Karl Marx lahir pada tahun 1818 di kota Trier di
Jerman sebagai anak seorang pengacara Yahudi yang telah menjadi Kristen
Protestan. Setamat SMA pada tahun 1836, ia selama satu semester belajar ilmu
hukum di kota Bonn dan selanjutnya pindah ke kota Berlin untuk belajar ilmu
filsafat. Selama di Berlin ia menjadi anggota kelompok orang intelektual muda
yang menamakan diri Klub Doktor. Kelompok ini sangat terpengaruh dan
mengagung-agungkan seorang pemikir aliran idealisme yaitu G.W.F. Hegel yang
meninggal di Berlin pada tahun 1931.
Pada tahun 1841 Karl Marx mendapat promosi
menjadi doktor filsafat di Universitas Jena dengan tesisnya yaitu filsafat
Demokrit dan Epikur. Tahun berikutnya Karl Marx menduduki jabatan pemimpin
redaksi di sebuah harian progresif di Köln. Jabatan ini tidak bertahan lama
karena adanya sensor dari Prussia. Ia terpakasa meninggalkan Jerman dan tinggal
di Paris. Pada pertengahan tahun 1843 ia menikahi seorang puteri bangsawan yang
bernama Jenny von Westphalen. Di Paris Karl Marx suka bergaul dan berkenalan
dengan beberapa tokoh sosialis, di antaranya dengan Friedrich Engels
(1820-1895) yang selama hidupnya menjadi sahabat karibnya. Di Paris inilah ia
untuk pertama kalinya bertemu dengan kaum buruh yang sungguh-sungguh.
Selama di Paris Karl Marx menulis beberapa
karangan penting yaitu “Tentang Masalah Yahudi”, “Pengantar Kepada Kritik
Filsafat Hukum Hegel”, “Naskah-Naskah Paris tentang Filsafat dan Ekonomi
Nasional” dan “Keluarga Suci”.
Pada tahun 1945 Karl Marx dan isterinya diusir
oleh pemerintah Perancis. Mereka terpaksa pindah ke Brussel. Di Brussel mereka
tinggal selama 2 tahun lebih dan selanjutnya pindah ke London. Pada tahun 1846
Karl Marx bersama Engels merumuskan pandangan materialis mereka tentang sejarah
dalam sebuah karangan yang berjudul “Ideologi Jerman”. Pada permulaan tahun
1948 Karl Marx dan Engels menulis “Manifesto Komunis“ yang terkenal itu. Dua
bulan setelah “Manifesto Komunis” pecahlah di seluruh Eropa dengan apa
yang dinamakan Revolusi ’48. Karl Marx memutuskan kembali ke Jerman dan
mendirikan sebuah harian. Sayang, Revolusi ’48 itu gagal sehingga pada tahun
1849 Karl Marx terpaksa kembali lagi ke London dan menetap di sana untuk
selamanya.
Di London pasca kegagalan Revolusi ’48, Karl Marx
tidak memusatkan diri pada aksi-aksi praktis dan revolusioner. Ia kini
memusatkan perhatiaannya pada hal-hal yang bersifat teoritis, khususnya pada
ilmu ekonomi. Pada tahun 1857 Karl Mark mulai menulis sebuah buku yang ternyata
baru bisa diterbitkan pada tahun 1938 dengan judul “Foundation of the
Critique of Political Economy”. Buku setebal 1100 halaman ini berisi tentang
masalah ekonomi dan perkembangan masyarakat. Pada tahun 1967 buku yang sangat
terkenal dari Karl Marx yaitu “Das Kapital” jilid pertama terbit. “Das
Kapital” jilid kedua dan ketiga baru diterbitkan oleh Engels setelah Karl
Marx meninggal dunia.
Pada tahun 1864 partai-partai buruh nasional
mendirikan Asosiasi Buruh Internasional. Karl Marx masuk dalam anggota
dewan. Di dalam asosiasi ini Karl Marx mengalami konflik dengan Mikail Bakunin
dan akhirnya perselisihan itu menghacurkan eksistensi Asosiasi Buruh
Internasional.
