Harap - Harap
Oleh : Nurul Jamilah
Part 1Oleh : Nurul Jamilah
Beberapa hari
ini hatiku dirundung gelisah, gelisah karena menanti pengumuman seleksi Masuk Perguruan
Tinggi Negeri Nasional.
“gimana Zak?
Udah pengumuman tah?” tanya ibuku yang tiba – tiba mengagetkanku. Ibuku sepertinya
juga ikut gelisah mengenai pengumuman ini.
“belum
bu, Insyaallah besok, atau paling cepat
nanti tengah malam bu,” jelasku ke beliau.
Fikiranku
semakin tak karuan, karena penasaran dengan hasil pengumuman yang tak kunjung
keluar.
“udah Zak,
jangan terlalu di harapkan, kuliah disini – sini saja lak wes”
“loh bu kok
gitu?”
“ya gak gitunya Zak”
“yakin, yakin,
yakin, aku yakin bu, aku pasti keterima kok bu, pokoknya doakan selalu bu”
“yakin ya
yakin Zak, tapi ya ingat keadaanmu gimana?” ibu berucap lagi.
Aku terdiam,
tapi aku kaget. Tak berani memandang ibu. Beliau tiba – tiba bilang seperti
itu. Seolah – olah ibu tak memberiku restu untuk kuliahku di kampus Negeri di Malang.
“kenapa ibu
bilang seperti itu?” protesku ke ibu, yang menunjukkan bahwa aku tidak sepakat
dengan apa yang dikatakan oleh ibu.
“oalah nduk, ya gak gitunya, ingat Zak, nanti
kalau kamu keterima disana, kita bayarnya pakai apa Zak?, makanmu bagaimana?
Kebutuhanmu gimana? Uang sangumu gimana?” Ibu berusaha menjelaskan kepadaku
dengan nada lembut tapi sepertinya penuh gelisah.
“Zakia kan
beasiswa bu” jelasku kepada beliau.
“iya beasiswa,
tapi kan awal bayar sendiri”
“hmmm” lalu
aku terdiam
“kalau keterima nanti, bayar awalanya banyak
Zak!” lanjut ibu kepadaku.
“tapi Zakia
yakin bisa bu”
“iya, tapi
gimana caranya Zak?”
“aku belum
tahu bu caranya seperti apa, tapi Zakia yakin bu, aku pasti bisa”
“udah, kamu makan sana, dari tadi belum makan, gitu?!” tiba –
tiba ibu mengakhiri obrolan kami
“Iya bu.”
Kemudian, kita
makan bersama sembari melihat tivi di ruang tengah,selesai makan langsung kami
bersihkan, dan kami lanjut melihat tivi.
Jika difikir secara
logis, memang rasanya tidak mampu ibu jika harus menguliahkanku, terlebih lagi
diluar kota sana. Tapi tak tahu kenapa aku begitu yakin,kalau aku bisa kuliah
di luar kota. Walaupun aku terlahir dari keluarga berada, tapi keyakinanku
begitu menggebu dan penuh semangat, bagiku Pendidikan sangatlah penting untuk
siapapun, dari kalangan manapun pendidikan memang sangatlah penting. Malam
semakilarut, kulihat ibu dikamar sepertinya beliau sudah terlelap pulas. Tapi
aku tak kunjung bisa tidur, yang terus mengangan – angan pengumuman. Aku memang
sangat berharap, bisa diterima. Namun, akhirnya kantuk menghampiriku, Tivi
kumatikan lalu aku terlelap pula dalam malam yang hening ini.
*keesokan
harinya, aku sudah siap untuk pergi ke
warnet, aku sangat semangat. Maklum pula aku tidak punya hape canggih yang bisa
lihat inforMasi sewaktu - waktu tanpa jauh – jauh ke warnet.
“sarapan dulu
Zak” perintah ibu dengan pelan
“Mboten bu”
“Lah kenapa?”
“Zakia mau ke
warnet bu”
“Lihat
pengumuman tah”
“enggeh bu”
“tak doakan
yang terbaik Zak”
“ya doakan
diterima bu !”
“iya ya tak
doakan yang terbaik pokoknya”
Aku tidak
sarapan karena keburu pergi ke warnet, inginn segera berseluncur ke Google untuk mencari informasi kelulusan
diterima dikampus. Ditengah – tegah perjalanan tiba – tiba hape berbunyi.
Pertanda ada sms masuk, seperti peraturan lalu lintas yang ada, bahwa tidak
boleh menggunakan hape ketika sedang dalam berkendara,karena hal ini sangat
membahayakan diri sendiri ataupun pengendara lain. Akupun langsung minggir
untuk mencari tempat yang teduh. Kemudian aku berhenti di depan toko yang
sedang tutup, dan kubuka hapeku. Ternyata ada sms dari teman sekelasku di MAN,
namanya Erwin.
[Zak gimana
udah lihat pengumuman tah?]
[belum Win,
ini aku masih diperjalanan menuju ke warnet, kalau kamu gimana Win?]
[nomor tes mu
berapa Zak?] Erwin tak menjawab tanyaku, malah tanya nomor tesku. Aku langsung memberikan nomor tes ku
kedia.
[55103970, ini
Win nomor tesku , kamu gimana?]
[oke, tak
lihatkan ya Zak, kamu jangan ke warnet dulu!]
[oke Win]
Aku terdiam
didepan toko tersebut dengan hati berdebar, menanti balasan SMS dari Erwin,
keterima apa tidak ya nama Zakia Arifanti ini?
Berulang –
ulang aku lihat hapeku tapi masih belum
ada SMS dari Erwin, menurutku hari ini berjalan
begitu lama dan gelisah terus melandaku. Rasanya aku ingin lari langsung ke
warnet supaya bisa tahu sendiri pengumuman ini. Hape berulang – ulang kulihat
tapi juga masih belum ada informasi. Duuh lama sekali yaa si Erwin ini. Gumamku
dalam hati masih dalam gelisah. 15 menit kemudian hapeku berdering, ternyata
ada telfon dari Erwin. Aku langsung mengangkatnya.
“Halo Zak”
“Iya Win,
gimana? Kok lama sekali seee?” tanyaku penuh penasaran.
“ Zakia
Arifantiiiiiiii, selamaaaat ” ucap Erwin dari kejauhan penuh dengan semangat.
“Haaaaaaaaaaaaaaaaah”
Aku terbelalak dibuat kaget oleh Erwin.
“Iya Zaaak,
Selamaat yaaaa Zakiaaa”
“maksudnya ini
apa Win?” aku masih belum percaya, kalau aku diterima terlebih lagi aku tidak
melihat sendiri pengumuman itu.
“iya Zak, kamu diterima Zak di Malang, Selamat ya Zak,”
ucap Erwin dari kejauhan dan sangat
terasa kalau dia meyakinkanku kalau aku memang diterima di Malang.
“ Ya Allah
Win, tak percaya aku rasane” mataku mulai berkaca - kaca
“ ini bener
Zakiaa, kamu di terima di Malang, sesuai dengan jurusan yang kamu inginkan.”
“Wiiiiin”
“ gak usah
nangis Zak, ini memang rezeki, sekarang cepetan pulang, siap – siap karena yang
diterima mulai besok bisa konfirmasi ke kampus Zak,”
“aku beneran
kaget Win, tak menyangka”
“ini udah
rezekimu Zak, selamat ya, aku ikut senang sekali Zak”
“iya Win,
terimakasih ya, kamu juga udah bantu aku melihatkan informasi pengumumannya,
doakan aku selalu ya Win, lalu bagaimana dengan kamu Win?”
Aku sangat
bersyukur karena lolos dalam seleksi beasiswa ini dan akan segera kuliah di
kampus yang kuinginkan, yaitu di Malang. Aku juga menanyakan bagaimana dengan
Erwin ini hasilnya, karena dia juga daftar tapi di Surabaya.
“Hmmm” Erwin
hanya mengguman dari kejauhan
“Gimana Win?”
desakku lagi
“Aku belum
rejeki Zak”
“Loh masak
Win?” aku terkejut kaget mendengar ungkap si Erwin.
“Iya Zak
mungkin belum rejekiku tahun ini”
“Ya Allah Win,
Maafin aku ya”
“Santai saja,
pokoknya selamat ya Zak”
“Iya Win,
terimakasih ya Erwin”
“Iya sama –
sama, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Mataku berkaca
– kaca sedari tadi setelah menerima telfon dari Erwin,aku ingin segera mengabari ibu dirumah, pasti beliau
juga bahagia, sesampai dirumah aku mencarinya tak bertemu, kemana ini ibu,
sebelum pergi tadi masih ada, kok tidak bilang kalau mau pergi, ku cari ruang
tengan tidak ada, di ruang tamu tidak ada, di belakang pun juga tidak ada. Aku
mulai gelisah, dimana ini ibuku, kemana ini ibuku, padahal tadi masih dirumah.
Aku langsung mencari ke rumah bulikku yang masih sedusun, barangkali beliau
disana. Aku bertanya sambil terengah – engah ssampai – sampai bulik khawatir
kenapa – kenapa denganku, tapi kujelaskan kalau aku tidak apa – apa. Dan ibu,
Dirumah bulik juga tidak ada, kata bulik beliau sedang iku pengajian rutinan.
Hatiku langsung lega mendengarnya.
“ ada apa zak kok kayaknya kebingungan gitu?”
“ aku diterima
kuliah di Malang bulik”
“ apa Zak?”
Bulik terkaget
mendengarnya dan langsung menghentikan kerjaannya, dan menatapku lumayan lama
“ iya bulik,
aku diterima di Malang”
“
Alhamdulillah Bulik, terimakasih nggeh” aku langsung memelukknya
“nanti ibumu
pasti lak senang anaknya diterima kuliah di Malang” aku masih dalam pelukannya
yang hangat,seperti ku peluk ibuku sendiri.
“ doakan ya
bulik”
“ iya Zak, tak
doakan selalu”
Aku tidak
langsung pulang, aku masih santai dirumah bulikku, sekalian nunggu ibu pulang
dari pengajian rutinannya di desa sebelah. Aku duduk santai menikmati sejuknya
angin dari samping rumah buik yang banyakk pohon bambu menjulang tinggi. Aku
sangat bahagia, apa yang aku cita – citakan Insyaallah akan segera
terwujud menempuh pendidikan sampai
jenjaang sarjana di kampus negeri. Ya Allah sungguh besar nikmat yang Engkau
berikan kepada hamba, ucapku dalam hati. SMS berulang masuk dari teman – temanku yang mengucapkan selamat
atas kelolosanku bisa masuk kampus negeri dengan jalur beasiswa.
“ Selamat
Zakia, tak doakkan lancar kuliahnya nanti” SMS dari Vera teman sekelasku
“
Kiaaaaaaaaaa, sukses selalu ya kuliahnya nanti, selamat sayaang” SMS dari Finda
“ Zak Zakia,
selamaat ya semoga sukses selalu nanti di
Malang” SMS dari Farid, dia juga sahabat baikku seperti Erwin juga.
Dan masih
banyak lagi SMS – SMS dari beberapa temanku lainnya , yang jugaa dari kelas
lain, sungguh aku sangat bahagia karena banyaak teman yang sangat perhatian
denganku. Aku sangat bahagia. Tanpa terasa hari semakin siang aku masih duduk
santai di samping rumah bulik, aku tetap menunggu ibu yaang masih tak kunjung
dataang, tapi memang biasanya itu pulang Pas Dhuhur atau setelah Dhuhur.
“ Zakia,
ngapain kamu nduk?” tiba – tiba bulik memanggilku.
“iya bulik,
ini loh lagi SMS an sama teman – teman”
“ itu loh Zak,
orang – orang uah pada pulang dari rutinan, gak pulang tah kamu? Ibumu pasti
udah pulang juga.”
“oh iya bulik, tak sabar kau memberi kabar ini
ke beliau”
Aku kemudian pulang ke rumah, dengan jalan
kaki, karena jarak rumah kami berdekatan .
“Assalamualaikum”
“
waalaikumsalam, ya apa Zak?”
Ibu langsung
tanyaa seperti itu karena beliau sudah tahu kalau hari ini, adalah hari
pengumuman, dan sebelum berangkat tadi aku juga sudah pamit ke warnet untuk
melihat pengumuman.
“ Ibuuuuuu,
Alhamdulillaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah, aku diterima di Malaang buu” Aku langsung memeluk
beliau tak terasa air mata jatuh perlahan.
“
Alhamdulillah doamu di ijabah Gusti Allah”
“ Doa ibu
juga”
“ lanjutannya
gimana Zak?”
“ Besok
disuruh kesana untuk konfirmasi dan perlengkapan data”
Ibu langsung
terbelalak menatapku kaget, karena mendengarkan pejelasanku.
“ Loh besok
Zak?”
“ iya besok
bu, kita kesana ya pagi – pagi , biar lebih cepat, naik bus aja”
“ Loh Zak ?”
“ aku tak siap
– siap bu, untuk besok”
“ iya udah”
Ibu menjawab
dengan lemas dan langsung menuju kebelakang.
Aku sangat
bahagiaa, aku bersemangat menyiapkan segala sesuatu ntuk besok, walaupun hanya
konfirmasi, aku sangat bersemangat. Fikiranku sudah membayangkan kemana –mana.
Aku akan menjadi mahasiswa, apalagi di Malang, kota yang indah dan sejuk
pastinya, empat tahun ke depan aku akan bersahabat dengan Malang, aku merasa
sangat beruntung. Terima kasih ya Allah, hari semakin sore, angin semilir
menyejukkan, aku tak sabar menanti hari esok, untuk pergi ke Malang.
“ bu , aku
besok ke Malang sendiri saja ya bu?, aku berani kok” pintaku pada malam hari
saat santai dengan ibu diruang tamu
“ loh ya
jangan, jauh loh, ibu gak tega”
“ tapi aku
berani kok bu”
“ iya, aku gak
tega zak”
“ lah sama
siapa besok bu?”
“ ya sama ibu
se.”
“Loh, beneran
tah bu?”
Aku terkaget
karena ibu mau mengantarkanku ke Malang
untuk konfirmasi. Tapi aku sangat bahagia karena bisa kesana bersama ibu,
supaya besok beliau tahu sendiri informasi yang akan kuterima.
“ iya ya Zak !
boleh gak?”
“ ya tentu
boleh dong bu tapi sangunya bu?” aku tesenyum malu dihadapan ibu
“ tenang udah
ada kok untuk besok, Insyaallah besok”
Jawaban ibu
yang menenangkan.
“
Alhamdulillah”
“ udah malam
Zak, ayo tidur supaya besok gak kesiangan di jalan”
“ iya bu”
Hari semakin
larut, kulihat wajah sendu ibu sudah terlelap bersama lelahnya, aku tertidur di
ruang tengah didepan televisi, aku memang jarang tidur didalam kamar. Suasana
desaku sepertinya sudah sepi dan hening, aku terlelap merangkul mimpi – mimpi
indahku malam ini.
Keesokan hari,
ayam berkokok bersautan, suasana desa sangat kental terasa, pagi – pagi sekali
kami sudah bangun dan bersiap untuk sholat shubuh, dan tepat jam 5 kami bersiap menuju Malang dan menju tempat
pemberhentian bus dan sepeda kami titipkan. Jam 06.00 tepatkami berdua baru
mendapatkan bus jurusan Malang, memang busnya yang kesananya lewatnya setiap 15
menit sekali, kami naik sengaja memilih bagian depan sebelahnya pak sopir,
supaya bisa menikmati keindahan Alam yang asri dan sejuk sepanjang perjalanan,
walau medan yang ditempuh sugguh menantang adrenalin, karena naik turun dan berbelok
– belok serta kanan – kiri banyak jurang yang dalam. Sesampai ditengah
perjalanan mataku menjadi ngantuk, mungkin ini terbawa suasana yang sejuk, dan
akhirnya aku terlelap, sepertinya ibu tidak tertidur , masih menikmati
pemandangan dari balik jendela sepanjang perjalanan, tak terasa kami sudah
sampai di terminal Landungsari yang merupakan menjadi tujuan terakhir para
penumpang dari arah barat, terminal ini lumayan luas dan ramai dan para penjual
juga lumayan banyak warung – warung berjejeran. Kemudian ibu membangunkanku
mengabarkan kalau sudah sampai terminal Landungsari.
“ Zak, bangun
nduk, ini sudah sampai Landungsari sari, ayo turun” ucap ibu pelan sambil
mengelus pundakku
“ iya bu,
sudah sampai toh” jawabku lirih karena masih ngantuk dan riyep – riyep.
“ iya, ayo
turun, lanjut naik apa ini, ibu tidak tahu Zak?”
Aku langsung
bergegas membuka mataku sempurna seperti terbelalak kaget, sambil membenahkan
pakaianku yang agak berantakan karena habis duduk lama dan tergeser – geser
dalam perjalanan tadi, begitu pula dengan ibu yang membenahkan pakaiannya, hari
ini aku memakai celana kulot hitam dengan atasan coklat mentah sepanjang lutut
dan memakai jilbab warna senada dengan bajuku, lalu aku juga membawa tas
ranselku yang berisi berkas – berkas yang barangkali nanti ada yang dibutuhkan,
sedangkan ibu menggunakan pakaian khas wanita yang sudah sepuh stelan atas
bawah dan juga membawa tas yang biasanya dibawa saat mengikuti pengajian
rutinan, kami tampak memang kalau datang dari desa, tapi aku tetap pede, karena
memang inilah yang kumiliki.
“
Alhamdulillah bu, kita sudah sampai”
“ iya Zak,
lalu naik apa ini selanjutnya?”
Karena sama –
sama tidak tahunya, kuberanikan untuk bertanya ke salah satu tukang becak yang
ada di terminal ini, dan Alhamdulillah responnya sangat baik dan diberi arahan
yang sangat jelas.
“ menurut
tukang becak tadi, kita lanjut naik angkot LG warna biru bu langsung turun
depan kampus nanti”
“ oh ayo Zak,
itu banyak” ibu menunjuk ke arah angkot
yang berjejer – jejer menanti para penumpang, tampak semangat sekali
mengantarkan ke Malang ini, aku tersenyum bahagia melihatnya.
Ibu memilih
tempat duduk yang paling belakang sembari melihat kanan dan kiri, sungguh ramai
sekali kota ini. Toko – toko besar berjejeran, menjual segala macam kebutuhan
mulai dari kebutuhan diri, makanan – minuman, kebutuhan rumah tangga,
aksesoris, keperluan sekolaah atau kuliah, pakaian – pakaian yang banyak
pilihan tokonya, sungguh aku dan ibu dibuat terkagum – kagum dan terheran.
“ loh, loh
kayak gini ya Zak Malang rame sekali” ibu dibuat heran oleh keadaan kota
Malang, maklum didaerah kami khususnya tempat tinggalku merupakan tempat yang
sepi, dan juga jarang keluar kalau tidak benar –benar ada keperluan untuk pergi
ke kota.
“ iya bu,
pasti teman – temanku nanti banyak bu”
“ iya Zak,
pokoknya harus hati – hati dimanapun berada”
“ iya bu”
Kami berdua
masih menikmati keindahan Malang dari balik jendela angkot, dengan segaala
hiruk pikuk kota Malang yang pasti akan membuat siapa saja pasti betah kalau
berada disini. Sampailah kami di depan kampus. Kami terbelalak, melihat
kemegahan gedung yang akan aku tempati nanti saat kuliah, banyak pepohonan yang
tinggi dan rindang mengelilingi gedung kampus, aku semakin terheran – heran,
kulihat ibu tampak memperhatikan sekeliling kampus yang besar ini, sesekali ibu
melihat ke arahku yang entah apa yang
ada difikiran beliau, aku membalasnya dengan senyuman, aku terus bersyukur
kepada Allah, atas segalaa kenikmatan berupa kesempatan ini, namun perjuanganku
ini baru dimulai di Kota Malang yang indah dan asri. Kami berdua turun tepat di
depan pos satpan gerbang bagian kanan, kami langsung meghampiri pas satpan yang
sedang bertugas hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar