Pembahasan
  sejarah bahasa arab merupakan pemikiran yang sangat rumit dan panjang 
 untuk ditelusuri. Dengan berbagai bentuk teori dan perbandingan dengan 
 penemuan script kuno dan lain sebagainya, sampailah para pencinta 
bahasa  arab kepada ketidak-adanya kesepakatan yang baik antara satu 
pendapat  dengan pendapat lainnya.
Masing-masing
  berdalih dan berdalil dengan kuat sehingga tidaklah jelas hingga saat 
 ini manakah diantara beragam teori yang ada tersebut merupakan satu  
kebenaran atau yang paling mendekati kebenaran yang bisa diterima oleh  
pihak lain, atau paling tidak oleh ummat islam sendiri yang pada  
dasarnya merupakan pengembang dan penyebar bahasa ini. Dalam artikel ini
  langsung saja akan diuraikan secara ringkas mengenai beberapa pendapat
  yang banyak beredar dan utama dikalangan ahli bahasa, ilmuwan,  
arkeologi, ahli sejarah, dan kalangan umum.
Diantara  pendapat mengenai perkembangan bahasa arab yang paling global adalah:
- Pendapat yang menyatakan bahwa bahasa Arab telah ada semenjak zaman Adam, sehingga perintis tulisan Arab dan pola kalimat bahasa Arab adalah Adam. Pendapat ini merupakan pendapat yang paling klasik dan merupakan interpretasi secara langsung dari Alquran surah Albaqarah 31, و علّم آدم الأسماء كلها yang artinya kuranglebih sbb: “Allah telah mengajari Adam pengetahuan tentang segala nama”. Dari dalil ini, mereka yang berpendapat bahwa nama-nama benda dan berbagai hal atau sifat di dunia ini telah diajarkan oleh Allah kepada Adam dalam bahasa Arab. Bahkan pengikut pendapat ini yang lebih tegas menyatakan bahwa huruf Arab telah dikuasai oleh Adam tanpa belajar dan langsung dari Allah seketika, atau disebut sebagai sebuah mukjizat atau paling tidak sebagai karunia (nadzariyah at tauqif).
 - Pendapat
 dari ahli-ahli  tulisan kaligrafi mengenai bahasa Arab menyatakan bahwa
 bahasa ini  memang ada semenjak zaman Adam, jadi merupakan bahasa 
pertama yang  diciptakan manusia dan kemudian berkembang menjadi 
berbagai bahasa baru.  Baik bahasa utamanya maupun berbagai cabang yang 
tumbuh darinya  tersebut pada akhirnya mengalami berbagai perubahan dan 
perkembangan  sesuai dengan peradaban manusia. Pendapat ini juga 
menggunakan  bukti-bukti sejarah dan sebagainya untuk mendukung teori 
mereka.  Disebutkan bahwa dari berbagai penemuan yang ada diketahuai 
bahawa  semenjak 4000 tahun sebelum masehi, baru ada manusia yang bisa 
membuat  membuat abjad atau bahasa tulis (sebelumnya dianggap belum ada 
bahasa  tulis atau memang belum diketemukan bukti tertulisnya), yaitu 
oleh  bangsa Sumeria di Mesopotamia yang membuatnya diatas batu; 
selanjutnya  bangsa Mesir purba dengan sistem tulisan hyeroglyph; 
kemudian bangsa  Babilonia dan Assyria di Mesopotamia yang memakai 
tulisan paku atau  “cuneiform” dan dipahatkan diatas batu; begitupun 
bangsa Phunisia,  China, Romawi, dan lain sebagainya. Mereka termasuk 
bangsa-bangsa yang  mengawali pembangunan peradaban tinggi. Sementara 
itu tulisan Arab masih  tergolong muda karena lahir belakangan. Ada 
pendapat bahwa tulisan Arab  Kufi merupakan turunan terakhir dari 
hyeroglyph setelah melewati fase  tulisan Phunisia, Musnad, dan Arami 
hingga kemudian mencapai jenis  tulisan masa sekarang. Dengan semakin 
berkembangnya pendapat para ahli,  teori ini terbagi menjadi beberapa 
kelompok utama, yaitu: 
- Teori Selatan (Himyari) yang menyatakan bahwa tulisan Arab yang ada pada saat ini diadopsi dari musnad himyari atau hameir di Yaman. Orang Yaman kuno (Himyar) pindah ke Hierah, sebuah kota dintara Nejef dan Kufah pada masa dinasti Al Mundzir keturunan Tababiah suku Yaman. Dari Hierah ini, kemudian dibawa oleh pengembara bernama Harb bin Umayyah yang belajar dari kota tersebut kemudian setelah menetap di Makah mengajarkan kepada penduduk sekitarnya. Akhirnya, suku-suku di Madinah, yaitu Auz, Khajraj, dan Tsaqif ketularan.
 - Teori Utara (Hieri) yang menyatakan bahwa berdasar riwayat Al Baladzuri (bernama asli Ahmad bin Yahya) yang merupakan sejarawan Arab keturunan Persia yang handal dan teruji validitasnya. Dia lahir di Baghdad dan wafat pada 892M. Ia meriwayatkan dari Abbas bin Hisyam bin Saib Al Kalby dari kakeknya dari Assyarqi Al Qathani: bahwa saya Maramir bin Murrah, Aslam putra Sadarah beserta Amir bin Jadrah yang semuanya dari Boulan, dan mereka adalah anggota kaum Thayik yang mendiami daerah Buqah, yang terletak di seberang Anbar. Kaum ini menyamakan ejaan Arab dengan ejaan Suryani. Oleh penduduk Hierah kemudian ditransfer dan dibuat formula baru. Transfer tersebut dipelopori oleh Basyar bin Abdul Malik yang lebih dikenal dengan nama Al Kindi. Ditambah lagi, Al Kindi adalah saudara penguasa Daumatul Jandal yaitu Ukaidar. Al Kindi hijrah ke Hierah dan menetap beberapa waktu sehingga dari dialah penduduk Hierah (Huron) belajar tulisan Arab. Selanjutnya dia hijrah ke Makkah dan disini beberapa tokoh bangsawan Quraish minta diajari tata tulis dan ejaannya. Diantaranya adalah Sufyan bin Umayyah bin Abd Syams beserta Abu Kais bin Abd Manaf bin Zuhrah yang akhirnya bisa menulis Arab. Pada suatu ketika, Al Kindi dan Abu Kais melakukan kegiatan bisnis di Thaif ditemani pula Ghaylan bin Salmah At Tsaqafi yang juga belajar tulisan Arab pada Al Kindi. Dari waktu itulah kemudian baca tulis maju pesat di kota dagang tersebut. Dari riwayat tersebut diketahui bahwa tulisan Arab berawal dari tulisan Suryani yang transformasinya menghasilkan tulisan Anbari dan tahap selanjutnya ke tulisan Hieri dan kemudian menghasilkan khat Hejazi atau Makki.
 - Pendapat modern dari para sejarawan islam dan pencinta kaligrafi arab memberikan sedikit gambaran lebih mendetail tentang perkembangan tulisan dan bahasa arab terutama pada beberapa abad sebelum datangnya islam. Dalam pendapat ini, hal-hal yang menjadi titik penting adalah :
 
 
1)  Suku
 Nabti adalah suku Arab pertama  yang diperkirakan menguasai daerah 
Arami sekaligus terpengaruh budaya  Arami dalam perjalanan waktu 
sehingga mereka pada akhirnya menggabungkan  dua bahasa sekaligus dengan
 akulturasi tulisan baru yang masih nampak  sentuhan awal Arami. Tulisan
 ini disebut sebagai tulisan Nabti.
2)  Dari
 prasasti Utrubah dismpulkan bahwa  khat Nabti merupakan transformasi 
dari tulisan Arami (entah apakah Aram  asli atau juga sudah 
terkontaminasi bahasa lain), dan tulisan Arab  merupakan evolusi dari 
jenis tulisan Nabti yang terakhir. Hal ini  diperkuat atau didukung oleh
 prasasti atau inskripsi Al Hajar Al Khomsah  (Prasati Lima Batu) yang 
membuka sejarah tulisan Arab sebelum islam.  Prasasti tersebut jika 
diurutkan secara sitematik tahun pembuatannya  adalah inskripsi Umm Al 
Jimal I, Nammarah, Zabad, Huron, dan terakhir  Umm Al Jimal II. Dan 
semua ini dinyatakan sebagai prasasti Nabti (Naqsi  Nabtiyah).
a)  Naqsy
 Umm Al Jimal I ditulis dalam dua  bahasa Nabti dan Arami di kawasan Umm
 Al Jimal diantara Syria dan  Yordan sekarang. Bertahun 250M, dianggap 
toggak awal lahirnya tulisan  Arab.
b)  Naqsy
 Nammarah, dikawasan Huran Syria  selatan, bertahun 328M dalam tulisan 
Nabti dengan bahasa Adnan Kuno yang  dominan di awal abad ke-4M dan 
berbahasa Arab, serta  beberapa Arami kuno, serta adanya 
penggunaan Alif Lam Ta`rif yang  menjadi indikator perkembangan lebih 
mendekati Arab baru dibanding Umm  Al Jimal I.
c)  Naqsy
 Zabad, ditemukan direruntuhan  Zabad di tenggara Halep (Aleppo) antara 
Qinsrin dan sungai Euphrat pada  sebuah batu di sebuah kanisah. Bertahun
 511-512M. Memuat tiga jenis  tulisan (Yunani, Suryani, dan Anbti 
terakhir atau yang diyakini sebagai  jenis tulisan Arab kuno). 
Tulisannya menyerupai jenis khat kufi islami.
d)  Naqsy
 Harran, diatas pintu kanisah di  Alluja, Harran, utara gunung Hurran, 
dalam bahasa Yunani dan Arab.  Banyak kemiripan dengan khat naskhi kuno 
pada awal islam. Bertahun 463 N  (463 kalender Nabti) pada masa kaisar 
Romawi Tiryanus dengan Gubernur  Syria-Romawi “Balma” yang mengalahkan 
kerajaan Anbath pada tahun 102M  dan menamainya sebagai distri Arab. 
Jadi 102 +463 = 569M, terpaut  kira-kira 53 tahun sebelum hijrah. 
e)  Naqsy
 Umm Al Jimal II pada abad ke-6M,  merupakan nash arab kuno yang paling 
muda yang diketemukan. Inskripsi  ini begitu dekat dengan bahasa Arab Al
 Qur`an, jauh dari corak Nabti  dari segi lingual maupun tulisannya.
3)  Jadi,
 disini para ahli berpendapat  bahwa cikal bakal tulisan Arab adalah 
khat Nabti yang kemudian menyebar  ke Hejaz dengan proses perpindahan 
yang diperkirakan sama dengan  tahun-tahun pembuatan lima prasasti batu 
utama tersebut. Selain itu dari  sana diperoleh gambaran pula adanya 
proses evolutif dari Nabti murni  kemudian setelah bebeapa tahap menjadi
 tulisan Arab yang sama dengan  tulisan yang dipakai menyalin Al Qur`an.
 Sedangkan perjalanannya,  diperkirakan dengan memakai dua jalur utama, 
yaitu:
a)  Jalur
 I, berputar dari Hurran utara  Damaskus menyusur ke selatan sampai 
lembah Euphrat bagian tengah  kemudian sampai ke kota Hierah dan Anbar 
yang selanjutnya menembus  daerah Daumatul Jandal lalu sampai ke Makkah 
dan Thaif.
b)  Jalur
 II, bermula dari Diyar Nabti  lalu ke Batra (orang Yunani menyebutnya 
Petra) di Yordan, lalu ke Ula  yang sebelumnya bernama Didan dan 
merupakan daerah subur yang sering  didatangi orang di utara Hejaz, lalu
 sampai ke Makkah dan Madinah.
- Pendapat modern secara internasional:
 