Hidup pribadi Karl Marx sebenarnya sangat
memprihatinkan. Mereka menderita kekurangan dan kemlaratan. Dalam beberapa
sumber disebutkan bahwa salah seorang anaknya mati karena kurang makan. Karl
Marx tidak memiliki pendapatan yang tetap dan tidak tahu mengurus uang. Hidup
keluarganya banyak disokong oleh sahabat karibnya yaitu Engel yang memiliki
pabrik di Menchester.
Karl Marx besar adalah seorang yang keras kepala
dan otoriter. Rekan-rekannya yang tidak suka dengan teorinya diserang dengan
kata-kata yang bahkan menjelekkan nama dan kepribadian mereka. Ia bermusuhan
dengan banyak teman sekerjanya. Hanya Engels yang sepertinya memahami dan mau
menerima kepribadian Karl Marx. Di banyak buku Engels disebut sebagai sahabat
karib Karl Marx. Tahun-tahun terakhir kehidupan Karl Marx sangat
memprihatinkan. Ia banyak mengalami kesendirian dan kesepian. Karl Marx
meninggal dunia pada tahun 1883 hanya diiringi oleh delapan orang yang berdiri
di pinggir makamnya.
Keprihatinan Karl Marx ialah manusia. Dalam
beberapa naskah yang ditulisnya sekitar tahun 1932 ada indikasi bahwa
Karl Marx muncul sebagai seorang pemikir humanis sejati. Kalau pada tahun-tahun
sebelumnya Karl Marx lebih condong pada hukum-hukum ekonomi dan sejarah, sejak
tahun-tahun ini ia berkutat dengan konsepsi tentang manusia. Pada dasarnya
manusia itu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Pandangan Karl Mark yang
secara teori bagus ini pada kenyataan hidupnya berbeda. Keluarganya miskin dan
sepertinya ia tidak mampu mengaplikasikan teorinya sendiri.
Manusia harus bekerja karena manusia harus
memenuhi kebutuhannya. Hal demikian berbeda dengan binatang yang langsung dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dari alam. Manusia harus merubah alam dan
dengannya manusia baru bisa hidup. Pekerjaanlah yang membedakan manusia dari
binatang. Menurut Karl Marx, manusia itu makhluk ganda yang aneh. Di satu pihak
ia makhluk alam seperti binatang dan dipihak lain ia harus berhadapan dengan
alam sebagai sesuatu yang asing baginya. Manusia tidak tergantung dari
lingkungan alam, tetapi bisa mengolah seluruh alam demi tujuannya yang
macan-macam. Pekerjaan itu tanda khas yang melekat pada manusia. Pekerjaan itu
tanda bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dan universal.
Sebagai makhluk yang bebas manusia tidak hanya
melakukan apa yang langsung menjadi kecondongannya. Manusia menghadapi
kebutuhan-kebutuhannya dengan bebas. Manusia itu universal karena ia tidak
terikat pada lingkungan yang terbatas. Manusia dapat mempergunakan seluruh alam
demi tujuan-tujuannya. Seluruh alam dapat menjadi bahan pekerjaannya. Ia
berhadapan dengan alam secara universal. Bagi Karl Marx, hanya manusia yang
dapat berproduksi menurut hukum-hukum keindahan. Pekerjaan adalah tanda
martabat manusia.
Pekerjaan itu bagi manusia lebih dari sekadar
alat untuk memenuhi kebutuhan. Di dalam pekerjaan manusia merealisasikan
dirinya sendiri. Hasil ukiran dari seorang pengukir mencerminkan kecakapan,
kemampuan dan hakekat pengukirnya. Di dalam pekerjaan manusia mengambil dari
bentuknya yang alamiah dan memberikan bentuknya sendiri kepadanya. Manusia
mengobyektivasikan diri ke dalam alam melalui pekerjaannya. Produk pekerjaannya
mencerminkan hakekatnya sendiri. Manusia kerasan di dalam alam karena
dibenarkan hakekatnya. Dalam pelbagai pekerjaan manusia melahirkan
bakat-bakatnya pada alam dan dengan demikian manusia merealisasikan dirinya
sendiri.
