsur populasi mutlak dipergunakan, sebab populasi merupakan sumber data yang akan teliti. Menurut Sudjana (1982: 57) “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dan karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Dan pengertian tersebut jelas bahwa populasi adalah semua unsur yang akan diteliti dari sekumpulan objek yang lengkap;
Berdasarkan pengertian diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh tahun pelajaran 2008/2009.

13. Sampel
Pengertian sampai menurut Surakhmad (1994: 93) sampai adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Dalam pengertian tersebut maka sampel yang baik adalah sampel yang betul-betul dapat mewakili populasi, pendapat yang sama dikemukakan oleh pakar berikut ini. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasinya” (Sudjana 1982: 71)
Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampel random, alasan penggunaan random dibesarkan pada asumsi bahwa siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh tergolong homogen, disebut homogen karena pendistribusian siswa dilakukan secara merata pada setiap kelas; sehingga secara umum siswa kelas XII memiliki kemampuan yang hampir sama dalam menyerap pembelajaran. Selain itu dilihat dari segi usia dan sistem proses belajar mengajarkan pada masing-masing kelas hampir sama atau relatif tidak jauh berbeda. Sampel random memiliki kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Surakmad (1994; 96) Cara yang terbaik untuk mengurangi kesalahan kedua (karena memihak) ini tidak dari pada mempergunakan teknik yang meniadakan kemungkinan memihak itu dengan teknik sampel random.
Dalam menentukan sampel random tersebut, penulis menggunakan sistem undian, Menurut Surakhmad (1994: 96) Sistem undian atau lotre dapat memberikan kesempatan pada setiap unsur untuk dipilih cara mengundi kelas yang berjumlah 3 kelas. Walaupun yang menjadi populasi adalah siswanya bukan kelasnya. Penyusun berasumsi bahwa jumlah siswa dalam setiap kelas tersebut relatif hampir sama sehingga untuk undian tersebut cukup diundi kelasnya saja jumlah sampel dalam penelitian ini sekitar 25 % yaitu satu kelas dari delapan kelas. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arikunto (1997: 120) yang mengatakan, “untuk ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitan populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.........
Adapun langkah-langkah dalam penentuan sampel random dengan cara undian, penyusun uraikan di bawah ini:
1) Setiap kelas diberi nomor, jumlah kelas ada tiga kelas yaitu:
NOMOR UNDIAN POPULASI
KELAS NOMOR
XII IPA 01
XII IPS 02
XII BAHASA 03

2) Nomor
Nomor tesebut ditulis pada secarik kertas, kemudian digulungkan dan dimasukan kedalam gelas.
3) Gelas tesebut kemudian ditutup dengan kertas yang sudah dilubangi sedikit.
4) Penulis mengocok gelas tersebut, agar kelas bercampur
5) Penulis mengeluarkan gulungan kertas untuk memilih dua kelas yang dijadikan sampel penelitian, caranya setelah satu gulungan kertas diketahui kelasnya kemudian dicatat sebagai kelas eksperimen dan gulungan kertas tersebut dimasukan kembali, kemudian mengeluarkan kembali gulungan kertas yang kedua lalu dicatat sebagai kelas kontrol,

14. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman terhadap istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka penulis mendefinisikan istilah-istilah tersebut sebagai berikut:
Model, model adalah kerangka pemikiran dan pembelajaran yang terpusat pada hasil belajar tertentu.
Pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha yang terjadinya perubahan tingkah laku pada dari siswa.
Apresiasi. Apresiasi adalah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan pada pemahaman.
Roman. Roman berarti cerita prosa yang melukiskan pengalaman-pengalaman batin dari beberapa orang yang berhubungan satu yang lain dalam suatu keadaan (Van Leuwen, lewat Jassin 1961: 70)
Unsur yang mendukungnya Kemelut hidup adalah sebuah judul Roman karya Ramadhan. H.
Teknik Resitasi. Teknik resitasi adalah teknik pembelajaran dengan cara penugasan dan hapalan yang diucapkan siswa di dalam kelas.

15. Rencana Penelitian
Penelitian ini direncanakan dapat selesai dalam waktu enam bulan, dengan diawali studi pendahuluan dan diakhiri. Dengan publikasi hasil penelitian, Adapun rincian tersebut, sebagai berikut:

16. Daftar Pustaka Sementara
Ahmad (1997). Strategi Belajar Mengajar. Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra Malang YAS.
Aminudin (1991 ). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung; Sinar Baru
Arikunto (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta; Rineka Cipta.
Nurgana (1985). Statistik untuk Penelitian. Bandung, Permadi
Rahmanto (1988). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta, Kanisius.
Roestilah, (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta.
Rusyana (1984). Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung Diponogoro.
Surakhmad. (1994). Metodologi Research Dasar, Metode dan Teknik. Bandung Tarsito.
Sudjana (1991) Metode Statistik. Bandung; Tarsito

Review Novel Hati Suhita

KETEGUHAN HATI WANITA REVIEW NOVEL HATI SUHITA Judul: Hati Suhita Penulis: Khilma Anis Editor: Akhiriyati Sundari Penyunting:...