Dalam
  pembahasan pada bagian ini dapat diperoleh digambarkan lebih jelas dan
  mendetail, bahkan semenjak ribuan tahun sebelum masehi, dengan 
berbagai  cabang bahasa baru, dan yang jelas pembahasannya lebih 
kompleks daripada  sebelumnya.
Menurut
  teori dan pendapat para ahli modern, bahasa di dunia ini pada awalnya 
 adalah berasal dari daerah asal manusia pertama menetap, yaitu sekitar 
 Afrika dan Asia. Dan bahasa yang lahir dari sumber ini dikemudian hari 
 mencapai ratusan bentuk bahasa baru yang dipakai oleh sebagian besar  
penduduk dunia. Bahasa ini oleh para ahli dinamakan Afro-Asiatic,  
Afrasian, Hamito-Semitic, Lisramic, atau Erythraean, memperanakkan  
sekitar 400 jenis bahasa yang diantaranya memang telah punah, namun  
tetap saja merupakan kelompok bahasa yang paling banyak dipakai oleh  
penduduk bumi, yaitu dipakai di hampir seluruh Afrika, dan separuh Asia,
  terutama disebelah Asia selatan dan barat, serta sebagian Eropa. 
Sub  kelompok utama dari bahasa ini adalah:
· Berber 
· Chadic 
· Egyptian 
· Semitic 
· Cushitic 
· Beja (ada yang  memasukkannya ke dalam Cushitic) 
· Omotic (ada yang  memasukkannya ke dalam Cushitic) 
Mengenai
  tempat masyarakat awal yang memakai bahasa Afro-Asiatic ini menetap,  
belum ada kesepakatan yang jelas antara para ahli, namun sebagian besar 
 memperkirakan di Afrika utara, di dekat laut merah, dan di sahara.
Keterkaitan  setiap sub-bahasa ini diperlihatkan oleh para ahli sebagai berikut:
· b-n- “build” (Ehret: *bĭn), attested in Chadic,  Semitic (*bny), Cushitic (*mĭn/*măn “house”),  Berber (*bn) and Omotic (Dime bin- “build, create”); 
· m-t “die” (Ehret: *maaw), attested in Chadic  (for example, Hausa mutu), Egyptian (mwt *muwt,  mt, Coptic mu), Berber (mmet, pr. yemmut),  Semitic (*mwt), and Cushitic (Proto-Somali *umaaw/*-am-w(t)-  “die”). (Also similar to the Proto-Indo-European base *mor-/mr-.
  “die”, evidence in favor of both the Afro-Asiatic and Indo-European  
language families’ classification in the hypothetical Nostratic  
superfamily.) 
· s-n “know”, attested in Chadic, Berber, and Egyptian; 
· l-s “tongue” (Ehret: *lis’ “to lick”), attested  in Semitic (*lasaan/lisaan), Egyptian (ns *ls,  Coptic las), Berber (ils), Chadic (for example, Hausa  harshe), and possibly Omotic (Dime lits’- “lick”); 
· s-m “name” (Ehret: *sŭm / *sĭm),  attested in Semitic (*sm), Berber (ism), Chadic (for  example, Hausa suna), Cushitic, and Omotic (though some see the  Berber form, ism, and the Omotic form, sunts, as  Semitic loanwords.) The Egyptian smi “report, announce” offers  another possible cognate. 
· d-m “blood” (Ehret: *dîm / *dâm),  attested in Berber (idammen), Semitic (*dam), Chadic,  and arguably Omotic. Compare Cushitic *dîm/*dâm,  “red”. 
Dalam
  tatana pola kalimat kerjanya, Semitic, Berber, and Cushitic (termasuk 
 Beja) semuanya membuktikan adanya pemakaian “prefix conjugation”:
|   
English 
 |    
Arabic  (Semitic) 
 |    
Kabyle  (Berber) 
 |    
Saho  (Cushitic) 
 |    
Beja  (verb is “arrive”) 
 |  
|   
he  dies 
 |    
yamuutu 
 |    
yemmut 
 |    
yagdifé 
 |    
iktim 
 |  
|   
she  dies 
 |    
tamuutu 
 |    
temmut 
 |    
yagdifé 
 |    
tiktim 
 |  
|   
they  (m.) die 
 |    
yamuutuuna 
 |    
mmuten 
 |    
yagdifín 
 |    
iktimna 
 |  
|   
you  (m. sg.) die 
 |    
tamuutu 
 |    
temmuteḍ 
 |    
tagdifé 
 |    
tiktima 
 |  
|   
you  (m. pl.) die 
 |    
tamuutuuna 
 |    
temmutem 
 |    
tagdifín 
 |    
tiktimna 
 |  
|   
I  die 
 |    
ˀamuutu 
 |    
mmuteγ 
 |    
agdifé 
 |    
aktim 
 |  
|   
we  die 
 |    
namuutu 
 |    
nemmut 
 |    
nagdifé 
 |    
niktim 
 |  
Semua  sub-kelompok dari Afro-Asiatic menunjukkan bukti adanya pemakaian  “causative affix s”,
 dan bahkan imbuhan yang agak mirip  ditemukan dalam kelompok lain, 
seperti bahasa-bahasa Niger-Congo.  Sementara itu, Semitic, Berber, 
Cushitic (termasuk Beja), and Chadic  mendukung pemakaiaan “possessive 
pronoun suffixes”.
Berdasar  kepada asal awal bahasa Shemit, bahasa cabangnya banyak memiliki  kesamaan bunyi kata dan arti. Contoh:
|   
English 
 |    
Proto-Semitic 
 |    
Akkadian 
 |    
Arabic 
 |    
Hebrew 
 |    
Syriac 
 |    
Ge’ez 
 |    
Mehri 
 |    
Phoenician 
 |  
|   
father 
 |    
*ʼab- 
 |    
ab- 
 |    
ʼab- 
 |    
ʼāḇ 
 |    
ʼab-ā 
 |    
ʼab 
 |    
ḥa-yb 
 |    
ab- 
 |  
|   
heart 
 |    
*lib(a)b- 
 |    
libb- 
 |    
lubb- 
 |    
lēḇ(āḇ) 
 |    
lebb-ā 
 |    
libb 
 |    
ḥa-wbēb 
 |    
lib 
 |  
|   
house 
 |    
bayt- 
 |    
bītu, bētu 
 |    
bayt- 
 |    
báyiṯ, bêṯ 
 |    
bayt-ā 
 |    
bet 
 |    
beyt, bêt 
 |    
bet 
 |  
|   
peace 
 |    
*šalām- 
 |    
šalām- 
 |    
salām- 
 |    
šālôm 
 |    
šlām-ā 
 |    
salām 
 |    
səlōm 
 |    
salem 
 |  
|   
tongue 
 |    
*lišān-/*lašān- 
 |    
lišān- 
 |    
lisān- 
 |    
lāšôn 
 |    
leššān-ā 
 |    
lissān 
 |    
əwšēn 
 |    
lshen 
 |  
|   
water 
 |    
*may-/*māy- 
 |    
mū 
 |    
māʼ- 
 |    
máyim 
 |    
mayy-ā 
 |    
māy 
 |    
ḥə-mō 
 |    
maym 
 |  
Kadangkala
 ada juga makna yang berbeda dari  setiap akar bahasa Shemit dari satu 
cabang dengan cabang lainnya.  Sebagai contohnya, akar kata b-y-ḍ dalam  bahasa Arab mempunyai arti “putih” dan juga “telur”, sedangkan di Malta bajda  berarti “putih” (f. sing./satu) dan juga “telur”, kemudian  dalam Hebrew hanya berarti “telur”. Akar kata l-b-n  berarti “susu” dalam bahasa Arab, tetapi berarti “putih” dalam Hebrew.  Akar kata l-ḥ-m berarti “daging” dalam  bahasa Arab dan kata laħam
 berarti “daging” dalam bahasa Malta,  namun berarti “roti” dalam Hebrew
 dan “sapi” dalam bahasa-bahasa  Ethiopia; Sedangkan arti awalnya 
kemungkinan adalah “makanan”. Kata medina  berarti “kota” dalam Arab, dan “metropolis” dalam Amharic, sedangkan  Hebrew berarti “negara”.
Semua
  bahasa-bahsa Shemit memiliki pola yang unik yang disebut “triliteral” 
 yang biasanya terdiri dari tiga konsonan, mulai dari kata benda, kata  
bantu, dan kata kerja yang terbentuk dengan sisipan huruf hidup dalam  
bentuk prefix, suffixes, maupun infixes.
Sebagai  contoh, akar kata k-t-b (diartikan dengan bahasa Inggris agar lebih  ringkas), “menulis”, dalam bahasa Arab:
kataba كتب means “he wrote” 
kutiba كتب means “it was written” masculine 
kutibat كتبت means “it was written” feminine 
kitābun كتاب means “book” 
kutubun كتب means “books” 
kutayyibun كتيب means “booklet”  dimunitive 
kitābatun كتابة means “writing” 
kātibun كاتب means “writer” masculine 
kātibatun كاتبة means “writer”  feminine 
kuttābun كتاب means “writers” 
katabatun كتبة means “writers” 
maktabun مكتب means “desk” 
maktabatun مكتبة means “library” 
maktūbun مكتوب means “written” or  “postal letter” 
Sedangkan  dalam bahasa Hebrew (k-t-ḇ):
kataḇti כתבתי  means “I wrote” 
kataḇta כתבת  means “you (m) wrote” 
kataḇt כתבת  means “you (f) wrote” 
kataḇ כתב means “he wrote” or  “reporter” (m) 
katḇa כתבה  means “she wrote” 
kataḇnu כתבנו  means “we wrote” 
kataḇtem (modern informal)/ktaḇtem (traditional) כתבתם means “you (plural m) wrote” 
kataḇten (modern informal)/ktaḇten כתבתן  means “you (plural f) wrote” 
katḇu כתבו  means “they wrote” 
kateḇet כתבת  means “reporter” (f) 
kataḇa כתבה  means “article” (plural katavot כתבות) 
miḵtaḇ מכתב means “postal letter”  (plural miḵtavim מכתבים) 
miḵtaḇa מכתבה  means “writing desk” (plural miḵtavot מכתבות) 
ktoḇet כתובת  means “address” (plural ktoḇot כתובות) 
ktaḇ כתב means “handwriting” 
katuḇ כתוב means “written” (f  ktuḇa כתובה)  
hiḵtiḇ הכתיב means “he dictated” (f  hiḵtiḇa הכתיבה) 
hitkateḇ התכתב means “he corresponded (f  hitkatḇa התכתבה) 
niḵtaḇ נכתב means “it was written” (m)  
niḵteḇa נכתבה  means “it was written” (f) 
ktiḇ כתיב means “spelling” (m)  
taḵtiḇ תכתיב means “prescript” (m)  
meḵutaḇ מכותב means “a person on  one’s mailing list” (meḵuteḇet מכותבת f) 
ktuba (note: b,  not ḇ) כתובה  means “ketubah (a Jewish marriage contract)” (f) 
Di dalam  bahasa Malta:
jien ktibt means “I wrote” 
inti ktibt means “you wrote” (m or f) 
huwa kiteb means “he wrote” 
hi kitbet means “she wrote” 
aħna ktibna means “we wrote” 
intkom ktibtu means “you (pl) wrote 
huma kitbu means “they wrote” 
huwa miktub means  “it is written” 
kittieb means “writer” 
kittieba means “writers” 
ktieb means “book” 
kotba means “books” 
Akar  kata ini di dalam Tigrinya dan Amharic hanya bertahan dalam kata benda kitab,
  yang berarti “amulet”, dan kata kerjanya “to vaccinate”. Kata kerja di
  dalam bahasa Afro-Asiatic yang lain menunjukkan pola yang lebih 
berbeda,  dengan lebih banyak menggunakan pola biconsonantal; contohnya 
dalam  bahasa Kabyle afeg berarti “terbanglah!”, sedangkan affug  berarti “penerbangan”, dan yufeg berarti “dia laki-laki telah  terbang” (ini bisa dibandingkan dengan Hebrew uf, te’ufah  dan af).
Sedangkan  perkembangan huruf-huruf Shemit antara lain sebagai berikut:
Diantara
  sub-kelompok bahasa Afro-Asiatic, bahasa yang dikemudian hari  
diperkirakan memperanakkan bahasa Arab dan beberapa saudaranya adalah  
sub-kelompok Shemit. Sub-kelompok bahasa ini dipakai kira-kira hingga  
400 juta sebagai bahasa induk dan hampir dua kali lipatnya untuk bahasa 
 kedua diseluruh penjuru dunia.
Sedangkan
 cabang bahasanya yang paling banyak dipakai  pada saat ini adalah 
bahasa Arab (250 juta pemakai sehari-hari, atau  total 400 juta jika 
ditambah pemakai sebagai bahasa kedua), diikuti oleh  bahasa Amhari (30 
juta pemakai sehari-hari), Tigrinya (9 juta total  pemakai), Hebrew (6 
juta pemakai sehari-hari), dan banyak bahasa  lainnya. Kata-kata Shemit 
sendiri diambil dari Shem nama anak Noah  (dalam bahasa alkitab yahudi 
maupun 
nasrani). Shem  (שֵׁם “renown; prosperity; name”, dalam Standard Hebrew Šem,  Tiberian Hebrew Šēm; Yunani Σημ, Sēm;  Arab سام).
 Sub-kelompok bahasa Shemit merupakan yang pertama memiliki  formasi 
bahasa tulis, yaitu tulisan dalam bahasa Akkadian pada awal  millenium 
ke-3 sebelum masehi. 
Abad ke-14 BC “diplomatic letter” dalam Akkadian, 
ditemukan di Tell Amarna.
Seperti
  telah diketahui bersama bahwa sub-kelompok Shemit merupakan anggota  
kelompok bahasa Afro-Asiatic yang sub-kelompok lainnya (selain Shemit)  
merupakan bahasa yang menetap di Afrika. Sedangkan Shemit atau  
Proto-Shemit datang dari Afrika ke Asia, terutama Timur Tengah semenjak 
 masa Neolitik. Namun, beberapa ilmuwan menyatakan sebaliknya, yaitu  
bahasa Afro-Asiatic datang dari daerah Timur Tengah dan sub-kelompok  
selain Shemit mengungsi atau membentuk cabang baru di Afrika. Nmaun,  dengan
 mengesampingkan itu semua, yang jelas bahasa Shemit ini  diperkirakan 
telah ada di Timur Tengah semenjak millenium ke-4 sebelum  masehi dan 
kemudian berkembang masuk ke kebudayaan Mesopotamia atau  membentuk 
kebudayaan Mesopotamia dengan bahasa Akkadia dan Amorit ke  arah barat 
dan mencapai daerah seperti Ebla di Syria sekarang. 
Pada
  awal millenium ke-2, bahasa-bahasa Shemit Timur mendominasi di  
Mesopotamia, sedangkan bahasa-bahasa Shemit Barat menempati wilayah  
Syria hingga Yaman, meskipun dikemudian hari muncul bahasa Arab kuno di 
 sebelah selatan yang bukan dari Shemit Barat tapi diperkirakan dari  
Shemit Selatan. Bahasa Akkadia pada saat awal millenium baru itu menjadi
  bahasa utama dengan pemakaian tulisan paku atau “cuneiform” yang  
diadaptasi dari bahasa Summeria, sedangkan bahasa Ebla punah bersama  
hancurnya kota utamanya, dan Amorit hanya diketemukan penyebutannya  
dalam tulisan-tulisan saja.
Perkembangan
  bahasa-bahasa Shemit selanjutnya memberikan bentuk baru, yaitu  
penciptaan alphabet. Bahasa Proto-Canaan yang merupakan cabang dari  
Shemit Barat, pada 1500 sebelum masehi menciptakan huruf, kemudian  
diikuti oleh Ugarit di utara Syria kira-kira 1300 sebelum masehi, juga  
Arami yang berada di Syria, serta Akkadia yang juga semakin berkembang  
dengan terpecah menjadi dua dialek utama, yaitu dialek Babylonia dan  
dialek Assyria.
Pada  abad ke-1 sebelum masehi, pemakaian huruf semakin  berkembang, memberikan gambaran jelas kepada para ahli  tidak saja mengenai Canaan, tetapi 
juga
 Arami, bahasa Arab  Selatan kuno, dan Ge`ez awal. Koloni-koloni 
Phunisia menyebarkan bahasa  Canaan meliputi Mediteranian, dengan Hebrew
 menjadi bahasa utama dalam  literatur keagamaan yaitu kitab Torah dan 
Tanakh. Namun, bagaimanapun  juga dengan adanya perluasaan kekuasaan 
bangsa Assyria, bahasa Arami  menjadi bahasa utama dan menyingkirkan 
bahasa Akkadia, Hebrew, Phunisia,  dan beberapa bahasa lainnya (Hebrew 
bertahan karena dipakai dalam  literatur keagamaan). Dalam masa yang 
sama di Ethiopia mulai berkembang  tulisan Ge`ez yang menjadi tulisan 
pertama Shemit di  Ethiopia. 
Naskah abad ke-9 BC Syriac.
Memasuki
  babak baru dengan lahirnya agama kristen, literatur keagamaan berganti
  dengan Syriac hingga abad ke-5M. Namun, dengan adanya perkembangan  
islam, Arami berubah dan bertansformasi bersama bahasa Arab kuno dan  
kebudayaan baru menjadi bahasa Arab yang pada generasi-generasi islam  
selanjutnya menjadi bahasa utama mulai dari Spanyol hingga Asia Tengah, 
 Mediterania, dan juga Afrika. Dengan keistimewaan sebagai bahasa  
literatur keagamaan dan dukungan dari kekhalifahan, maka berkembanglah  
tulisan Arab yang mendominasi bahasa sehari-hari diberbagai belahan  
dunia dan dengan berbagai jenis khat dan variannya yang terpengaruh oleh
  budaya yang telah ada di setiap wilayah baru tersebut sebelumnya.  
Setelah kejatuhan kerajaan Nubia di Dongola pada abad ke-14M, bahasa  
Arab berkembang pesat di Mesir Selatan, beberapa waktu kemudian qabilah 
 Bani Hassan membawanya ke Mauritania. Bahkan bahasa ini kemudian 
menapai  Sudan dan Chad untuk menjadi bahasa utama penduduk setempat 
dengan cara  damai maupun peperangan.
Sementara itu, bahasa Shemit lainnya  yang telah terpeca
h
 di Ethiopia dan  Eritrea dengan pengaruh yang mendominasi dari 
Chusitic, akhirnya menjadi  beberapa bahasa baru, diantaranya adalah 
Amhari dan Tigrinya di  Ethiopia, dan Tigre di Eritrea. Selain itu juga 
Gurage di selatan  Ethiopia, serta Harari di kota Harar. Bahasa-bahasa 
ini menggantikan  beberapa bahasa yang ada sebelumnya seperti bahasa 
Gafat (Shemit) dan  juga Weyto (non-Shemit), serta mengganti Ge`ez 
dengan jenis baru. 
 Lembar halaman Qur`an abad  ke-12M. 
Pada
  saat ini, bahasa Arab dipakai oleh orang Arab, Persia, sebagian besar 
 penduduk Mauritania hingga Oman, separuh Afrika, Asia, dan sedikit  
Eropa. Meskipun pada saat ini telah terjadi banyak kemunduran dalam  
dunia islam yang terpecah-pecah setelah kehancuran khilafah, namun dalam
  bentuk literatur keagamaan masih tetap terjaga. Sedangkan bahasa 
Shemit  lainnya di Timur Tengah yang masih dipakai adalah bahasa Hebrew 
yang  dalam bahasa lamanya disebut Hebrew (Ibri), sekarang dengan 
standard  modern disebut Ivrit. Beberapa etnis minoritas terutama 
Assyria, tetap  berusaha memakai bahasa Arami di sekitar pegunungan 
utara Iraq,  sedangkan Syriac dipakai oleh orang kristen ortodox iraq 
dalam literatur  keagamaan mereka. Benarlah pendapat yang mengatakan 
bahawa Shemit  adalah bahasa yang paling banyak dipakai oleh penduduk 
dunia. Selain  itu, sub-kelompok ini juga kaya dengan bahasa-bahasa baru
 dan istimewa,  dipakai dalam berbagai jenis literatur keagamaan. 
Ahli-ahli
  bahasa Shemit telah bertahun-tahun lamanya menganalisis berbagai data 
 dan naskah kuno yang telah diketemukan untuk melakukan pemetaan 
struktur  dan memahami perkembangannya sehingga pada akhirnya diperoleh 
pembagian  atau pengklasifikasian secara lebih mendetail dan jelas. 
Perkembangan  setiap tahunnya mengalami kemajuan yang pesat dengan 
semakin banyak  ditemukannya naskah kuno dan berhasil dibacanya 
bahasa-bahasa kuno yang  menjelaskan peradaban masa lalu. 
Pengklasifikasian oleh beberapa ahli  Shemit yang dianggap paling valid 
adalah karya Robert Hetzron pada 1976  dan dilanjutkan oleh John 
Huehnergard dan Rodgers pada 1997. Klasifikasi  berdasarkan kepada 
penelitian yang dikembangkan oleh Robert Hetzron ini  merupakan hasil 
analisis yang paling banyak diterima oleh berbagai  kalangan modern saat
 ini, meskipun tentu saja masih ada pula pendapat  lainnya. Beberapa 
ahli bahasa Shemit seperti Alexander Militarev  mempunyai pandangan yang
 berbeda (klasifikasi oleh Alexander Militarev  dapat dilihat dalam box 
photo dengan format .jpg). 
Berikut
  ini adalah klasifikasi Shemit atau pembagian bahasa-bahasa Shemit  
berdasarkan kepada hasil kerja Robert Hetzron yang telah dikembangkan  
dan diperbaharui hingga beberapa tahun terakhir ini:
East Semitic languages
- Akkadian language — extinct
 - Eblaite language — extinct
 
West Semitic languages
Central Semitic languages
Northwest Semitic languages
- Amorite language — extinct
 - Ugaritic language — extinct
 - Canaanite languages  
- Ammonite language — extinct
 - Moabite language — extinct
 - Edomite language — extinct
 - Hebrew languages  
- Biblical Hebrew language — extinct
 - Mishnaic Hebrew language — extinct
 - Medieval Hebrew language — extinct
 - Mizrahi Hebrew language — live descendants
 - Sephardi Hebrew language — live descendants
 - Ashkenazi Hebrew language — live descendants
 - Samaritan Hebrew language — extinct
 - Modern Hebrew — live descendants
 
 - Phoenician language —  extinct  
- Punic — extinct
 
 
 - Aramaic languages  
- Western Aramaic languages  
- Nabataean Aramaic language — extinct
 - Western Middle Aramaic  languages  
- Jewish Middle Palestinian Aramaic language — extinct
 - Samaritan Aramaic language — extinct
 - Christian Palestinian Aramaic language — extinct
 
 - Western Neo-Aramaic language — live descendants
 
 - Eastern Aramaic languages  
- Biblical Aramaic language — extinct
 - Hatran Aramaic language — extinct
 - Syriac language — live descendants
 - Jewish Middle Babylonian Aramaic language — extinct
 - Chaldean Neo-Aramaic language — live descendants
 - Assyrian Neo-Aramaic language — live descendants
 - Senaya language — live descendants
 - Koy Sanjaq Surat — live descendants
 - Hertevin language — live descendants
 - Turoyo language — live descendants
 - Mlahsô language — extinct
 - Mandaic language — live descendants
 - Judæo-Aramaic language — live descendants
 
 
 - Western Aramaic languages  
 
Arabic languages
- Old North Arabian (extinct)
 - Arabic language  
- Fusha (literally “eloquent”), the written  language, divided by specialists into:  
- Classical Arabic — the language of the Qur’an and early Islamic Arabic literature,
 - Middle Arabic, a generic term for premodern post-classical efforts to write Classical Arabic, characterized by frequent hypercorrections and occasional lapses into more colloquial usage. Not a spoken language.
 - Modern Standard Arabic — modern literary (non-native) language used in formal media and written communication throughout the Arab World, differing from Classical Arabic mainly in numerous neologisms for concepts not found in medieval times, as well as in occasional calques on idioms from Western languages.
 
 - Numerous Modern Arabic  spoken dialects, roughly divided by the Ethnologue into:  
- Eastern Arabic dialects  
- Arabian Peninsular  dialects  
- Dhofari Arabic — Oman/Yemen
 - Hadrami Arabic — Yemen
 - Hijazi Arabic — Saudi Arabia
 - Najdi Arabic — Saudi Arabia
 - Omani Arabic
 - Sana’ani Arabic — Yemen
 - Ta’izzi-Adeni Arabic — Yemen
 - Judeo-Yemeni Arabic
 
 - Bedouin/Bedawi Arabic  dialects  
- Eastern Egyptian Bedawi Arabic
 - Peninsular Bedawi Arabic — Arabian Peninsula
 
 - Central Asian dialects  
- Tajiki Arabic
 - Uzbeki Arabic
 
 - Egyptian Arabic — Cairo  and Delta region  
- Saidi Arabic — Upper Egypt
 
 - Gulf dialects — includes  speakers in Iran  
- Baharna Arabic — Bahrain
 - Gulf Arabic — Persian Gulf (all bordering countries)
 - Shihhi Arabic — UAE
 