Pada aspek lain, Karl Marx memandang bahwa
pekerjaan merupakan tanda bahwa manusia itu mahkluk sosial. Manusia memerlukan
orang lain. Pengakuan manusia lain dapat membuat seorang manusia bahagia.
Pengakuan atas hasil kerja dari orang lain membuat seseorang menjadi bahagia
dan merasa diakui. Pekerjaan adalah jembatan antara manusia yang selalu
berinteraksi.
Karena pada dasarnya manusia itu mahkluk sosial,
Karl Marx menolak baik individualisme maupun kolektivisme. Individualisme
keliru karena manusia melalui bahasa dan pekerjaannya sudah sejak semula
dibentuk dan dicetak masyarakat dan tidak dapat hidup tanpa adanya masyarakat.
Kolektivisme juga keliru karena kolektivisme pada dasarnya memiliki implikasi
menolak manusia dalam seluruh kekayaan hakekatnya yang konkret.
Di dalam agama manusia mengalami alienasi
(keterasingan). Karl Marx tidak menolak kritik agama yang dilontarkan
pendahulunya yaitu Feuerbach. Namun, Karl Marx kini telah meninggalkan kritik
agama dan menawarkan gagasan yang baru dalam kaitan keterasingan manusia dalam
koridor masyarakat. Karl Marx melihat bahwa manusia memang mengalami
keterasingan yaitu dalam uang, pekerjaaan dan dari orang lain.
Uang adalah tanda keterasingan manusia. Seseorang
bisa membeli segala barang dengan uang. Nilai yang terutama hanya nilai uang
dan bukannya kekhususan barang yang telah dibeli tersebut. Barang tersebut
lantas kehilangan nilai hakekatnya dan digantikan dengan nilai uang.
Barang-barang alam kehilangan nilainya dan dengannya telah terasing dari
manusia. Manusia membeli segala sesuatu demi uang. Relasi dengan sesama manusia
pun banyak diukur dengan nilai uang. Uang mengasingkan manusia yang satu dengan
yang lainnya. Manusia tidak lagi saling menghargai tetapi hanya saling
mempergunakan. Hal demikian mengarahkan pada sikap egois, dimana orang lain
dipandang sebagai saingan atau hanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan
kita.
Manusia juga terasing di dalam pekerjaannya.
Meski manusia merealisasikan dirinya dalam pekerjaan dan pekerjaan itu bisa
menggembirakan dan membuatnya bangga karena manusia dengannya menemukan
kepuasan atas hasilnya, tetapi pada kenyataanya pekerjaan buat manusia telah
menjadi pekerjaan paksa. Manusia bekerja karena itu satu-satunya jalan untuk
menjamin nafkah hidupnya.
Keterasingan manusia dalam pekerjaaan dapat
dilihat pada keterasingan manusia akan produknya. Hasil kerja manusia yang
seharusnya menjadi kebanggaannya tidak dimilikinya. Produk itu milik orang lain
yaitu si pemilik pabrik. Baru saja manusia membuatnya, produknya itu dirampas
dari miliknya dan bahkan si pemilik pabrik menjualnya.
Di samping itu, manusia juga terasing dari
tindakan pekerjaannya itu sendiri. Manusia (si buruh) tidak mempunyai
kesempatan untuk memilih pekerjaan yang akan mampu merealisasikan dirinya
sendiri dalam pekerjaaan. Kesempatan untuk itu tidak dimungkinkan karena ia
hanya bisa bekerja dimana ada tempat kerja dan dia sendiri tidak menguasai
tempat-tempat kerja. Tempat itu dikuasai pemodal dan si buruh hanya menerima
pekerjaan apa saja yang ditawarkan oleh pemodal itu. Dengan demikian pekerjaan
kehilangan artinya. Kekhususan masing-masing pekerjaan sudah kehilangan arti
baginya. Ia hanya bekerja sebagai alat untuk mencapai tujuan lain yaitu
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Manusia yang menurut Karl Marx pada dasarnya
bebas dan universal itu kini semakin terasing karena manusia terjebak dalam
pekerjaan. Manusia bekerja seperti binatang yaitu demi satu tujuan supaya ia
bisa hidup. Manusia melihat alam hanya dalam perspektif manfaatnya untuk
mendapat uang. Dengan demikian, manusia tersebut mengasingkan hakekatnya yang
bebas dan universal. Pekerjaan yang menyebabkan keterasingan ini pada umumnya
yaitu pekerjaan upahan. Pekerjaan upahan adalah pekerjaan yang dijalankan hanya
demi upah saja.
Pekerjaan upahan telah mengasingkan manusia darí
orang lain karena di dalam sistem yang demikian lantas muncul kelas-kelas yang
saling berhadapan dan bertentangan dan lalu saling membenci satu dengan
lainnya. Di samping itu, pekerjaan upahan mengasingkan buruh di antara mereka
sendiri. Hal ini terjadi karena mereka harus bersaing berebut tempat kerja.
Karena keterbatasan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, sesama lantas menjadi
saingan. Hal demikian menimbulkan jarak antar manusia dan dengannya manusia
semakin terasing dari sesamanya.
Karl Marx mengajukan dua syarat agar masyarakat
berkelas dapat dihapus yaitu: Pertama, cara produksi harus telah
berkembang sedemikian rupa sehingga pembagian pekerjaan tidak perlu lagi. Kedua,
harus telah berkembang suatu kelas yang berkepentingan untuk tidak hanya
menggulingkan kelas yang berkuasa melainkan untuk menghancurkan sistem
masyarakat berkelas itu sendiri dan mendirikan suatu masyarakat yang tidak ada
kelasnya lagi.
Karl Marx melihat bahwa ketegangan antara
tenaga-tenaga produksi dan hubungan-hubungan produktif terungkap dalam
ketegangan antar kelas dalam masyarakat. Satu kenyataan sosial yang tak
terbantahkan yaitu bahwa di dalam masyarakat terdapat dua kelompok yang saling
berhadapan secara tak terdamaikan yaitu antara kelas atas dan kelas yang
tertindas.
Pertentangan kelas atas dan kelas yang tertindas
tak dapat didamaikan karena bersifat obyektif. Pertentangan ini ada karena
secara nyata dan tak terhindarkan masing-masing kelas ambil bagian dalam proses
produksi. Di dalam proses produksi masing-masing kelas menempati kedudukannya
masing-masing. Kelas atas berkepentingan secara langsung untuk menghisap dan
mengeksploitasi kelas yang tertindas karena ia telah membelinya. Kelas atas
menindas dan menghisap kelas bawah karena kedudukan dan eksistensi mereka
tergantung dari cara kerja yang demikian. Sementara itu kelas yang tertindas
berkepentingan untuk membebaskan diri dari penindasan dan bahkan berkepentingan
menghancurkan kelas atas.
Perbaikan kelas-kelas tertindas tidak dapat
dicapai melalui kompromi. Perbaikan tidak dapat diharapkan pula dari perubahan
sikap kelas-kelas atas. Bagi Karl Marx, hanya ada satu jalan saja yang paling
terbuka yaitu perjuangan kelas. “Sejarah semua masyarakat yang ada hingga
sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas,” demikian Karl Marx menegaskan
dalam bukunya “Manifesto Komunis”. Sejarah umat manusia ditentukan
oleh perjuangan antara kelas-kelas. Karl Marx menolak pendapat bahwa individu
dengan kehendak individualnya dapat menentukan arah sejarah. Individu hanya
melakukan apa yang merupakan kepentingan kelas mereka masing-masing. Perjuangan
akan sungguh-sungguh apabila bersifat subyektif, yaitu apabila kelas-kelas yang
tertindas menyadari keadaan mereka, menentangnya dan berusaha untuk mematahkan
dominasi kelas-kelas yang berkuasa.
Pertentangan antar kelas terjadi karena adanya
pertentangan kepentingan-kepentingan kelas-kelas yang ada. Satu jalan perjuangan
kelas yaitu menghancurkan sistem yang menghasilkan kepentingan-kepentingan
kelas atas. Tetapi, perubahan sistem itu dengan sendirinya pasti akan ditentang
oleh kelas-kelas atas. Biasanya kelas atas mempertahankan sistem dengan cara
memperalat kekuasaan negara. Kelas atas membenarkan kekuasaan negara secara
moral dengan menyebarkan ideologi yang menunjukkan kesan bahwa negara dan
tata-susunan masyarakat itu suci, tak terjamah dan perlu didukung demi
kepentingan masyarakat.
Perubahan sejarah umat manusia dalam masyarakat
hanya tercapai dengan jalan kekerasan yaitu melalui suatu revolusi. Karl Marx
pada dasarnya menentang semua bentuk usaha untuk memperdamaikan kelas-kelas
yang bertentangan. Reformasi pada kelas atas dan usaha pendamaian antar kelas
hanya akan menguntungkan kelas penindas. Karl Marx menekankan bahwa perjuangan
kelas yaitu penghancuran penindasan yang terjadi dalam masyarakat. Tidak
mengherankan, dalam masyarakat kapitalis Karl Marx menekankan pentingnya
revolusi proletariat. Revolusi proletariat yaitu usaha mencopot hak milik kaum
kapitalis atas alat-alat produksi dan menyerahkannya kepada seluruh rakyat.
Karl Marx memahami manusia sebagai person yang
tidak boleh diperalat atau memperalat diri karena manusia adalah tujuan pada
dirinya sendiri. Manusia adalah bebas dan universal. Manusia harus
merealisasikan dirinya dalam pekerjaan dan tidak boleh diperbudak oleh
pekerjaan.
Karl Marx berhasil menyuarakan suatu masalah yang
dirasakan manusia-manusia modern yaitu keterasingannya dalam masyarakat tehnologi.
Kelemahan Karl Marx bukannya karena ia memandang pekerjaan sebagai tindakan
dasar manusia, melainkan karena ia menganggap sebagai satu-satunya. Karl Marx
tidak melihat bahwa interaksi yaitu komunikasi antar manusia adalah tindakan
yang penting juga (Jürgen Habermas). Habermas yakin bahwa keterasingan tidak
akan hilang hanya karena perubahan sistem. Faktor komunikasi memainkan peranan
penting untuk mengurangi keterasingan dengan jalam reformasi di dalam sistem.
Karl Marx berpandangan bahwa suatu pengurangan
penindasan di dalam sistem yang ada (reformasi) tidaklah mungkin. Baginya,
penindasan hanya dapat dipatahkan dengan sebuah revolusi. Kelemahan Karl Marx
di sini yaitu bahwa buruh-buruh di beberapa negara kapitalis dapat
memperjuangkan kemajuan mereka tanpa melalui suatu revolusi. Karl Marx tidak
bisa melihat kemungkinan ini karena ia berpendapat bahwa
kepentingan-kepentingan kelas atas dan kelas yang tertindas tidak akan pernah
dapat diperdamaikan. Kekeliruan mendasar Karl Marx yaitu bahwa borjuasi sebagai
kelas atas tidak mau mencari damai. Pada kenyataannya kelas atas menyadari
kerugian kalau ada revolusi. Oleh sebab itu mereka bersedia untuk mengurangi
penghisapan, memperbaiki syarat-syarat kerja, membagi kekuasaan politik dengan
kaum buruh dan bahkan memberi hak kepada kaum buruh untuk ikut menentukan
kebijakan perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar