Selasa, 09 Oktober 2012

kawasan bangsa Arab Kuno


Secara umum kawasan bangsa Arab Kuno terbagi ke dalam beberapa wilayah bagian, di antaranya :

YAMAN
Negeri Yaman adalah tempat tumbuh kebudayaan yang paling penting yang pernah tumbuh di Jazirah Arab sebelum Agama Islam datang. Kata Yaman berasal dari kata "Yumn" yang berarti "berkata" (Yaqut : Mujamul Buldan pada kata "Yaman". Lihat Pula Encij of Islam artikel "Yaman") Dinamai demikian, karena di negeri ini banyak berkat dan kebaikan.
Negeri Yaman Makmur karena tanahnya subur. Hujan pun banyak turun di sana. Anak negerinya membuat waduk-waduk dan bendungan-bendungan air. Anak negerinya membuat waduk-waduk dan bendungan-bendungan air, agar dengan adanya waduk-waduk dan bendungan-bendungan air itu, air hujan dapat dipergunakan denganbaik ; dan juga kota-kota dan kampung-kampung serta tanaman mereka tiada dilanda air bah di musim hujan. Penduduk Yaman pun pernah memegang peranan besar dalam melancarkan perniagaan antara Timur dan Barat.
Sebaliknya, faktor-faktor yang disebutkan itu pulalah yang menyebabkan nasab mereka tidak murni lagi; bahasa mereka menjadi rusak, karena banyaknya kaum-kaum saudagar dari India, Sumatra, Tiongkok, Mesir dan Siria berdatangan ke negeri mereka tiada luput dari penjajahan, yang dilancarkan oleh negara-negara tetangga yang lebih kuat dan yang mempunyai ambisi untuk menjajah.
Karena adanya kestabilan dan kehidupan yang makmur, maka telah pernah lahir di Yaman raja-raja yang mempunyai mahkota dan istana yang besar-besar. Bila lahir seorang raja yang kuat, tunduklah seluruh negeri Yaman kepadanya. Ia dipatuhi oleh raja-raja kecil dan oleh kepala-kepala daerah diseluruh daerah Yaman, bahkan Hadramaut pun tunduk kepadanya.
Akan tetapi di masa lemahnya, negeri Yaman terbagi atas daerah-daerah yang acapkali berperang-perangan dan bermusuh-musuhan. Diantara kerajaan-kerajaan penting yang telah pernah berdiri di Yaman ialah :Kerajaan Ma'in,Qutban, Saba' dan Himyar.
Kerajaan Ma'in berdiri kira-kira tahun 1200 sebelum Masehi, dan Kerajaan Qutban berdiri kira-kira tahun 1000 sebelum Masehi. Kerajaan Qutban inilah yang jadi pengawa Selat Bab el Mandeb. Akan tetapi hal-hal yang mengenai kerajaan ini amat sedikit yang dikenal.
Akhirnya kedua-duanya roboh, dan diatas puing kerobohannya berdirilah kerajaan Saba'.

KERAJAAN SABA'
Kerajaan Saba' mulai berdiri tahun 950 S.M. mula berdirinya merupakan satu kerajaan kecil saja; kemudian bertambah besar dan luas, sementara itu kerajaan Ma'in dan Qutban semakin kecil dan lemah, akhirnya roboh dan dipusakai oleh kerajaan Saba'; sebagaimana Handruamaut pun digabungkan kepada Kerajaan Saba' ini. Kerajaan Saba' berdiri tahun 115 S.M. Kemasyuran Kerajaan Saba' berpokok pangkal pada dua sebab :
a.      Ratunya yang terkenal bernama Ratu Bulqis. Ceritera tentang Ratu Bulqis ini Nabi Sulaiman dan burung hud hud tersebut tersebut di dalam al Quran (suratan Naml 20-44, dan lihat pula at Thabari I:345 - 350).
b.      Bendungan Ma'Rib, yaitu satu bendungan yang terkenal dalam sejarah. Bendunganini dibangun oleh arsitek-arsitek Yaman yang ahli dalam ilmu bangunan. Bendungan ini merupakan sebuah dam raksasa yang dapat membendung air di antara dua buah gunung. Air itu dapat dipergunakan di waktu-waktu perlu. Dengan adanya bendungan ini maka kampung-kampung, kebun-kebun dan tanam-tanaman yang berada di tanah-tanah rendah dapat dipelihara dari bahaya banjir yang kerapkali terjadi di musim-musim hujan.

Bendungan raksasa semacam ini tentu saja harus diawasi, dipelihara dan diperbaiki. Akan tetapi karena kerajaan Saba' ini mengalami kelemahan pada saatnya yang akhir, maka tiadalah mereka mampu lagi memelihara dan memperbaikinya. Akhirnya dam raksasa ini jadi rusak dan tidak dapat lagi melawan air bah, terutama air bah yang disebut "Sailul Arim" yang diceritakan oleh Tuhan di dalam al Quran (surat Saba ayat 16).
Sailul Arim ini menyebabkan kehidupan di Yaman mengalami perubahan besar. Penduduk Yaman terpaksa mengungsi ke bagian utara Jazirah Arab, karena air bah yang besar itu telah melanda dan menenggelamkan negeri mereka. Inilah yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Saba' dan timbulnya Kerajaan Himyar.

KERAJAAN HIMYAR
Kerajaan Himyar berdiri semenjak Kerajaan Saba' mulai lemah. Kelemahan kerajaan Saba' memberi kesempatan bagi kerajaan Himyar untuk tumbuh dan berkembang dengan pesat hingga akhirnya Kerajaan Himyar dapat mempusakai Kerajaan Saba'.
Kekuasaan mereka pun telah menjadi besar. Diceritakan bahwa balatentara mereka telah menjelajah sampai ke Irak dan Bahrain. Akan tetapi, kerajaan ini akhirnya mengalami kelemahannya pula. Mereka alpa memperbaiki dan mengawasi bendungan-bendungan dan dam-dam air itu. Oleh karena itu bendungan-bendungan dan dam-dam air dirobohkan pula oleh air bah dan banjir. Bendungan Ma'rib tak dapat dipertahankan lagi. Dam raksasa itu rubuh. Kerubuhan bendungan Ma'rib mengakibatkan segian dari bumi mereka tidak mendapat air yang diperlukannya lagi, sementara sebagian yang lain karam di dalam banjir. Malapetaka ini menyebabkan mereka berduyun-duyun mengungsi ke bagian utara Jazirah Arab. Oleh sebab itu, Yaman menjadi lemah. Dan kelemahannya itu membukakan jalan bagi kerajaan-kerajaan Persia dan Romawi untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri Yaman dengan maksud hendak memiliki negeri yang subur dan makmur itu.
Kerajaan Saba' dan Himyar banyak meninggalkan bekas-bekas dan peninggalan-peninggalan yang dapat menggambarkan kebesaran dan kemajuan yang telah dicapai oleh kerajaan-kerajaan itu di zaman dahulu. Kerajaan-kerajaan ini juga pernah mempunyai armada yang besar untuk membawa barang-barang perniagaan dari India, Tiongkok, Somalia dan Sumatera ke pelabuhan-pelabuhan Yaman. Perniagaan pada Lin ini boleh dikatakan dimonopoli oleh mereka.
Dari Yaman barang-barang perniagaan ini dibawa ke utara oleh kafilah-kafilah yang juga dikuasai oleh Yaman, yaitu sebelum pusat kafilah-kafilah ini berpindah ke Makkah sebagai yang akan diterangkan nanti.

YAMAN TERJAJAH
Telah kita bayangkan di atas, bahwa kesuburan dan kemakmuran negeri Yaman, menyebabkan dua kerajaan imperialis besar di waktu itu, yaitu Kerajaan Persia dan Romawi, berlomba-lomba untuk menguasainya. Ada lagi sebab yang langsung yang mengakibatkan negeri Yaman menjadi mangsa negara Imperialis, yaitu pergolakan agama yang terjadi di negeri itu.
Seorang raja Yaman, yaitu Zu Nuas, menganut agama Yahudi. Tindakannya itu diikuti oleh sementara kaumnya. Di Najran yaitu bagian utara Yaman tersiar agama Masehi. Zu Nuas merasa khawatir kalau-kalau pengaruh Kerajaan Romawi dan Habsyl akan menjalar ke Yaman dengan perantaraan agama Masehi, apabila negeri Yaman di waktu itu (abad ke V Masehi) sedang mengalami masa kelemahannya.
Maka Zu Nuas memerintahkan kepada penduduk Najran supaya memilih antara dua, yaitu menganut agama Yahudi atau dibunuh mati. Penduduk Najran bertekad biar dibunuh mati dari pada menukar agama mereka dengan agama Yahudi. Maka diperintahkanlah oleh Zus Nuas menggali sebuah parit. Penduduk Najran dibunuh dan dibakar oleh Zu Nuas didalam parit itu.
Ada seorang dari mereka yang dapat melarikan diri. Orang ini pergi ke negeri Habsyl (Ettipia). Kepada Negus yang juga menganut agama Masehi, dimintanya supaya menuntutkan bela kaum Masehi, yang dibunuh dan dibakar hidup-hidup oleh Zu Nuas. Untuk ini, Kerajaan Habsyl bekerja sama dengan Kerajaan Romawi. Kerajaan Romawi menyediakan kapal-kapal yang diperlukan dan Kerajaan Habsyl menyediakan bala tentara.
Kemudian mereka menyerang negeri Yaman. Penyerangan-penyerangan menang,dan Zu Nuas menderita kekalahan. Kemudian dipacunya kudanya ke laut dan karamlah dia di dalam laut itu. Dengan demikian jatuhlah negeri Yaman ke bawah kekuasaan Habsyl. Panglima balatentara Habsyl bernama Aryath, dan pembantunya bernama Abrahah. Aryathdibunuhnya dan dengan demikian berpindahlah kekuasaan ke tangan Abrahah. Sesudah Abrahah meninggal kekuasaan dipegang oleh anaknya yang bernama Yaksum, kemudian oleh Masruq.
Kerajaan Persia tiadalah bersenang hati melihatkan negeri Yaman dijajah oleh bangsa Habsyl dan Romawi itu. Akhirnya datanglah kesempatan baginya untuk campur tangan. Yaitu dikala salah seorang dari keturunan raja-raja Himyar namanya Saif bin ibnu Zi Yazin lari ke Persia, untuk meminta pertolongan mengeluarkan bangsa Habsyl dari Yaman. Permintaan itu diperkenankan oleh Kisra (raja) Persia. Dikiriminya balatentara ke Yaman. Balatentara Persia ini berhasil melepaskan Yaman dari penjajahan bangsa Habsyl. Kemudian kedudukan bangsa Habsyl di Yaman digantikan oleh bangsa Persia. Mereka mengambil alih kekuasaan bangsa Habsyl, sesudah Saif ibnu Yasin mati terbunuh, dan mereka kuasailah sepenuhnya negeri Yaman itu.
Kisra mengangkat seorang Gubernur untuk memerintah di Yaman atas namanya. Pada waktu Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul, Gubernur di Yaman ialah Bazan. Dia hanya berpengaruh atas Yaman saja. Banyak daerah-daerah yang lain di Yaman tiada dipengaruhinya, hanya tetap mempunyai raja-raja atau kepala-kepala dari bangsa Arab.Nabi Muhammad menyeru Bazan untuk menganut agama Islam, maka dianutnyalah agama ini.



KERAJAAN HIRAH DAN GHASSAN
Ada beberapa suku bangsa Arab menetap di bagian Utara Jazirah Arab. Suku-suku bangsa ini kerapkali menggangu kerajaan Persia dan Romawi. Kerapkali serangan-serangan liar mereka lakukan, untuk merampas apa yang dapat mereka rampas. Kemudian rampasan itu mereka larikan kepedalaman Jazirah Arab. Tentara Persia, begitu juga tentara Romawi, tentu daja tidak sanggup mengjar mereka, terutama karena jalan ke pedalaman amat sukar, dan sir sukar dijumpai.
Karena itu oleh Kerajaan Persia dan Kerajaan Romawi diusahakan suatu hajiz (dinding) yang akan melindungi negeri Persia dan romawi dari serangan-serangan itu. Untuk keperluan ini oleh mereka dikumpulkan beberapa suku bangsa Arab yang telah mereka kenal, yang dahulunya berpindah dari negeri Yaman, lalu mereka tempatkan di bagian utara Jazirah Arab, yakni disebelah selatan negara Persia dan Romawi. Kabilah-kabilah ini oleh mereka diperlengkapi dengan senjata dan diberi uang. Kabilah-kabilah ini mengenal dengan baik seluk-beluk dan simpang siur jalan-jalan serta seluruh liku-liku Jazirah Arab. Mereka sanggup pula menghambat serangan-serangan dari suku-suku bangsa Arab tersebut. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Manadzirah di bawah perlindungan Kerajaan Persia, yang bertugas melindungi Kerajaan Persia itu. Di samping itu berdiri pula Kerajaan Ghassanah di bawah perlindungan Kerajaan Romawi yang bertugas melindungi Kerajaan Romawi.

KERAJAAN HIRAH (MANADZIRAH)
Sejarah Keamiran Hirah ini mulai semenjak abad ketiga Masehi, dan terus berdiri sampai lahirnya agama Islam. Kerajaan ini telah berjasa juga terhadap kebudayaan Arab, karena warga negaranya banyak mengadakan perjalanan-perjalanan di seluruh Jazirah Arab terutama untuk berniaga, dalam pada itu mereka juga menyiarkan kepandaian menulis dan membaca. Karena itu mereka dapat dianggap sebagai penyiar ilmu pengetahuan di Jazirah Arab.
Di antara raja-rajanya terkenal ialah: Umru ul Qais, Nu'man ibnu Umru ul Qais (yang mendirikan istana Khawarnaq dan istana Sadir di permulaan abad kelima Masehi), Mundzir ibnu Ma'is Sama', Amr ibnu Hind (dikenal juga dengan nama "Amr ibnul Mundzir ibnu Ma'is Sama" yang bernama Hind (hindun) itu ialah ibunya) dan Mundzir ibnu Nu'man ibnul Mundzir. Mundzir ibnu Nu'man ibnul Mundzir inilah rajanya yang terakhir. Di masa pemerintahan raja inilah Khalid ibnul Walid memerangi Hirah, dan akhirnya negeri Hirah menggabungkan diri ke dalam pemerintahan Islam.

KERAJAAN GHASSAN (SHASASINAH)
Nama Ghasasinah itu terambil dari nama mata air di Syam yang tersebut Ghassan. Kaum Ghasasinah memerintah di bagian selatan dari negeri Syam dan di bagian utara dari Jazirah Arab. Mereka telah mempunyai kebudayaan yang tinggi juga, dan menganut agama Masehi yang diterimanya dari bangsa Romawi dan merekalah yang memasukkan agama Masehi itu ke Jazirah Arab.
Diantara raja-rajanya yang masyhur ialah: Jafnah ibnu ‘Amr, Arkam ibnu Tsa'labah, dan Jabalah ibnu Aiham. Jabalah ibnul Aiham inilah rajanya yang terakhir. Di masa pemerintahan Jabalah inilah terjadinya pertempuran Yarmuk dan masuknya agama Islam ke daerah ini. Menurut cerita, Jabalah ini telah memeluk agama Islam, akan tetapi kemudian dia murtad dan lari ke negeri Romawi dalam suatu peristiwa masyhur yang terjadi di masa pemerintahan Umar Ibnul Khattab.
Antara Kerajaan Mandzirah dengan kerajaan Ghasasinah itu selalu terjadi pergolakan, terutama disebabkan perselisihan tentang kapal batas, Kerajaan Manadzirah menjalankan politik yang dijalankan oleh kerajaan Persia, sebagaimana kerajaan Ghasasinah menjalankan politik yang dijalankan oleh kerajaan Romawi. Oleh karena kerajaan Persia dengan kerajaan Romawi itu bermusuhan, maka manakala terjadi peperangan antara kerajaan Persia dan kerajaan Romawi, tentu saja kerajaan Manadzirah berdiri di samping kerajaan Romawi.
Oleh karena raja-raja kerajaan Hirah dan Ghassan itu adalah dari keturunan Yaman, maka dalam bidang kebudayaan dan cara hidup, mereka menjaga corak dan tradisi Yaman. Sebagai contoh dapat dikemukakan dua buah istana besar yang terdiri oleh raja Hirah, dengan mencontih istana-istana Yaman, yaitu yang terkenal dalam sejarah dengan nama "AlKhawarnaq", dan "As Sadir", yang telah disebutkan di atas.
Jasa kerajaa-kerajaan ini yang terpenting ialah: mereka telah memegang peranan dalam menyiarkan pelbagai macam kebudayaan Persia dan Romawi ke Jazirah Arab. Mereka adalah laksana jembatan yang dilalui oleh iring-iringan kebudayaan dari negeri Persia dan Romawi dalam perjalannya menuju Jazirah Arab. Diantara jenis-jenis kebudayaan itu ialah: agama, ilmu pengetahuan umum, tulis baca, ilmu pengetahuan ketentaraan dan lain-lain.

HIJAZ
Hejas - berbeda dengan negeri-negeri Arab yang lain - telah dapat menjaga kemerdekaannya. Tidak pernah negeri Hejaz dijajah, diduduki, atau dipengaruhi oleh negara-negara asing. Hal itu boleh jadi disebabkan oleh letak dan kemiskinan negerinya, sehingga tiada menimbulkan keinginan pada negara-negara lain untuk menjajahnnya. Boleh jadi juga, disebabkan karena Hejaz itu sejak zaman Ibrahim telah menjadi Ka'bah bagi bangsa Arab. Mereka bekerja bersama-sama memelihara, menjaga kemerdekaan negeri itu, dan menjauhkan penjajah-penjajah dari padanya.
Telah disebutkan di atas bahwa sejarah Hejaz dapat di kenal negeri ini amat erat hubungannya dengan agama-agama dan kitab-kitab suci. Oleh karena itu, dalam mengikuti pertumbuhan kehidupan di Hejaz ini, di samping berpegang kepada buku-buku sejarah, kita juga akan mengambil bahan-bahan dari al Quran dan Hadis-Hadis Nabi.

MAKKAH (KOTA SUCI)
Ada suatu cerita yang indah diriwayatkan oleh Bukhari berkenaan dengan telaga Zamzam. Di bawah ini kita cantumkan ringkasannya sebagai berikut :
Ibrahim datang membawa anaknya yang masih bayi, yaitu Ismail, serta ibunya. Mereka keduanya ditempatkan pada suatu tempat didekat telaga Zamzam yang sekarang. Untuk jadi bekal bagi kedua orang itu ditinggalkan oleh Ibrahim sebuah karung kecil berisi buah korma, dan sebuah kendi berisi air, dan diapun berangkatlah hendak kembali. Maka berserulah ibu Ismail
"Hendak ke mana engkau, hai Ibrahim? Akan engkau tinggalkalah kami berdua di lembah ini?"
Karena Ibrahim tidak menoleh, maka ibu Ismail bertanya lagi: "Apakah Tuhan yang menyuruhmu berbuat begini !"
"Betul !" jawab Ibrahim.
"Kalau begitu tentu Dia tidak akan menyia-nyiakan kami ?" ujar ibu Ismail lagi.
Setelah beberapa hari berselang, habislah makana dan air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim. Akhirnya air susu ibu Ismail menjadi kering. Ibu Ismail lalu berlari-lari anjing antara bukit Safa dan bukit Marwa, untuk melihat kalau-kalau ada orang yang dapat memberi mereka makanan dan minuman. Tujuh kali dia berlari-lari anjing itu. Untuk memperingati peristiwa ibu Ismail ini maka orang yang mengerjakan ibadah haji berlari-lari anjing tujuh kali antara dua bukit itu.
Pada kali yang ketujuh kelihatan oleh ibu Ismail malaikat menjelma sebagai burung yang sedang mematuk-matuk tanah dengan paruhnya. Maka keluarlah air di tempat itu. Menurut riwayat lain air memancardi dekat kaki Ismail, waktu tempat itu dihantam-hantaminya dengankakinya ketika ia menangis.
Itulah dia telaga Zam-zam, suatu telaga yang menjadi sebab utama bagi kemakmuran tempat ini. Sebagai diketahui air di padang pasir adalah sumber hidup. Di mana ada air disana ada hidup dan disana ada kemakmuran. Apalagi timbulnya air dengan cara yang disebutkan, menyebabkan tempat ini mendapat semacam kesucian dalam pandangan bangsa Arab. Mereka berdatangan ke tempat itu untuk menyaksikan anak kecil yang dibawah telapak kakinya memancar mata air. Mereka coba meminum air yang memancar sebagai menghormati bayi yang masih menyusui itu.
Tidak jauh dari tempat itu terletak kota Makkah. Kota ini terletak kira-kira di tengah-tengah Jazirah Arab. Letaknya yang baik ini, menyebabkannya menjadi tempat perhentian bagi kafilah-kafilah perniagaan. Setelah mata air mamncar dari telaga Zam-zam, rumah-rumah kota Makkah telah sampai ke dekat telaga itu.
Sekali peristiwa, datanglah Ibrahim ke Hejaz untuk melihat puteranya. Maka kelihatanlah olehnya betapa puteranya menjadi penghormatan yang besar, dan betapa orang dari segenap penjuru Jazirah Arab berdatangan ke sana. Oleh karena itu Ibrahim bersama-sama dengan puteranya itu membangun Ka'bah, agar dapat dijadikan tempat mengerjakan syi'ar agama Ibrahim, Inilah yang diceritakan oleh Tuhan di dalam al Quran.
Ka'batul musyarrafah itu ialah Bailtullah atau disebut juga Baitul ‘Atiq, yaitu sebuah bangunan bebentuk kubus. Dibangun di bagian yang paling luas dilembah itu. Tingginya 15 meter. Panjang dindingnya yang sebelah barat masing-masing kira-kira 12 meter. Pada didingnya yang sebelah timur disitulah pintu Ka'bak itu. Di pojok Ka'bah yang sebelah tenggara sebelah keluar terdapat Hajarul Aswad. Dia tertinggi dari tanah kira-kira satu setengah meter. Dari Hajarul Aswad itulah dimulai thawaf.
Tatkala Nabi Ibrahim telah selesai mendirikan Ka'bah berserulah dia kepada Tuhan :

"Ya Tuhan kami ! Aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku pada suatu lembah yang tiada bertanam-tanama, di dekat rumah-Mu yang dihormati. Ya tuhan kami, agar mereka mendirikan sembahyang. Maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka, dan beri rezekilah mereka dengan buah tanam-tanaman." (Q.S. Ibrahim : 37)

Tuhan telah memperkenankan do'a Nabi Ibrahim ini, dan ditunjukakanlah oleh Tuhan kepadanya begaimana caranya agar maksud itu terlaksana. Berfirman Tuhan :

"Beritahukanlah kepada kami manusia untuk mengerjakan haji niscaya mereka datang kepada engkau dengan berjalan kaki, atau menunggu kendaraan yang kurus - karena jauhnya perjalanan dari tiap-tiap negeri yang jauh." (Q.S. Al Hajj : 27).

Maka diberitahukan dan diserulah manusia oleh Nabi Ibrahim untuk mengerjakan haji, dan mereka pun memperkenankan seruan itu. Maka semenjak itu berdatangankah manusia dari segenap penjuru dan dari bermacam-macam negeri didunia ini ke Makkah Almukarramah untuk mengerjakan Ibadah Haji.
Di dalam Ka'bah itulah dahulu upacara-upacara agama dilakukan. Akan tetapi, karena banyaknya orang yang berdatangan ke Makkah dan banyaknya orang mengerjakan haji, maka tempat yang kecil itu menjadi sempit. Oleh karena itu, bangsa Arab bersepakat untuk mempergunakan sebagian dari tanah yang di sekeliling Ka'bah itu untuk tempat mengadakan upacara-upacara keagamaan, dan mereka pandang sucilah tempat itu, oleh karenanya tempat itu mereka sebut "Haram", Yakni tempat yang dimuliakan. Dikala datang agama Islam dan sembahyang disyari'atkan, maka di temapat itulah sembahyang dikerjakan, oleh karenanya maka dinamailah tempat itu "Masjidul Haram".
Kota makkah adalah satu tempatyang dipandang suci oleh seluruh bangsa Arab. Bangsa Arab dari seluruh penjuru Jazirah Arab berdatangan ke kota Makkah untuk mengerjakan Haji atau umrah. Oleh karena itu bangsa Arab seluruhnya sela sekata melarang berperang dalam bulan-bulan haji, yaitu Zulkaidah, Zulijjah, dan Muharram. Begitu juga di bulan Rajab, karena di bulan Rajab itu banyak dikerjakan umrah. Bulan-bulan yang disebutkan itu mereka namai "Asyhru'l Hurum" (Bulan-bulan yang terlarang). Demikian pula mereka telah sepakat untuk melarang berperang di Haram Makkah itu. Sikap ini adalah semacam persetujuan yang dibuat oleh badan-badan yang memegang pemerintah di Tanah Arab berkenaan dengan kota Makkah.
Kota Makkah itu sendiri pun semenjak masa paginya betul telah mengenal pemerintahan. Diantara suku-suku yang telah memegang kekuasaan di Makkah yang terkenal ialah suku-suku Amaliqah, yaitu sebelum Nabi Ismail dilahirkan. Kemudian datang pula ke Makkah suku-suku Jurhum dan mereka menetap di Makkah, bersama-sama dengan suku-suku Amaliqah. Akan tetapi suku-suku Jurhum kemusian dapat mengalahkan dan mengusir suku-suku Amaliqah dan Makkah.
Dimasa Jurhum berkuasa itulah Ismail datang ke Makkah. Ismail terdiri dalam terdidik dalam lingkungan Jurhum, dan kemudian kawin dengan salah seorang putri dari Jurhum. Karena kota Makkah telah menjadi tempat yang dipandang suci oleh segenap bangsa Arab, maka berdirilah di sana pemerintahan untuk melindungi jemaah-jemaah haji dan menjamin keamanan, keselamatan dan ketentraman mereka.
Rupanya telah terjadi pembagian kerja antara orang-orang Jurhum dan Ismail, yaitu : urusan-urusan politik dan peperangan dipegang oleh orang-orang Jurhum, sedang Ismail mencurahkan tenaganya untuk berkhimat kepada Baitullah dan urusan-urusan keagamaan. Orang-orang Jurhum kemudian telah menjadi kaya, karena itu mereka telah tenggelam dalam kenikmatan hidup, dan lupalah mereka kepada kewajibannya. Oleh karena itu berpikirlah oleh suku Khuza'ah yang juga telah menetap di Makkah hendak merebut kekuasaan dari Jurhum.
Mudhadhim ibnu ‘Amr al Jurhumi salah seorang pemimpin Jurhum tiadalah mampu untuk menginsafkan orang-orangJurhum itu, dan dirasanya bahwa mereka lemah. Oleh karena itu berangkatlah dia meninggalkan Makkah bersama-sama kaumnya. Ikut pula bersama-sama mereka putra-putra Ismail. Oleh Mudhadhim ibnu ‘Amr sebelum meninggalkan Makkah, telaga Zam-zam ditimbuninya dengan tanah. Setelah Jurhum meninggalkan Makkah berpindahlah kekuasaan ke tangan Khuza'ah, yaitu pada tahun 440 M.
Qushai inilah yang mendirikan Darun Nadwah, untuk tempat bermusyawarah bagi penduduk Makkah di bawah pengawasan Qushai. Dia pulalah yang mengatur urusan-urusan yang berhubungan dengan Ka'bah, yaitu:
a.      As Siqayah (Menyediakan air minum).
Karena telaga Zam-zam telah ditimbun dengan tanah, maka amat sulitlah memperoleh Makkah (telaga Zam-zam itu kemudian digali kembali oleh Abdul Mutthalib) Sebab itu air untuk diminum oleh jemaah-jemaah haji haruslah didatangkan oleh orang yang memegang urusan siqayah dari perigi-perigi yang berada di tempat-tempat yang jauh. Air ini diletakkan di dalam bak-bak dan dicampuri sedikit dengan buah kurma dan anggur kering agar berasa manis.
b.      Ar Rifadah (Menyediakanmakanan)
Untuk jemaah haji yang tidak mampu haruslah disediakan makanan. Biasanya Quraisy memberikan sebagian dari harta mereka kepada Qushai, agar dipergunakannya untuk menyediakan makananbagi jemaah haji yang kurang mampu.
c.       Al Liwa' (Bendera)
Yaitu menjaga Ka'bah, dan memegang anak kuncinya. Quraisy berkuasa di Makkah sampai datang agama Islam. Selama itu urusan yang empat macam itu dipegang oleh putera-putera Qushai berganti-ganti, sampai akhirnya dipegang oleh Abdul Mutthalib nenek Raullah SAW.

Beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan, negeri Habsyl berhasil menaklukan negeri Yaman. Diantara gubernur yang pernah memerintah di Yaman atas nama raja Habsyl, seorang bernama Abrahah. Dikala Abrahah ini memperhatikan betapa bangsa Arab memuliakan negeri Makkah, dan memeperhatikan mereka berdatangandari segenap penjuru tanah Arab untuk mengerjakan haji di Ka'bah, terpikir olehnyahendak mendirikansebuah bangunan yang lebih besar dari Ka'bah dan hendak menyeru bangsa Arab agar menghadapkan muka dan berkunjung ke tempat itu. Lalu didirikannyalah sebuah gereja besar, dan dianjurkannya agar bangsa Arab mengerjakan Haji ke sana. Akan tetapi perbuatan dan anjurannya itu menimbulkan amarah dalam kalangan bangsa Arab.
Seorang dari Bani Malik Ibnu Kinanah bangkit, seraya bersumpah bahwa dia akan merudakkan gereja itu. Maka datanglah orang ini ke Yaman, dan masuklah dia ke dalam gereja itu berpura-pura hendak beribadat. Diwaktu hari telah malam dan orangpun tidak ada lagi di gereja itu, dirusaknyalah perabot-perabot gereja itu, dan diubarnya dinding-dindingnya dengan kotoran.
Abrahah mengetahui apa yang terjadi, pada keesokan harinya. Dikatakan, bahwa ada seorang Arab bermalam di sana dan dialah yang disangka mengerjakan perbuatan-perbuatan itu, maka bersumpahlah ia hendak meruntuhkan Ka'bah. Lalu berangkatlah ia dengan sepasukan besar terdiri dari tentara Habsyl yang didahuli oleh tentara bergajah. Kemudian dia berhenti tidak berapa jauh dari kota Makkah.
Yang berkuasa di Makkah dewasa itu ialah Abdul Mutthalib Ibnu Hasyim, nenek dari Nabi Muhammad SAW. Abrahah merampas unta kepunyaan Abdul Mutthalib yang sedang dilepaskan ditempat Abrahah berhenti itu. Oleh Abrahah dipanggil Abdul Mutthalib, supaya datang menghadapnya, setelah Abdul Mutthalib datang, Abrahah berkata kepada: "Saya datang ke Makkah ini bukanlah untuk memerangi kamu, hanya hendak merubuhkan Ka'bah. Maka kalau kamu menghalangi maksudku ini barulah kamu saya perangi. Dan bilamana kamu tiada menghalangi, saya pun tiada akan menumpahkan darah, "Perkataan Abrahah ini dijawab oleh Abdul Muthhalib : "Kami tiada mampu untuk menghalangi maksudmu. Hanya saya minta kepadamu agar engkau mengembalikan semua untaku yang engkau rampas itu." Abrahah lalu berkata : "Tadinya aku amat segan padamu di waktu mula-mula melihatmu. Akan tetapi sekarang sesudah engkau berbicara dengan aku, tak ada lagi hargamu dalam pandanganku. Apakah hanya unta yang engkau bicarakan dengan aku, dan aku lupakan Ka'bah, sedang dia adalah agamamu, dan agama nenek moyangmu?" Abdul Mutthalib menjawab: "Akan unta itu, akulah yang punya, adapun Baitullah itu dia ada mempunyai Tuhan yang memeliharanya."
Dalam pada itu Abdul Mutthalib mengajukan kepada Abrahah sepertiga harta Tihamah, asal dia kembali dan tidak jadi meneruskan maksudnya merubuhkan Ka'bah. Akan tetapi Abrahah tetap hendak merubuhkan Ka'bah itu.
Maka kembalilah Abdul Mutthalib ke Makkah, dan tawaflah dia sekeliling Baitullah seraya menyebut beberapa kalibait syair, dan orang-orang yang sama-sama tawaf dengan dia pun turut mengulang-ulang syair itu, yaitu :

"Hai Tuhan! Tak ada yang kami harapakan selain Mu!
Hai Tuhan! Slamatkanlah dari serangan mereka rumah Mu!
Musuh rumah Mu ialah orang yang memusuhi Mu."

Doa Abdul Mutthalib ini diterima oleh Allah SWT. Al-Quran telah menceritakan bagaimana akibat yang diderita oleh Abrahah dantentara gajahnya itu dalam ayat-ayat suci :

"Tiadalah engkau tahu, bagaimana Tuhanmu telah bebuat terhadap balatentara yang mempunyai gajah itu? Tiadakah dijadikan-Nya tipu-daya mereka menjadi sia-sia belaka? Dan dikirim-Nya kepada mereka burung yang berbondong-bondong: yang melempar meeka dengan batu dari tanah keras. Maka dijadikan-Nyalah mereka hancur luluh, laksana daun tanaman yang telah dimamah." (Surat Al Fiil: 1-5)

Peristiwa tentara bergajah ini adalah suatu peristiwa yang penting dalam sejarah bangsa Arab, karena itu mereka menjadikan peristiwa-peristiwa yang penting dengan tahun gajah itu, dan di tahun gajah itulah dilahirkan Nabi Muhammad SAW.

Sya’ir Pada Masa Daulah Abbasiah

Syair pada masa Shadrul Islam dihasilkan oleh pemeimpin-pemimpin Arab dan pujangga-pujangga Arab, Iraq, dan Jazirah Furat. Setelah pemerintahan Arab berada di Iraq dan Andalus jadilah Bagdad dan Cordova kiblat para penyair dan tujuan para sastrawan. Kedua kota ini sudah menjadi pusat kesusastraan dan lapangan perlombaan kebagusan pujangga-pujangga dalam segala bidang kesenian terutama sya’ir para khalifah, mentri dan emimpin yang mempunyai tempat-tempat pertemuan pujangga untuk itu.
Dengan adanya perhatian yang besar serta benyaknya orang yang membaca dan mengambil sya’ir, maka orang-orangpun mengembangkan bermacam-macam bentuk yang belum ada sebelumnya. Mereka menggunakan sya’ir untuk segala tujuan sampai-sampai untuk peribadatan. Maka berkembanglah pula uslubnya juga arti-artinya yang disesuaikan dengan tujuan-tujuannya. Tapi juga tidak keluar dari kalimat-kalimat dan uslub arab dengan memulainya dengan النسيب menyebutkan الدياد والأطلال untuk mengingatkan pada tanah air mereka yang lalu, untuk memperindah dan menyerupakannya dengan kepunyaan orang arab asli. Sejak Daulah Abbasiah النسيب tidak lagi merupakan suatu keharusan pada pembukaan kasidah, tapi sering kali tempat tersebut diduduki dengan menyebutkan istana-istana, kenikmatan hidup, nyanyian-nyanyian dan pengalaman dengan kapal menuju orang yang dipuji dan lain sebagainya, atau merubah dengan menyebutkan khamr dan sifat-sifatnya.
Adapun perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sya’ir dengan munculnya Daulah Abbasiah Ialah:
1.      Yang berhubungan dengan macam-macamnya sya’ir dan tujuannya
a.       Bertambah penggunaan sya’ir untuk membangkitkan rasa fanatic kebanggaan akan nasab dan madzhab-madzhab politik Negara serta ilmu pengetahuan.
b.      Sya’ir-sya’ir dari penyair daulah Abbasiah banyak yang tenggelam dalam kejelekan, karena banyaknya yang berkecimpung dalam bidang Sya’ir dan adab serta sedikitnya sumber-sumber pekerjaan yang mulia lainnya. Maka para penyair hanya dapat mengharapkan lakunya dagangannya (sya’irnya) pada para khalifah dan dengan cara memuji-muji khalifah, mereka akan mendapat hadiah-hadiah. Untuk tujuan mereka kadang-kadang keluar dari pertimbangan perasaan, akal bahkan pula syara’.
c.       Bertambah gila-gilaan dan berani dalam menyebutkan kejelekan-kejelekan hikayat-hikayat yang rendah, kefasikan dan semisalnya.
d.      Para penyair muslim mulai tenggelam dalam mensifati khamer dan semisalnya, ajakan kepadanya, menyebutkan pelayan-pelayannya, juga mencumbu sesame lelaki sampai lebih jauh dari itu.
e.       Bertambah-bertambah pensifatan terhadap kebun-kebun, istana-istana tempat rekreasi dan keadaan-keadaan alami, tempat-tempat berburu binatang buas, burung-burung, ikan-ikan dan hal-hal yang kecil-kecil.
f.       Bertambah nasehat-nasehat keagamaan dan zuhud terhadap dunia, hikmah-hikmah dan perumpamaan-perumpamaan pendidikan budi pekerti.
g.      Koreksi terhadap kaidah-kaidah ilmu pengetahuan seperti fikih dan lain-lain.
2.      Hal-hal yang terjadi yang berhubungan dengan arti-arti dan imajinasi sya’ir.
a.       Pemikiran-pemikiran teratur
b.      Penggunaan khayal yang masuk akal
c.       Menciptakan khayalan yang bagus dalam tasybih. Isti’arah dan washf dan bagusnya alas an-alasan.
d.      Penggunaan cara-cara hikmah, kaidah-kaidah falsafi, syiar-syiar agama dan lain-lain dalam usaha meyakinkan orang lain .
3.      Hal-hal yang terjadi dari segi kata-kata sya’ir dan susunannya.
a.       Hilangnya kata-kata yang gharib sedikit demi sedikit.
b.      Bertambah penggunaan kata-kata asing untuk memperindah sebagaimana yang terjadi pad sya’ir Abu Buwas.
c.       Halus susunannya, tapi tetap kuat dan jelas artinya.
d.      Penciptaan badi’ dan memperbanyak macam-macamnya.
4.      Hal-hal yang terjadi dari segi wazan sya’ir.
a.       Memperbanyak nadzam dalam buku-buku yang sebelumnya masih sedikit.
b.      Penciptaan wazan-wazan dari buku-buku sya’ir oleh Khalil yang kemudian digunakan oleh penyair-penyair masa itu.
c.       Penciptaan wazan-wazan lain seperti wazan yang diciptakan Muslim Bin Walid, Abu Nuwas, Abu Athaiyah.
5.      Hal-hal yang terjadi dari segi qafiyahnya.
a.       Al-Mukhammas (المخمس ( ialah tiap 5 bagian sya’ir mempunyai satu qafiyah, kemudian 5 bagian lain demikian sampai akhir qasidah.
b.      Al-Muzdawaj ((المزدوج ialah tiap-tiap baris mempunyai satu qafiyah. Ini banyak digunakan untuk menyusun buku-buku adab dan ilmu-ilmu pengetahuan seperti dalam penyusunan Alfiyah.
Contoh-Contoh Sya’ir Dan Tujuannya
Al-Hamasah
Diantara sya’ir Basyar bin Burd:
وجيش كجنح الليل يزحف بالحصى  #  وبالشوك والخطى حمر ثعـالبـه
عدوناله والشمس في خدرامــــــــها  #  تطالعنا والطل لم يجر ذائبــــــه
بضرب يذق الموت من ذاق طعمــه  #  وتدرك من نجى الفرار مثالبــه
كأن مثار النقع فوق رءوسنـــــــــــا  #  وأسيافنا ليل تهاوى كواكبـــــــه
بعـثنا لهم موت الفجاءة إننـــــــــــــا  #  بنو الموت خفاق علينا سبائبـــه
فراحوا فريق في الاسار ومثـــــــله  #  قتيل ومثل لاذ بالبحر هاربـــــه


Berkata Abu Thayib Al-Mutanabi:
وأنى لمن قوم كأن نفوســــــــــــهم  #  بها انق أن تسكن اللحم والعظما
فلا عبرت ني ساعة لا تعز ني  #  ولا صحبتني مهجة تقبل الظلـــما

Al-Madh (pujian):
Marwan bin Abi Hafshah memuji Ma’ni bin La’idah
بنو ننطر يوم اللقاء كـــــــــأنهم  #  أسود لهما في غيل خفان اشبــــل
هم يمنعون الجارحتي كأنمــــــا  #  لجارهم بين السماكين منــــــــزل
بها ليل في الإسلام سادوا ولم يكن  #  كأولهم في الــــــــــجاهلية أول
هم القوم أن قالوا أصابوا وأن دعوا  #  أجابوا وإن أعطوا أطابوا وأجزلوا
ولا يستطيع الفاعلون فعالــــــــــهم  #  وإن أسنوا في النائبـــــات وأجزلوا
Abu Tammam:
تعود بسط الكف حتى لو أنـــــــه   #   ثنـاها لقبض لم تجبه أنــــــــــامله
ولو لم يكن في كفه غير روحــه    #   لجاد بها فليتق الله سائـــــــــــــله
Abu Ubadah Al-Buhtury:
كلــــــما قلت اطلق الشكر و في  #  رجعتني له أياديـــه عبــــــدا
ابن عمر الزمـــــان حتى اؤدي  #  شكر انــــعامك الذي لايؤدي



Arratsa (elegi):
Husain bin Muthir meratapi Ma’ni bin Za’idah.
الماعي معن فقولا لقبــــــــــره  #  سقنك الغوادي مربعا ثم مربعا
فيا قبر معن أنت أول حفـــــرة  #  من الأرض خطت المسماحة مضجعا
فيا قبر معن كيف واريت جوده  #  وقد ان منه البرو البحر مترعــــا
بلى قد و سعت الجود و الجود ميت  #  ولو كان حيا ضفت حتى تصدعا
فتى عيش في معروفه بعد موتـــــه  #  كما كان بعد السيل بحراه مرتعا
ولما مضى معن مضى الجود وانقضى  #  واصبح عرنبن المكارم اجدعا

Al-Hijaa’:
Sya’ir Hammad ‘Ajraad.
حريث ابو الصلت ذ و خبرة  #  بما يصلح المعـد ة الفاسدة
تخوف تخمة اضيــــــــــــافه  #  فعودهم اكــله واحــــــــدة
khalaf Al-Ahmar:
لنا صاحب يولع بالخـــلاف  #  كثير الخطاء قليل الصواب
انج لجاجا من الخنفســــــاء  #  وازهى اذا ما مشى من غراب
Abu Ali Al-Basyir:
لعمر ابيك ما نسب المعلي  #  الى كرم وفي الدنيا كــريم
لكن البـــــلاد اذا اقشعرت  #  وصوح نبتها رعي الهشيم

Al-‘Itidzar:
Syair Aly bin Al-Jahmi untuk Mutawakkil:
عفـــــا الله عنك الاحرمة  #  تجود بعفوك أن ابعــدا
لئن ذنب ولــــــــم اعتمه   #  لأنن اجل وأعلى يــدا
الم ترعبدا عدا طـــــرده  #  ومولى عفا ورشيدا هدى
ومفسد أمر تــــــــلا فيه  #  قعا فاصلح ما افســـــــد
اقلني اقالك من لم بزل  #  يقيك و بصرف عنك الردى


Al-Washf:
Ibnu Al-Mu’taz dalam mensifati alam ketika datangnya siang dan hilangnya malam
ما ترى نعمة السماء على الار  #  ض وشكر الرياض للأمطار       
قد تولت زهر النجو وقـــــد بـ  #  شر بالصبح طــــائر الأسحار
وعــــــنا الطيور كل صبـــاح  #  وانفتاق الأشـــــجار بالأنوار
وكأن السحاب يجلو عروســـا  #  وكأنا من قطره في لثـــــــار   
Abu Bakar As-Shonbury mensifati ayam jantan:
يغرد الليل ما يألوك تغريــــــدا  #  مل الكرى فهو يدعو الصبح مجهودا
اتطرب هز العطف من طرب  #  ومد للصوت لما مده الحــــــــــــــيدا
خبس مطرفا مرخى درائبــــه  #  تضاحك البيص من أطرافـــه السودا

Sosial & Politik:
Syubl bin Abdullah Maula Bani Hasyim ditujukan kepada Abdullah paman dari algojo:
اصبح الملك تابت الأساس  # بالبها ليل من بني العباس
طلبوا وتر هاشم فشفوهـــا  #  بعج ميل من الزمان وباس
لاتقبلن عبد شمس عثـــارا  #  واقطعن كل رقلة وغراس
دلها اظهر التود د منهـــــا  #  وبها منكم كحد المواسي
ولقد ساءني وســاء سواني  #  قربهم من نمارق وكراسي
انزلوها بحيث انزلهـــا اللـ  #  ــه بدا بالهوان والاتعاس
واذكروا مصر مصرع الحسين وزيد  #  وشهيد بجانب المهراس
والفتيل الذي بحرات اضحى  #  ثاويا بين عرية وتناسي
Yazad Al-Mahlaby ditujukan kepada Al-Mutawakkal:
لما اعتقد تم اناســــا لا حلوم لهم  #  صنعتم وصنيعتم من تاب يعتفـد
ولو جعلتم على الأحرار نعمتكم  #  حمنكم السادة المذكورة الحشد
قوم هم المذم والأنساب تجمعهم  #  والمجد والدين والأرحام والبلد
اذا قريش ارادوا شد ملكم  #  بغير قحطان لم يبرح به اود

Review Novel Hati Suhita

KETEGUHAN HATI WANITA REVIEW NOVEL HATI SUHITA Judul: Hati Suhita Penulis: Khilma Anis Editor: Akhiriyati Sundari Penyunting:...