 - Levantine Arabic dialects  
- Cypriot Maronite Arabic
 - North Levantine Spoken —  Lebanon, Syria  
- Lebanese Arabic
 
 - South Levantine Spoken —  Jordan, Palestinian Authority, West Bank, Israel  
- Palestinian Arabic
 
 
 - Iraqi Arabic — Iraq
 - North Mesopotamian Arabic — Northern Iraq, Syria
 - Judeo-Iraqi Arabic
 - Sudanese Arabic
 
 - Arabian Peninsular  dialects  
 - Maghrebi Arabic dialects  
- Algerian Arabic
 - Saharan Arabic
 - Shuwa Arabic — Chad
 - Hassaniya Arabic — Mauritania and Saharan area
 - Libyan Arabic
 - Judeo-Tripolitanian Arabic — Libyan dialect
 - Andalusi Arabic Old Iberian Arabic — extinct
 - Siculo-Arabic — Sicily –  extinct  
- Maltese language — separate language from, but ultimately derived from Arabic and member of the Arabic family of languages/dialects
 
 - Moroccan Arabic
 - Judeo-Moroccan Arabic
 - Tunisian Arabic
 - Judeo-Tunisian Arabic
 
 
 - Eastern Arabic dialects  
 
 - Fusha (literally “eloquent”), the written  language, divided by specialists into:  
 
Several
 Jewish dialects, typically with a number of  Hebrew loanwords, are 
grouped together with classical Arabic written in  Hebrew script under 
the imprecise term Judeo-Arabic.
South Semitic languages
Western South Semitic
- Old
 South Arabian  languages — extinct, formerly believed to be the 
linguistic ancestors of  modern South Arabian and Ethiopian Semitic 
languages (for which see  below)  
- Sabaean language — extinct
 - Minaean language — extinct
 - Qatabanian language — extinct
 - Hadhramautic language — extinct
 
 
- Ethiopic languages  (Ethio-Semitic, Ethiopian Semitic):  
- North  
- Ge’ez language (Ethiopic) — extinct, liturgical use in Ethiopian Orthodox and Eritrean Orthodox Churches
 - Tigrinya language – national language of Eritrea
 - Tigré language
 - Dahlik language — “newly discovered”
 
 - South  
- Transversal  
- Amharic-Argobba  
- Amharic language — national language of Ethiopia
 - Argobba language
 
 - Harari-East Gurage  
- Harari language
 - East Gurage  
- Selti language (also spelled Silt’e)
 - Zway language (also called Zay)
 - Ulbare language
 - Wolane language
 - Inneqor language
 
 
 - Outer  
- n-group:  
- Gafat language — extinct
 - Soddo language (also called Kistane)
 - Goggot language
 
 - tt-group:  
- Mesmes language — extinct
 - Muher language
 - West Gurage  
- Masqan language (also  spelled Mesqan)  
- CPWG  
- Central Western Gurage:
 
 
 - CPWG  
 
 - Masqan language (also  spelled Mesqan)  
 
 
 - n-group:  
 
 - Amharic-Argobba  
 
 - Transversal  
 
 - North  
 
· Ezha language 
· Chaha language 
· Gura language 
· Gumer language 
-  
-  
-  
-  
-  
-  
-  
-  
- Peripheral Western Gurage:
 
 
 -  
 
 -  
 
 -  
 
 -  
 
 -  
 
 -  
 
 -  
 
· Gyeto language 
· Ennemor language (also  called Inor) 
· Endegen language 
Eastern South Semitic
These languages are spoken mainly by tiny minority  populations on the Arabian peninsula in Yemen and Oman.
- Bathari language
 - Harsusi language
 - Hobyot language
 - Jibbali language (also called Shehri)
 - Mehri language
 - Soqotri language — on the islands of Soqotra, Abd el Kuri and Samha (Yemen)and in the UAE.
 
Bahasa
 Arab, seperti  juga bahasa-bahasa Shemit lainnya, memiliki banyak 
kesamaan gramatik  dan huruf. Namun, kurang dari beberapa abad setelah 
kemunculannya, ahli  grammar arab melakukan perombakan pada 
huruf-hurufnya, dengan alasan  pengajaran mulailah dilakukan bentuk 
peletakan huruf yang hampir sama  bentukya bersambung dengan huruf 
sebelumnya. Begitu pula dalam urutan  huruf-hurufnya. Hal ini 
menciptakan arahan baru dan membedakannya dengan  cara penulisan 
bahasa-bahasa saudaranya yang tetap menggunakan urutan  gaya lama atau 
disebut urutan gaya Levantine ataupun urutan angka  (urutan ini biasa 
untuk menggantikan angka).
Berikut
  ini adalah urutan baru bahasa Arab dan perbandingannya dengan beberapa
  bahasa lainnya yang tetap menggunakan urutan lama:
(Yunani waw = digamma)
Demikianlah gambaran mengenai perkembangan bahasa Arab dan pembahasannya secara lebih mendetail mengenai perubahannya dari awal bahasa Shemit. Semoga berguna bagi segenap pembaca, dan tidak lupa selalu penulis tekankan, analisislah setiap wacana dengan kepala dingin dan objektifitas tinggi sehingga dapat memaksimalkan perbaikan pada pola pikir dan pengetahuan kita. Amin
sumber: subpokbarab.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar